Sunday, October 12, 2008

WASHINGTON. Dana Moneter Internasional atau lazim dikenal dengan International Monetary Fund (IMF) berencana menjalankan program penyaluran pinjaman darurat. Dengan program ini, IMF akan mengucurkan dana hingga ratusan miliar dolar ke pasar keuangan yang saat ini tengah dilanda pengetatan kredit akibat krisis.

Managing Director IMF Dominique Strauss-Kahn kemarin mengatakan, dia sudah mengaktivasi program tersebut dan akan segera menggelontorkan dana segar. IMF akhirnya memutuskan untuk menjalankan kebijakan ini karena biaya untuk melindungi surat obligasi yang dikeluarkan oleh sejumlah negara-negara maju mengalami peningkatan tajam. Selain itu, beberapa negara seperti Brazil, Meksiko dan Peru sudah melakukan aksi jual atas dolar untuk menjaga nilai mata uang mereka masing-masing.

Strauss-Kahn, 59 tahun, mengumumkan rencana tersebut pada pertemuan rutinan minggu ini di Washington. Program tersebut memungkinkan anggota IMF yang terdiri atas 184 negara untuk mendapatkan pinjaman.

IMF juga melonggarkan sejumlah persyaratan dalam proses pinjaman tersebut. Jika biasanya proses untuk meminjam dana membutuhkan waktu hingga beberapa minggu, namun kini, hanya dalam sepuluh hari atau kurang, pinjaman tersebut sudah bisa dicairkan. Selain itu, IMF juga meringankan sejumlah persyaratan lain seperti pemangkasan jumlah pengeluaran pemerintah.

Terjadinya guncangan finansial saat ini menjadikan peran badan keuangan yang berbasis di Wahington tersebut sangat diperlukan. Padahal, permintaan akan bantuan IMF dalam beberapa tahun belakangan mengalami penurunan tajam.

Asal tahu saja, pada 31 Desember 2003, IMF memiliki pinjaman outstanding sebesar US$ 110,2 miliar. Jumlah tersebut terus merosot, di mana per tanggal 30 September lalu, jumlah pinjaman tersebut menyusut menjadi sekitar US$ 17 miliar.

Penurunan tersebut dikarenakan semakin membaiknya kondisi pasar dunia sebelum terjadinya krisis berbasis subprime mortgage yang terjadi di AS. Selain itu, beberapa negara berkembang juga sudah bisa berdikari sendiri karena semakin meningkatnya harga komoditas. Saat ini, bank sentral di seluruh dunia tengah berupaya menangani krisis kredit yang semakin menyebar ke sejumlah kawasan.

“Saat ini kita melihat era baru dari IMF. Negara-negara yang dulunya yakin tidak akan membutuhkan dana dari IMF, saat ini kemungkinan besar terpaksa untuk meminta bantuan karena keringnya likuiditas,” jelas Claudio Loser analis Inter-American Dialogue.

Perdana Menteri Islandia Geir Haarde pada 8 Oktober lalu bilang, bahwa pinjaman dari IMF benar-benar dapat dijadikan pilihan dalam situasi saat ini. Sementara itu, tim perwakilan IMF pun sudah menyambangi pulau yang terletak di Eropa itu kemarin. Sekadar menyegarkan ingatan, pemerintah Islandia sudah mengambil alih tiga bank besar di negara tersebut yang kolaps akibat besarnya beban utang.

Source : www.kontan.co.id