Friday, October 24, 2008
Salah satu episode yang menarik dari serial Aang-Sang Avatar adalah ketika mereka mengunjungi sebuah desa kecil dimana Bibi Wu - sang peramal - tinggal. Desa yang terletak dikaki sebuah gunung berapi. Setiap orang didesa itu percaya apa yang dikatakan Bibi Wu. Dan seperti tahun-tahun sebelumnya, hari ini Bibi Wu mesti meramalkan kehidupan dan nasib desa dalam satu tahun kedepan. Semua orang seisi kampung berkumpul di balairung yang terletak dilereng gunung.
Bibi Wu bilang: ”Tahun ini panen akan sukses besar.” Semua petani bersorak-sorai. Berpelukan. Dan berlompatan.
”Ini akan menjadi tahun yang bagus bagi si kembar.” Lanjutnya. Orang-orang kembar kegirangan.
Lalu Bibi Wu menatap awan yang menyelaputi gunung berapi. Dahinya mengernyit, kemudian bilang:”Tahun ini desa tidak akan hancur oleh letusan gunung berapi.” Warga desa bersorak gembira. Gunung berapi tidak meletus, pikir mereka.
Untuk sebuah alasan percintaannya, Aang menaiki puncak gunung. Untuk mengambil sekuntum bunga lili yang sangat langka. Bunga yang hanya tumbuh dipuncak gunung berapi itu. Saka menemani Aang melakukannya. Namun, ketika mereka sampai ke puncak gunung dimana mulut kawah itu berada; mereka terkejut mendapati lahar panas siap dimuntahkan kapan saja. Gunung berapi itu segera akan meletus.
”Bibi Wu salah!” kata Aang dalam keterkejutannya. Gunung akan meletus. Warga desa harus segera diungsikan. Lalu, bersama Katara dan Saka, Aang menghimpun para lelaki dewasa di desa untuk membuat parit besar dan bendungan agar lahar tidak membanjiri perkampungan. Dan ketika gunung itu meletus, desa terbebas dari kerusakan. Warga desa semuanya berbahagia.
Ketika hendak berpisah, Bibi Wu menatap Aang, dan tersenyum penuh arti. Lalu, Aang mendekat kepadanya: ”Saat kau meramalku,” katanya, ”kau tidak mengatakan yang sebenarnya; melainkan apa yang ingin aku dengarkan.” ia melanjutkan.
Bibi Wu menjawab dengan bijak: ”Akan aku katakan sebuah rahasia kecil kepadamu,” katanya. ”Sama seperti kelak kau akan bisa membentuk awan; kau mempunyai kekuatan untuk membentuk takdirmu sendiri.”
Anda tahu, bahwa Aang adalah seorang keturunan para pengendali udara. Dan bagi mereka, membentuk awan bagaikan sebuah permainan anak kecil yang mudah dan menyenangkan. Dengan demikian, pesan Bibi Wu begitu terang; ’Kau akan dengan mudah dapat membentuk takdirmu sendiri’.
Anda bukan pengendali udara seperti Aang. Bukan pengendali air seperti Katara. Bukan pengendali api seperti Pangeran Muda Zhukou. Dan bukan pula si tua nyentrik, sang pengendali tanah. Anda, dan setiap manusia di jaman modern lainnya adalah pengendali udara, pengendali air, pengendali api, dan tanah dalam waktu yang bersamaan. Teknologi memungkinkan anda untuk melakukan semuanya itu. Dengan begitu, anda adalah pengendali diri anda sendiri. Jika anda bisa mengendalikan diri sendiri, maka anda adalah seorang pengendali takdir anda sendiri. Persoalannya adalah; maukah anda mengendalikan takdir anda sendiri, atau menyerahkannya kepada orang lain?
Kitalah yang bertanggungjawab terhadap takdir kita sendiri. Namun, kebanyakan orang membiarkan pihak lain mengambil alih tanggungjawab itu. Terserah tuan, atau nyonya. Terserah atasan. Terserah teman. Dan terserah keadaan. Maaf, apakah berlebihan jika saya mengatakan bahwa; mungkin anda juga begitu. Saya tahulah…, anda tidak terima pernyataan saya yang terkahir itu. Anda tidak menyerahkan tanggungjawab kepada orang lain. Tentu saja, jika anda kira begitu. Tetapi, mari kita uji; benarkah demikian? Jika anda orang yang rajin bekerja, kemudian atasan anda bilang;”Maaf, kenaikan gajimu tahun ini hanya 1%.” Apa yang akan anda lakukan? Apakah anda akan terus menunjukkan kinerja tinggi anda? Atau anda melakukannya sesuai dengan ’takaran’ yang menurut pendapat anda sesuai dengan tingkat kenaikna gaji dari perusahaan? Jawaban anda akan menentukan apakah kata-kata saya yang anda protes tadi benar atau tidak.
Dalam situasi yang lain; sebenarnya anda adalah orang yang bersemangat. Tapi, ketika anda menghadapi kesulitan hidup, atau… kena PHK, misalnya. Apa reaksi anda? Anda bangkit berdiri dan terus melangkah maju, atau anda akan terpuruk? Again, jawaban anda akan menentukan benar tidaknya kata-kata saya. Jika itu benar, sudahlah, anda jangan protes lagi. Akui saja. Dan mulai sekarang, berhentilah melemparkan tanggungjawab untuk membentuk takdir anda sendiri kepada orang lain. Ambillah tangungjawab itu; dan seperti Bibi Wu bilang, ’bentuklah takdirmu sendiri’.
Kalau saya salah? Ya ndak apa-apa, toh. Saya malah senang, kalau saya yang salah. Karena selain itu menunjukkan bahwa teman-teman saya pasti akan baik-baik saja; itu juga mengindikasikan bahwa saya berada ditengah komunitas orang-orang yang berani mengambil tanggungjawab itu. Dan jika saja suatu hari nanti saya membutuhkan seseorang untuk menasihati saya. Memberi saya semangat. Untuk berani mengambil tanggungjawab terhadap diri sendiri. Berdiri tegar kala menghadapi badai kehidupan. Maka, semoga orang itu adalah anda. That’s what friends are for…., bukan begitu?
(You know; there is a child in every adult’s soul…) (there is a child soul in every adult's...)
Source : www.dadangkadarusman.com
Bibi Wu bilang: ”Tahun ini panen akan sukses besar.” Semua petani bersorak-sorai. Berpelukan. Dan berlompatan.
”Ini akan menjadi tahun yang bagus bagi si kembar.” Lanjutnya. Orang-orang kembar kegirangan.
Lalu Bibi Wu menatap awan yang menyelaputi gunung berapi. Dahinya mengernyit, kemudian bilang:”Tahun ini desa tidak akan hancur oleh letusan gunung berapi.” Warga desa bersorak gembira. Gunung berapi tidak meletus, pikir mereka.
Untuk sebuah alasan percintaannya, Aang menaiki puncak gunung. Untuk mengambil sekuntum bunga lili yang sangat langka. Bunga yang hanya tumbuh dipuncak gunung berapi itu. Saka menemani Aang melakukannya. Namun, ketika mereka sampai ke puncak gunung dimana mulut kawah itu berada; mereka terkejut mendapati lahar panas siap dimuntahkan kapan saja. Gunung berapi itu segera akan meletus.
”Bibi Wu salah!” kata Aang dalam keterkejutannya. Gunung akan meletus. Warga desa harus segera diungsikan. Lalu, bersama Katara dan Saka, Aang menghimpun para lelaki dewasa di desa untuk membuat parit besar dan bendungan agar lahar tidak membanjiri perkampungan. Dan ketika gunung itu meletus, desa terbebas dari kerusakan. Warga desa semuanya berbahagia.
Ketika hendak berpisah, Bibi Wu menatap Aang, dan tersenyum penuh arti. Lalu, Aang mendekat kepadanya: ”Saat kau meramalku,” katanya, ”kau tidak mengatakan yang sebenarnya; melainkan apa yang ingin aku dengarkan.” ia melanjutkan.
Bibi Wu menjawab dengan bijak: ”Akan aku katakan sebuah rahasia kecil kepadamu,” katanya. ”Sama seperti kelak kau akan bisa membentuk awan; kau mempunyai kekuatan untuk membentuk takdirmu sendiri.”
Anda tahu, bahwa Aang adalah seorang keturunan para pengendali udara. Dan bagi mereka, membentuk awan bagaikan sebuah permainan anak kecil yang mudah dan menyenangkan. Dengan demikian, pesan Bibi Wu begitu terang; ’Kau akan dengan mudah dapat membentuk takdirmu sendiri’.
Anda bukan pengendali udara seperti Aang. Bukan pengendali air seperti Katara. Bukan pengendali api seperti Pangeran Muda Zhukou. Dan bukan pula si tua nyentrik, sang pengendali tanah. Anda, dan setiap manusia di jaman modern lainnya adalah pengendali udara, pengendali air, pengendali api, dan tanah dalam waktu yang bersamaan. Teknologi memungkinkan anda untuk melakukan semuanya itu. Dengan begitu, anda adalah pengendali diri anda sendiri. Jika anda bisa mengendalikan diri sendiri, maka anda adalah seorang pengendali takdir anda sendiri. Persoalannya adalah; maukah anda mengendalikan takdir anda sendiri, atau menyerahkannya kepada orang lain?
Kitalah yang bertanggungjawab terhadap takdir kita sendiri. Namun, kebanyakan orang membiarkan pihak lain mengambil alih tanggungjawab itu. Terserah tuan, atau nyonya. Terserah atasan. Terserah teman. Dan terserah keadaan. Maaf, apakah berlebihan jika saya mengatakan bahwa; mungkin anda juga begitu. Saya tahulah…, anda tidak terima pernyataan saya yang terkahir itu. Anda tidak menyerahkan tanggungjawab kepada orang lain. Tentu saja, jika anda kira begitu. Tetapi, mari kita uji; benarkah demikian? Jika anda orang yang rajin bekerja, kemudian atasan anda bilang;”Maaf, kenaikan gajimu tahun ini hanya 1%.” Apa yang akan anda lakukan? Apakah anda akan terus menunjukkan kinerja tinggi anda? Atau anda melakukannya sesuai dengan ’takaran’ yang menurut pendapat anda sesuai dengan tingkat kenaikna gaji dari perusahaan? Jawaban anda akan menentukan apakah kata-kata saya yang anda protes tadi benar atau tidak.
Dalam situasi yang lain; sebenarnya anda adalah orang yang bersemangat. Tapi, ketika anda menghadapi kesulitan hidup, atau… kena PHK, misalnya. Apa reaksi anda? Anda bangkit berdiri dan terus melangkah maju, atau anda akan terpuruk? Again, jawaban anda akan menentukan benar tidaknya kata-kata saya. Jika itu benar, sudahlah, anda jangan protes lagi. Akui saja. Dan mulai sekarang, berhentilah melemparkan tanggungjawab untuk membentuk takdir anda sendiri kepada orang lain. Ambillah tangungjawab itu; dan seperti Bibi Wu bilang, ’bentuklah takdirmu sendiri’.
Kalau saya salah? Ya ndak apa-apa, toh. Saya malah senang, kalau saya yang salah. Karena selain itu menunjukkan bahwa teman-teman saya pasti akan baik-baik saja; itu juga mengindikasikan bahwa saya berada ditengah komunitas orang-orang yang berani mengambil tanggungjawab itu. Dan jika saja suatu hari nanti saya membutuhkan seseorang untuk menasihati saya. Memberi saya semangat. Untuk berani mengambil tanggungjawab terhadap diri sendiri. Berdiri tegar kala menghadapi badai kehidupan. Maka, semoga orang itu adalah anda. That’s what friends are for…., bukan begitu?
(You know; there is a child in every adult’s soul…) (there is a child soul in every adult's...)
Source : www.dadangkadarusman.com
Labels: Motivaion