Thursday, October 9, 2008

Bursa Wall Street pada akhirnya hari ini (09/10) kembali ditutup melemah, setelah aksi penurunan suku bunga bersama-sama oleh bank sentral di seluruh dunia gagal menghilangkan kekhawatiran investor akan efek perlambatan perekonomian global.

Seluruh indeks utama AS meskipun terpantau bergerak pada teritori negatif, namun penutupan pasar tidak seburuk kemarin.
Dow Jones anjlok 189.01 poin atau 2% ke level 9,258.1; S&P 500 merosot 11.29 poin atau 1.13% ke level 984.94; dan Nasdaq melemah 14.55 poin atau 0.83% ke level 1,740.33.

The Fed semalam pada akhirnya memangkas suku bunga FFR sebanyak 50 basis poin ke level 1.50% serta menurunkan discount rate sebesar 50 basis poin. Pemangkasan suku bunga FFR terakhir dilakukan The Fed pada bulan April. Selain The Fed, bank-bank sentral di Inggris,Swiss, Swedia dan Kanada juga turut memangkas suku bunganya. Bahkan ECB (Uni Eropa) yang sejak awal bersikukuh tidak mau menurunkan suku bunga akibat inflasi tinggi, akhirnya semalam menurunkan suku bunga sebesar 50 basis poin ke level 3.75.

Perdagangan di bursa semalam diwarnai volatilitas yang tinggi. Bursa sempat mencatatkan gain yang besar, namun pada akhirnya ditutup di teritori negatif seiring dengan investor yang masih tidak yakin apakah pemangkasan suku bunga bisa efektif memperbaiki perekonomian.

Saham-saham finansial masih memimpin pelemahan bursa, dengan indeks finansial S&P yang anjlok 3%. Saham finansial yang menekan Dow diantaranya Bank of America yang anjlok 11.97% setelah merilis laporan pendapatan yang mengecewakan. Citigroup dan American Express masing-masing melemah 7.03% dan 4.95%.

Sementara itu mengikuti kejatuhan bursa-bursa Asia, bursa-bursa Eropa pun ikut berjatuhan. Bursa Inggris langsung terpangkas hingga 7 persen setelah pemerintahnya mengumumkan rencana bailout untuk menyelamatkan bank-banknya.

Pada perdagangan Rabu (8/10/2008), busa-bursa di Eropa langsung merosot. Indeks FTSE 100 dibuka anjlok 311,34 poin atau 6,76 persen ke level 4.293,88.

Kejatuhan di bursa Inggris terjadi setelah pemerintah Inggris mengumumkan paket penyelamatan sistem perbankan senilai 50 miliar poundsterling atau sekitar US$ 99 miliar. Sebanyak 8 bank dan institusi keuangan sudah sepakat untuk mengikuti program ini.

CAC Paris anjlok 8,18%, DAX Frankfurt merosot 6,32% hingga di bawah level 5.000, untuk pertama kalinya sejak pertengahan tahun 2005. Indeks SMI di Bursa Zurich juga merosot 3,45% ke level 6.205,70.

Bursa Rusia yang sudah kembali bertransaksi, akhirnya kembali dihentikan transaksinya setelah indeks sahamnya anjlok hingga 11%.Di Asia, selain Indonesia yang mengalami kejatuhan parah adalah Tokyo. Bursa terbesar di Asia ini juga dilanda aksi jual parah hingga level terburuknya dalam dua dekade terkahir.

Indeks Nikkei-225 ditutup merosot hingga 952,58 poin (9,81%) ke level 9.203,32. Ini adalah kejatuhan terparah sejak 20 Oktober 1987, ketika terjadi pengaruh 'Black Monday' di Wall Street."Tak seorang pun ingin mengambil risiko saat ini. Tidak ada titik terendah terlihat untuk jangka pendek." ujar Hirozuki Fujiki, analis dari Osakan Securities, seperti dikutip dari AFP.
Ia menambahkan, investor kini menginginkan para otoritas moneter untuk menjalin koordinasi terutama untuk penurunan suku bunga.

Sementara di tanah air pergerakan rupiah pada akhir perdagangannya sore hari kemarin (08/10) terpantau mengalami penurunan meskipun tetap terjaga pada kisaran 9500-an per dolar AS. Intervensi BI tampak cukup jelas karena kondisi pasar saham lokal babak belur sehingga terpaksa di-suspen dan rencananya baru akan dibuka kembali hari Jumat.

Pada penutupan perdagangan valas di pasar spot antar bank Jakarta sore hari kemarin nilai tukar rupiah melemah sebesar 35 poin hingga ke posisi 9595 per dolar AS. Rupiah kemarin sempat melemah hingga ke posisi 9690 per dolar. Penurunan 35 poin tersebut relatif lebih kecil dibandingkan penurunan yang sempat dialami rupiah hingga mecapai 300 poin.

BI diperkirakan masih akan terus mengamati pergerakan pasar valas untuk mencegah rupiah terjun bebas terus hingga ke level berbahaya.
Rupiah akan dijaga pada kisaran 9585 – 9590 per dolar AS. Rupiahharus dijaga agar tidak melemah terlalu dalam terhadap dolar AS karena dapat berbahaya bagi inflasi.