Monday, October 6, 2008
Warren Buffet, orang terkaya nomor dua di dunia, kembali menggebrak pasar. Melalui perusahaan investasinya, Berkshire Hathaway Inc. pada minggu ini mengumumkan penanaman investasi senilai $3 milyar (sekitar Rp28 trilyun) pada General Electric Co., salah satu ikon perusahaan Amerika yang sedang terhuyung-huyung oleh krisis financial yang melanda saat ini.
Berkshire Hathaway secara strategis membeli perusahaan yang selama lebih dari satu abad lamanya dikenal sangat kuat menjaga kesehatan keuangannya. Minggu sebelumnya perusahaan Buffett ini sudah berinvestasi senilai $5 milyar (Rp 46.5 trilyun) di Goldman Sachs setelah nilai saham perusahaan investment bank terkemuka ini terpuruk tajam. Berarti, hanya dalam tempo satu minguan Buffet sudah melakukan dua kali langkah besar di tengah terpukulnya system financial Amerika.
Di tengah berita tidak jelasnya keputusan paket penyelamatan bailout sector keuangan Amerika senilai $700 milyar, yang menyebabkan pasar ekuitas bergerak sangat volatile, berita aksi Buffet ini sempat memberikan pergerakan positif pasar, seperti saat Goldman Sachs dibeli pada minggu lalu. Buffet sekali lagi menunjukan kepiawaian investasinya dengan membeli $3 milyar saham preferen General Electric. Dalam deal ini juga Buffett dikabarkan akan mendapatkan 10% dividen dan opsi callable stock setelah periode tiga tahun dengan nilai 10% premium. Suatu deal yang cerdas.
Pernahkah Anda membaca buku atau literatur mengenai Warren Buffet, misalnya ”The Warren Buffett Way”, karya Robert G. Hagstrom? Ada sejumlah tulisan yang memuat prinsip-prinsip investasi dari Buffet. Berikut ini mari kita lihat konsistensi dari strategi investasi Buffet, sebagaimana dapat terpantau dari aksi-aksi korporasi yang dilakukan Berkshire Hathaway belakangan ini. Dari sini kita dapat mengkaji, antara lain, mengapa GE yang dipilih?
Membeli Jangka Panjang
Langkah terakhir Berkshire adalah membeli General Electric Co. (GE). Tentang GE, siapa yang tidak kenal? GE adalah market leader dalam bidang teknologi dan jasa dengan brand name yang kuat, di Amerika dan seluruh dunia, mulai dari lampu pijar sampai pesawat jet. GE juga salah satu perusahaan raksasa terbesar di dunia, pada urutan keenam menurut data Juni 2008. Perusahaan ini didirikan oleh Thomas Alfa Edison, penemu lampu pijar, dan telah bertahan selama 130 tahun. -nya yang kuat di pasar memberikan suatu landasan yang solid akan kelanggengan bisnis jangka panjang dari General Electric. Hal ini mencerminkan salah satu prinsip investasi Buffet yang pernah diutarakannya: ”Our favorite holding period is forever.” (jangka waktu favorit kami [dalam memegang saham] adalah selamanya).
Pada waktu membeli Goldman Sachs, Buffett menjelaskan bahwa alasan pihaknya untuk mengakuisisi Goldman adalah karena Goldman merupakan perusahaan keuangan investasi yang sudah sangat mapan dengan ditunjang dengan sistem manajemen yang handal dan mempunyai track record yang baik selama ini.
Buffett prinsipnya membeli bisnis yang dia mengerti. Pernah disampaikannya: “Never invest in a business you cannot understand.” (jangan pernah berinvestasi dalam bisnis yang Anda tidak mengerti). Mengenai Goldman Sachs, sangat jelas bahwa Buffet mengerti usaha bank investasi tersebut karena sepenuhnya itu adalah lahan bisnis Buffet sejak usia remajanya. Dia juga tentunya mengerti bisnis GE karena banyak dari portfolio perusahaannya yang memiliki link bisnis dengan GE, sehingga memberikan keyakinan akan produk-produk dari GE dan perluya kelanggengan usahanya.
Selain itu, Buffet dikenal sangat mengandalkan management perusahaan. Dia tidak akan terjun sampai operasional perusahaan dari hari ke hari, sehingga manajemen merupakan kunci baginya. Buffett dipercaya mengenal baik akan kekuatan tim manajemen GE karena secara pribadi mengenal akan Jeff Immelt, CEO GE saat ini, dan juga Jack Welch, CEO sebelumnya yang legendaris itu.
Kalau dengan Goldman Sachs sudah terdapat hubungan kedekatan yang panjang dengan Buffett selama ini. Ketika Buffett berumur 10 tahun, dia sudah dikenalkan dengan Sidney Weinberg, mantan CEO dari Goldman, oleh ayahnya. Kemudian, pada masa awal karirnya Buffet pernah bekerja dengan Gus Levy, yang pada akhir 1970 lalu menjadi Senior Partner dari Goldman.
Goldman pernah membantu beberapa aksi korporasi oleh perusahaan yang dimiliki oleh Buffet, seperti mengakuisisi Marmon Holdings pada bulan Maret lalu senilai US$ 4.5 Milyar (Rp 41.85 Trilyun). Selain itu Goldman juga pernah membantu Berkshire untuk melakukan investasi di perusahaan permen karet Wrigley Jr senilai US$ 6.5 Milyar (Rp 60.45 Trilyun).
Great Investment Opportunity
Buffet dikenal sebagai investor yang piawai dalam masuk ke pasar, juga saat harus keluar. Timing masuk pasarnya begitu jeli dan akurat. Dikatakannya: “Great investment opportunities come around when excellent companies are surrounded by unusual circumstances that cause the stock to be misappraised.” (peluang besar investasi dapat terjadi saat perusahaan-perusahaan yang baik ditekan oleh situasi yang luar biasa sehingga terdapat kesalahan penilaian harga sahamnya).
Saat membeli Goldman, harga yang ditawarkan kepada Buffet adalah hanya kurang dari separoh dari harga per lembar saham waktu setahun yang lalu. Selanjutnya ini yang terjadi: segera setelah Warren Buffet invest $5 milyar pada Goldman Sachs, saham Goldman langsung naik, dan dalam sehari Buffet sudah menikmati keuntungan sebesar $347 juta (Rp3.2 trilyun lebih).
Sementara saham GE yang dibeli Buffet harganya telah turun 42% sejak setahun yang lalu pada $24.50 per lembar saham. Walaupun harus memangkas perkiraan labanya di tahun ini, GE dikenal memiliki kinerja keuntungan yang konsisten. Komponen ROE (Return on Earnings) yang kerap jadi pertimbangan Buffet sangat mengesankan. Selama 10 tahun terakhir, rata-rata ROE-nya tumbuh sebesar 20.7%.
Buffet mengandalkan akan prospek bisnis masa depan dalam menentukan pilihan investasinya. Baginya: “If a business does well, the stock eventually follows.” (jika bisnis perusahaan berjalan dengan baik, harga saham akan mengikutinya).
Kita tidak tahu apalagi langkah-langkah Buffet selanjutnya. Pasar yang fluktuatif saat ini kerap menakutkan investor. Banyak yang “takut salah langkah”. Kalau Buffet, malah memanfaatkannya karena dia mengerti. ” Look at market fluctuations as your friend rather than your enemy; …” (Lihat fluktuasi pasar sebagai teman, bukan musuh …), pendapatnya.
Berkshire Hathaway secara strategis membeli perusahaan yang selama lebih dari satu abad lamanya dikenal sangat kuat menjaga kesehatan keuangannya. Minggu sebelumnya perusahaan Buffett ini sudah berinvestasi senilai $5 milyar (Rp 46.5 trilyun) di Goldman Sachs setelah nilai saham perusahaan investment bank terkemuka ini terpuruk tajam. Berarti, hanya dalam tempo satu minguan Buffet sudah melakukan dua kali langkah besar di tengah terpukulnya system financial Amerika.
Di tengah berita tidak jelasnya keputusan paket penyelamatan bailout sector keuangan Amerika senilai $700 milyar, yang menyebabkan pasar ekuitas bergerak sangat volatile, berita aksi Buffet ini sempat memberikan pergerakan positif pasar, seperti saat Goldman Sachs dibeli pada minggu lalu. Buffet sekali lagi menunjukan kepiawaian investasinya dengan membeli $3 milyar saham preferen General Electric. Dalam deal ini juga Buffett dikabarkan akan mendapatkan 10% dividen dan opsi callable stock setelah periode tiga tahun dengan nilai 10% premium. Suatu deal yang cerdas.
Pernahkah Anda membaca buku atau literatur mengenai Warren Buffet, misalnya ”The Warren Buffett Way”, karya Robert G. Hagstrom? Ada sejumlah tulisan yang memuat prinsip-prinsip investasi dari Buffet. Berikut ini mari kita lihat konsistensi dari strategi investasi Buffet, sebagaimana dapat terpantau dari aksi-aksi korporasi yang dilakukan Berkshire Hathaway belakangan ini. Dari sini kita dapat mengkaji, antara lain, mengapa GE yang dipilih?
Membeli Jangka Panjang
Langkah terakhir Berkshire adalah membeli General Electric Co. (GE). Tentang GE, siapa yang tidak kenal? GE adalah market leader dalam bidang teknologi dan jasa dengan brand name yang kuat, di Amerika dan seluruh dunia, mulai dari lampu pijar sampai pesawat jet. GE juga salah satu perusahaan raksasa terbesar di dunia, pada urutan keenam menurut data Juni 2008. Perusahaan ini didirikan oleh Thomas Alfa Edison, penemu lampu pijar, dan telah bertahan selama 130 tahun. -nya yang kuat di pasar memberikan suatu landasan yang solid akan kelanggengan bisnis jangka panjang dari General Electric. Hal ini mencerminkan salah satu prinsip investasi Buffet yang pernah diutarakannya: ”Our favorite holding period is forever.” (jangka waktu favorit kami [dalam memegang saham] adalah selamanya).
Pada waktu membeli Goldman Sachs, Buffett menjelaskan bahwa alasan pihaknya untuk mengakuisisi Goldman adalah karena Goldman merupakan perusahaan keuangan investasi yang sudah sangat mapan dengan ditunjang dengan sistem manajemen yang handal dan mempunyai track record yang baik selama ini.
Buffett prinsipnya membeli bisnis yang dia mengerti. Pernah disampaikannya: “Never invest in a business you cannot understand.” (jangan pernah berinvestasi dalam bisnis yang Anda tidak mengerti). Mengenai Goldman Sachs, sangat jelas bahwa Buffet mengerti usaha bank investasi tersebut karena sepenuhnya itu adalah lahan bisnis Buffet sejak usia remajanya. Dia juga tentunya mengerti bisnis GE karena banyak dari portfolio perusahaannya yang memiliki link bisnis dengan GE, sehingga memberikan keyakinan akan produk-produk dari GE dan perluya kelanggengan usahanya.
Selain itu, Buffet dikenal sangat mengandalkan management perusahaan. Dia tidak akan terjun sampai operasional perusahaan dari hari ke hari, sehingga manajemen merupakan kunci baginya. Buffett dipercaya mengenal baik akan kekuatan tim manajemen GE karena secara pribadi mengenal akan Jeff Immelt, CEO GE saat ini, dan juga Jack Welch, CEO sebelumnya yang legendaris itu.
Kalau dengan Goldman Sachs sudah terdapat hubungan kedekatan yang panjang dengan Buffett selama ini. Ketika Buffett berumur 10 tahun, dia sudah dikenalkan dengan Sidney Weinberg, mantan CEO dari Goldman, oleh ayahnya. Kemudian, pada masa awal karirnya Buffet pernah bekerja dengan Gus Levy, yang pada akhir 1970 lalu menjadi Senior Partner dari Goldman.
Goldman pernah membantu beberapa aksi korporasi oleh perusahaan yang dimiliki oleh Buffet, seperti mengakuisisi Marmon Holdings pada bulan Maret lalu senilai US$ 4.5 Milyar (Rp 41.85 Trilyun). Selain itu Goldman juga pernah membantu Berkshire untuk melakukan investasi di perusahaan permen karet Wrigley Jr senilai US$ 6.5 Milyar (Rp 60.45 Trilyun).
Great Investment Opportunity
Buffet dikenal sebagai investor yang piawai dalam masuk ke pasar, juga saat harus keluar. Timing masuk pasarnya begitu jeli dan akurat. Dikatakannya: “Great investment opportunities come around when excellent companies are surrounded by unusual circumstances that cause the stock to be misappraised.” (peluang besar investasi dapat terjadi saat perusahaan-perusahaan yang baik ditekan oleh situasi yang luar biasa sehingga terdapat kesalahan penilaian harga sahamnya).
Saat membeli Goldman, harga yang ditawarkan kepada Buffet adalah hanya kurang dari separoh dari harga per lembar saham waktu setahun yang lalu. Selanjutnya ini yang terjadi: segera setelah Warren Buffet invest $5 milyar pada Goldman Sachs, saham Goldman langsung naik, dan dalam sehari Buffet sudah menikmati keuntungan sebesar $347 juta (Rp3.2 trilyun lebih).
Sementara saham GE yang dibeli Buffet harganya telah turun 42% sejak setahun yang lalu pada $24.50 per lembar saham. Walaupun harus memangkas perkiraan labanya di tahun ini, GE dikenal memiliki kinerja keuntungan yang konsisten. Komponen ROE (Return on Earnings) yang kerap jadi pertimbangan Buffet sangat mengesankan. Selama 10 tahun terakhir, rata-rata ROE-nya tumbuh sebesar 20.7%.
Buffet mengandalkan akan prospek bisnis masa depan dalam menentukan pilihan investasinya. Baginya: “If a business does well, the stock eventually follows.” (jika bisnis perusahaan berjalan dengan baik, harga saham akan mengikutinya).
Kita tidak tahu apalagi langkah-langkah Buffet selanjutnya. Pasar yang fluktuatif saat ini kerap menakutkan investor. Banyak yang “takut salah langkah”. Kalau Buffet, malah memanfaatkannya karena dia mengerti. ” Look at market fluctuations as your friend rather than your enemy; …” (Lihat fluktuasi pasar sebagai teman, bukan musuh …), pendapatnya.
Labels: Article