Monday, October 13, 2008

General Motors Corp., Gord Motor Co., dan Chrysler LLC, tiga besar produsen mobil AS, kemungkinan dipaksa jatuh pailit akibat krisis kredit global yang melanda AS.

Analis Standard & Poor Robert Schulz dalam wawancara di Bloomberg Television Jumat mengatakan berbagai faktor makro dapat membuat mereka kewalahan pada beberapa poin, bahkan jika GM, Ford, Chrysler berjanji meneruskan rencana perubahan mereka.


Penilaian Shulz menekankan tekanan terhadap industri mobil, saat krisis kredit terus memburuk, karena pembeli lebih sukar untuk mendapat pinjaman serta pedagang kesulitan membiayai operasional mereka.

S&P sebelumnya mengatakan kemungkinan menurunkan peringkat kredit GM dan Ford terkait ramalan permintaan mobil 2009 yang akan jatuh pada level terendah sejak 1992.

"Dengan ketiga perusahaan itu berupaya meningkatkan dana kas, pengajuan kepailitan akan menjadi jalan terakhir, meskipun bukan sebuah keputusan strategis," kata Schulz.

"Kita tidak melihat itu sebagai sesuatu yang akan mereka pilih," ujarnya. Schulz mengatakan pemicu sebuah program restrukturisasi di bawah perlindungan kepailitan akan didasarkan pada kemampuan produsen mobil untuk menjaga likuiditasnya saat penjualan menurun. Sementara penjualan industri mobil turun 27 persen bulan lalu, yang merupakan level terburuk dalam 17 tahun.

Juru bicara GM, Reee Rashid-Merem mengatakan, "Kepailitan bukan merupakan opsi yang dipertimbakan GM," dalam wawancara Jumat, yang mengulangi pernyataan sebelumnya. "Itu bukan keinginan karyawan, pemegang saham, pemasok, atau pelanggan kami."

seorang sumber Bloomberg mengatakan, Ford Motor Co saat ini tengah mempertimbangkan untuk menjual kepemilikan saham mayoritasnya di Mazda Motor Corp. Padahal, produsen mobil asal Amerika Serikat (AS) tersebut sudah tiga puluh tahun menanamkan investasinya di produsen mobil Jepang, Mazda. Maklum saja, pada Jumat (10/10) lalu, indeks Nikkei merosot tajam yang mencapai 11%.

Dikabarkan, penjualan saham tersebut terkait dengan keringnya dana tunai yang dimiliki Ford seiring melempemnya dunia otomotif AS, yang mencapai titik terendah sejak 1991. Sumber itu juga bilang, rencana penjualan sepertiga saham Mazda tersebut belum dapat dipastikan waktu pelaksanaannya.

Ketika dikonfirmasikan mengenai masalah ini, pihak manajemen Ford yang berbasis di Michigan mengatakan, “Kami tidak mau memberikan komentar terhadap sesuatu yang berdasarkan rumor.” Sementara, juru bicara Mazda Yukari Hara juga menolak mengonfirmasi masalah tersebut.

Jika Ford benar-benar melepas kepemilikan sahamnya di Mazda, hal itu berarti juga akan mengakhiri kerjasama kedua belah pihak. Selama ini, produsen mobil terbesar kedua AS tersebut menggunakan jasa Mazda untuk melatih para eksekutif, termasuk memberikan pelatihan kepada kepala keuangan di kawasan Amerika Utara yang akan datang dan kepala keuangan yang menjabat saat ini.

Rumor mengenai rencana aksi jual Ford tersebut juga ditulis oleh beberapa media Jepang, yaitu NHK dan Nikkei English News. Kedua media menulis, sudah ada beberapa pembeli potensial yang berniat membeli saham Mazda dari Ford. Mereka antara lain Sumitomo Corp, Itochu Corp, dan Tata Motor Ltd asal India.

Berdasarkan harga saham penutupan pada 10 Oktober di bursa Tokyo, kepemilikan Ford atas saham Mazda bernilai US$ 1,36 miliar. Ford sendiri sudah mengalami kerugian hingga US$ 23,9 miliar sejak akhir 2005 silam. Merosotnya penjualan mobil AS pada bulan lalu yang mencapai 35%, ikut mempengaruhi pendapatan Ford.

Kebutuhan dana operasional GM, Ford, dan Chrysler sangat substansial, sehingga jika terlihat mereka terpaksa menekan dana operasional karena kerugian operasional dan penggunaan dana kas, maka itu adalah poin di mana mereka harus mempertimbangkan kepailitan, kata Schulz.

S&P Kamis mengatakan peringkat utang mereka untuk GM dan Ford, yang enam tahap di bawah poin investasi pada B-, kemungkinan diturunkan lagi karena produsen mobil itu menghadapi tantangan serius di tahun 2009.

Rashid-Merem mengatakan GM masih berharap menambah likuiditas US$ 15 miliar di akhir tahun depan, termasuk mempercepat pabriknya untuk menghemat biaya US$ 10 miliar.

Source : tempointeraktif.com - kontan.co.id