Monday, December 8, 2008

Investor punya banyak cara dalam mengembangkan modalnya pada industri pasar modal. Artinya dalam investasi di pasar saham, investor tidak mesti harus terpaku pada satu strategi saja. Ada kalanya, strategi yang satu dikombinasikan dengan strategi lain yang lebih menguntungkan. Perubahan strategi investasi ini juga terkadang tanpa rencana, sebab perubahan strategi itu sangat tergantung pada kondisi pasar, dan tujuan investasi seorang investor.

Dengan strategi investasi yang sangat fleksibel dan sangat moderat, karena tergantung pada situsasi dan kondisi. "Maka jadilah investasi di pasar modal menjadi sangat menarik, mobile, dan menggairahkan," begitu kata banyak pelaku pasar modal yang sudah menjadikan industri pasar modal sebagai ajang memburu pendapatannya. Investasi di pasar modal dikatakan mobile (selalu bergerak), dan tidak bersandar hanya pada satu strategi menyebabkan investasi di pasar modal ini perlu pengamatan yang serius dan terus menerus.

Pengamatan yang serius lantaran potensi pendapatan yang bisa dibukukan dalam investasi bursa saham adalah selain dividen juga capital gain. Dividen merupakan bagian dari laba perusahaan yang dibagikan kepada pemegang saham, sedangkan capital gain merupakan selisih harga jual dan harga beli yang positif dengan kata lain "Menjual pada saat harga lebih tinggi dan membeli pada saat harga lebih rendah", merupakan tujuan investor saham di pasar modal.

Pengamatan atau monitoring tidak hanya atas saham yang menjadi sasaran investasi, tapi juga terhadap saham-saham lain, bahkan kondisi pasar serta informasi yang terkait dengan investasi itu. Monitoring yang cukup serius dan terus-menerus itu perlu dilakukan agar investor selalu mendapat kesempatan pertama dalam menerima informasi. Kecepatan menerima informasi ini, merupakan peluang memperoleh pendapatan dan keuntungan di pasar modal. Sehingga dalam investasi di pasar modal sedikitnya terdapat 8 (delapan) strategi yang paling sederhana, dan hampir seluruh investor menerapkannya.

Ke delapan strategi yang biasa dilakukan investor itu antara lain:

1. Beli di Pasar Perdana, Jual Begitu Masuk di Pasar Sekunder
Strategi ini digunakan karena adanya keyakinan investor bahwa harga akan naik begitu suatu saham dicatatkan di bursa efek. Hal ini dilandasi dengan asumsi bahwa underwriter tidak akan membiarkan harga jatuh pada minggu pertama di pasar sekunder. Dalam strategi membeli di pasar perdana dan menjual di pasar sekunder ini banyak sudah contoh yang bisa diambil. Kendati anggapan bahwa underwriter tidak membiarkan harga akan jatuh pada hari-hari pertama di pasar sekunder, ada benarnya juga tapi dalam menerapkan strategi ini investor juga tetap berpedoman pada harga saham yang akan dilepas dengan harga saham sejenis yang sudah tercatat. Perbandingan harga ini perlu menjadi perhatian, karena bisa saja harga saham IPO lebih rendah ketimbang saham yang sudah tercatat atau sebaliknya. Untuk itu, investor perlu membandingkan harga dengan pendapatan kedua saham tersebut yang akan dilepas dengan saham yang sudah tercatat.
Kendati tidak selamanya benar, tapi banyak pelaku pasar yang beranggapan bahwa strategi membeli di perdana dan jual di sekunder ini cocok bila diterapkan pada waktu pasar sedang bullish (harga-harga saham di pasar sekunder sedang naik).

2. Strategi Beli dan Simpan (Buy and Hold)
Strategi ini digunakan oleh investor karena berkeyakinan bahwa suatu perusahaan akan berkembang selama jangka panjang, misalnya perusahaan yang produknya sangat strategis. Umumnya strategi ini juga cocok digunakan pada saat harga mencapai titik terendah atau umumnya pasar sedang bearish (harga-harga saham sangat rendah).

3. Strategi Berpindah
Strategi ini digunakan oleh investor yang aktif mengikuti perkembangan pasar. Tujuannya adalah memanfaatkan peluang kemungkinan naiknya harga saham lain dengan harapan pemodal tersebut memperoleh capital gain dalam waktu singkat. Dalam jangka panjang, strategi ini bertujuan mengubah jenis saham yang dimiliki, dengan harapan saham lain lebih prospektif. Strategi ini cocok digunakan pada saham-saham yang aktif diperdagangkan di bursa efek (likuid).

4. Strategi Mengurangi Kerugian (Cut Loss)
Strategi ini digunakan untuk mengurangi kerugian atas pembelian saham yaitu dengan cara menjual saham yang sebelumnya dimiliki dan mengganti dengan saham lain (berpindah), cara lainnya yaitu dengan membeli saham sejenis seperti yang dipegang sebelumnya pada waktu harganya rendah dan melepaskannya kembali pada waktu harganya naik. Sehingga kerugian pada saat membeli diwaktu harga tinggi dapat dikurangi (cut loss).

5. Membeli Saham-saham Tidur
Strategi membeli saham-saham tidur maksudnya membeli saham-saham yang tidak aktif, karena biasanya saham-saham yang tidak aktif sering luput dari perhatian orang banyak, sehingga cenderung harganya murah. Tipe pemodal yang sabar cocok membeli saham-saham yang tidak aktif tersebut, sebab pada umumnya potensi keuntungan pada saham yang demikian ini akan nampak dalam jangka waku yang lama.

6. Strategi Konsentrasi pada Industri
Investor yang memusatkan perhatiannya pada perkembangan industri tertentu, karena lebih mengetahui kondisi, mekanisme kerja dari perusahaan yang berada pada industri tersebut, tren industri dan sebagainya. Strategi investasi dengan cara ini adalah memilih saham-saham yang terbaik pada industri tersebut.

7. Strategi Membeli Pasar
Seorang pemodal dikatakan melakukan strategi membeli pasar, apabila investor secara relatif proporsional ke dalam saham-saham yang ada di bursa efek, misalnya 50 persen jenis saham yang tecatat di bursa efek. Strategi ini mungkin kurang tepat bagi investor kecil, karena untuk melaksanakan strategi ini tentunya membutuhkan dana yang besar.

8. Strategi Membeli Melalui Reksa dana
Strategi ini dilakukan dengan mempercayakan pengelolaan dana yang dimiliki oleh investor kepada suatu lembaga yang disebut reksa dana. Reksa dana akan melakukan penyebaran investasi untuk mencapai tingkat keuntungan tertentu dan meminimumkan risiko.

Namun semua itu bukan menjadi satu patokan atau keharusan strategi yang dilakukan oleh investor, karena semua kembali kepada karakter tingkat risiko yang dimiliki oleh para investor.

Source : okezone.com