Wednesday, November 26, 2008

Sejak tahun 2006 Bursa Efek Indonesia (BEI) menggelar sekolah pasar modal. Sekolah yang khusus memberi pengetahuan yang lebih luas lagi tentang seluk beluk di pasar modal tersebut, diminati ribuan peserta. Karena keterbatasan tempat dan waktu, akhirnya kelas hanya dibatasi beberapa ratus siswa saja untuk setiap tingkat pendidikan. Tingkat pendidikan yang diberikan antara lain berkenaan pemahaman dasar mengenai pasar modal, lalu tingkat lanjutan dan tingkat professional. Di antara pertanyaan yang paling banyak ditanyakan adalah soal reksa dana, khususnya terkait dengan bagaimana memilih reksa dana yang tepat dan baik?

Bagi orang yang memiliki uang lebih, dan hanya dengan dua anak, sudah barang tentu mobil terbaiknya cukup sedan. Dan rumah terbaik baginya cukup sebuah rumah, dengan sebuah garasi, serta tiga kamar tidur. Tapi bagi orang yang tidak cukup uang, rumah dengan dua kamar mungkin sudah cukup, sedangkan kendaraan terbaik bagi mereka adalah cukup sepeda motor.

Ilustrasi di atas mencerminkan bahwa kebutuhan orang per orang satu sama lain jelas berbeda. Perbedaaan tersebut boleh jadi karena pola hidup, jumlah anggota keluarga, usia, penghasilan yang berbeda satu sama lainnya. Karenanya untuk menjawab sebuah pertanyaan memilih reksa dana terbaik dalam sebuah investasi bisa kita jelaskan tergantung dengan kebutuhan, dan tujuan investasi dari investor sendiri. Karena itu sebelum memilih sebuah reksa dana seorang investor perlu melihat dulu tujuan investasinya, kecukupan dana yang dimiliki serta untuk keperluan apa investasi pada reksa dana itu dilakukan.

Para penasihat investasi terkait dengan investasi pada reksa dana ini selalu mengingatkan investor akan beberapa hal yang terkait dengan instrumen investasi, khususnya tentang pasar modal ini. Menurut para pakar investasi itu setidaknya ada 7 (tujuh) pertimbangan yang harus dibuat dalam sebuah investasi.

Pertama pilihan investasi, sumber daya keuangan (dana), jangka waktu investasi, kemampuan menanggulangi risiko, alternatif investasi, kemampuan mengakses informasi, serta kemampuan menentukan pilihan investasi.

Semua faktor yang menjadi pertimbangan investasi tersebut harus benar-benar dipahami dan saling terkait satu dengan yang lainnya. Ketika seorang investor memutuskan berinvestasi pada reksa dana dengan demikian, dia harus menyiapkan dana yang dibutuhkan. Dana yang disiapkan harus sesuai dengan jangka waktu investasi, untuk itu fluktuasi yang harga dari reksa dana yang mungkin terjadi harus pula dapat diantisipasi dengan menjawab pertanyaan seberapa besar risiko yang bisa dihadapi apabila terjadi fluktuasi harga.

Kesanggupan terhadap fluktuasi harga ini bisa dalam bahasa populernya sering dikatakan sebagai kemampuan investor bertoleransi dengan risiko yang mungkin dihadapi. Toleransi terhadap risiko ini juga akan sangat terkait dengan upaya melakukan alternatif investasi. Bila suatu produk investasi mengalami penurunan yang signifikan maka investor harus sesegera mungkin melakukan upaya mengubah investasinya. Jadi harus ada alternatif pilihan investasi yang disiapkan. Kesiapan terhadap alternatif investasi maupun kesiapan akan investasi produk yang menjadi pilihan utama juga harus didasari pada akurasi sumber informasi yang baik. Untuk itu edukasi dan pemahaman dari karakteristik produk investasi dari sebuah reksa dana perlu diketahui. Karena hanya dengan cara itu investor bisa mengetahui pilihan investasi yang tepat.

Saling keterkaitan dari masing-masing poin yang menjadi pertimbangan dalam investasi tersebut adalah satu keharusan, sebab begitu seseorang akan melakukan investasi maka ia akan berhadapan dengan pasar.

Tergantung Dana Kelolaan

Dalam industri reksa dana ini yang perlu diketahui investor bahwa kinerja sebuah reksa dana akan berbeda satu sama lainnya. Kinerja NAB diperlihatkan dengan besar dan kecilnya Nilai Aktiva Bersih (NAB). Karena itu peningkatan NAB sebuah reksa dana akan sangat tergantung pada alokasi dana yang ada pada reksa dana tersebut. Keseluruhan dana yang diberikan investor akan dialokasikan oleh manajer investasi ke dalam aset yang menjadi tujuan investasinya. Kalau investasinya pada fixed income maka akan dana-dana tersebut akan dibelikan pada obligasi atau instrumen pasar yang sifatnya berpendapatan tetap. Begitu pula bila reksa dananya merupakan reksa dana campuran, maka akan teralokasi sebagaimana tujuan dari investasi yang dibuat dalam prosepektus. Seluruh asset tersebut akan mencerminkan NAB. Untuk reksa dana saham misalnya.

Secara sederhana yang perlu diketahui seorang investor pemula adalah bahwa kinerja Nilai Aktiva Bersih (NAB) akan sangat fluktuatif dibandingkan kinerja reksa dana pasar uang, atau reksa dana fixed income (reksa dana pasar). Itu kalau kita bandingkan antara reksa dana saham dengan jenis reksa dana lainnya. Fluktuasi masing-masing NAB reksa dana tersebut juga tidak sama.

Dalam informasi yang disajikan manajer investasi sebuah reksa dana kerap dilaporkan bahwa reksa dana saham XYZ dalam 12 bulan terakhir berhasil membukukan kenaikan NAB sebesar 30 persen. Namun jika dibandingkan dalam satu bulan terakhir, ternyata NAB reksa dana XYZ tersebut telah mengalami penurunan sebesar 5 persen. Itu artinya bagi investor yang telah masuk dan memegang reksa dana saham XYZ ini pada 12 bulan yang lalu praktis sudah mengantongi keuntungan sebesar 30 persen. Tapi bagi yang baru masuk satu bulan berselang, ia mengalami kerugian sebesar 5 persen.

Kondisi tersebut mencerminkan bahwa investor yang akan membeli sebuah reksa dana tidak harus berpatokan pada kondisi sebelumnya, alias data historikal dari sebuah reksa dana tidak bisa dijadikan patokan.

Sebaliknya untuk reksa dana pendapatan tetap, gejolak NAB tidak akan se-fluktuatif dari reksa dana saham. Pertumbuhan NAB reksa dana fixed income praktis lebih teratur dengan perubahan yang dari bulan ke bulan kenaikannya relatif kecil. Oleh karena itu bila ingin membeli reksa dana saham yang harus diperhatikan dan dipelajari adalah data historikal yang cukup panjang, misalnya satu tahun, terakhir bukan satu bulan.

Di samping itu dalam investasi reksa dana ini juga akan sangat dipengaruhi oleh total aktiva dari reksa dana tersebut. Misalnya Reksa dana ABC memiliki total aktiva sebesar Rp 100 miliar, dan reksa dana DEF memiliki total aktiva Rp 10 miliar. Apabila kedua reksa dana tersebut harus memperoleh pendapatan sebesar 20 persen dalam satu bulan, sudah barang tentu akan lebih mudah bagi reksa dana DEF. Untuk mencapai pendapatan 20 persen dari total aktivanya, reksa dana DEF yang memiliki aktiva sebesar 10 miliar cukup mencari pendapatan (capital gain, dividen, dan sebagainya) sebesar Rp2 miliar saja.

Sedangkan bagi reksa dana ABC yang total aktivanya mencapai Rp100 miliar hampir pasti akan memperoleh kesulitan untuk mendapatkan pendapatan sebesar Rp20 miliar dalam satu bulan. Dengan kata lain kesempatan bagi manajer investasi DEF yang mengelola dana Rp10 miliar untuk memperoleh perolehan pendapatan sebesar Rp 2 miliar akan lebih besar ketimbang manjer investasi yang mengelola dana ABC. Tapi di lain pihak bagi reksa dana DEF apabila terjadi penurunan pasar tentunya akan lebih sulit melakukan diversifikasi dibandingkan reksa dana ABC. Dana (total aktiva) reksa dana ABC lebih besar sehingga begitu terjadi penurunan harga manajer investasi ABC akan sesegera mungkin melakukan perubahan portofolio dari reksa dananya. Karena itu dalam investasi reksa dana banyak faktor yang mesti kita perhitungan, misalnya terkait dengan gaya dari manajer investasi, pola pengelolaan portofolio dari asset reksa dana dan sebagainya.

Untuk mengetahui hal itu bukan sesuatu yang sulit, sebab informasi mengenai reksa dana demikian terbuka. Investor tinggal melihat perkembangan NAB jenis reksadana serta pola dan gaya investasi dari para manajer investasi. Masing-masing manajer investasi memiliki gaya sendiri dalam menentukan pilihan portofolio guna mengembangkan NAB. Pengembangan NAB ini pun bisa dipelajari, ada manajer invetasi yang menentukan pilihan investasinya secara kolektif ada yang diserahkan kepada ahlinya.

Source : okezone.com