Saturday, November 15, 2008
Kejatuhan pasar saham dalam beberapa pekan terakhir menimbulkan pertanyaan, kemana sebenarnya larinya uang? Yang benar adalah tak satu sen pun dana keluar dari pasar saham.
Kejatuhan pasar saham yang sudah dimulai sejak September telah merebak ke seluruh dunia. Mulai dari Asia, Eropa, Amerika, bahkan Timur Tengah semuanya mengalami kejatuhan dramatis. Secara rata-rata, pasar saham di seluruh dunia mengalami penurunan hingga 30-50 persen dibandingkan tahun 2007.
Kejatuhan itu bermula dari krisis subprime mortgage di AS, yang memicu seretnya likuiditas sehingga membuat sektor finansial berjatuhan.
Namun menurut John Sloman, profesor ekonomi dari University of Bristol, pasar sebenarnya hanya mengalami kerugian 'kertas' dan tidak berhubungan langsung dengan hilangnya dana tunai. Dan ini berhubungan dengan anjloknya nilai dari 'kertas' itu sendiri.
"Ketika kita mengatakan triliunan dolar telah hilang, maka sebenarnya ini adalah kata-kata yang salah," jelas Sloman dalam wawancaranya dengan AFP.
"Yang seharusnya kita katakan adalah: triliunan dolar nilai pasar modal sudah dimusnahkan. Dan ini benar-benar berbeda karena ini bukanlah uang, melainkan nilai, yang sebenarnya merupakan basis dari harga yang orang mau membayarnya pada suatu waktu," jelasnya.
Robert Shiller, profesor ekonomi dari Universitas Yale pun menerangkannya dengan membandingkan turunnya harga rumah.
"Misalnya suatu hari Anda meminta agen properti untuk memperkirakan nilai rumah Anda jika akan dijual. Namun pada hari berikutnya, Anda meminta agen properti kedua memperkirakan nilai rumah Anda, dan agen kedua membuat estimasi yang lebih rendah 10 persen," jelas Shiller.
"Apakah itu artinya Anda kehilangan uang? Tentu saja tidak, karena uang yang Anda miliki tidak berubah demikian juga uang di rekening Anda," imbuhnya lagi.
"Namun Anda akan merasa lebih miskin. Dan ini sama halnya dengan di pasar saham. Tidak ada orang yang kehilangan 'uang' dalam arti yang sesungguhnya secara istilah, namun mereka sudah kehilangan nilainya," tambah Profesor Shiller.
Namun demikian, investor spekulan bisa benar-benar kehilangan uangnya jika mereka mencoba-coba berspekulasi di tengah gejolak pasar saham yang sangat dahsyat.
Sorang pialang biasanya membeli saham dengan kinerja yang buruk karena mereka berspekulasi bahwa harga sahamnya sudah mencapai titik terendah, dengan harapan mereka akan menjualnya lagi setelah harga naik. Namun kadang-kadang ternyata harga saham justru meluncur turun lebih jauh.
"Jika Anda perlu untuk menjual aset-aset ini dan nilai aset Anda sudah turun, maka Anda dapat kehilangan uang dari harga yang Anda bayar untuk aset ini," jelas Sloman.
"Anda harus membedakan aset-aset, seperti saham atau rumah dari uang tunai. Uang tunai bisa lenyap, tapi nilai aset seperti 'kertas' (saham) dan fisik (rumah) bisa turun karena mereka tergantung dari permintaan dan penawaran. Namun itu tidak berarti ada uang yang hilang," urai profesor Sloman.
Source : detikfinance.com
Kejatuhan pasar saham yang sudah dimulai sejak September telah merebak ke seluruh dunia. Mulai dari Asia, Eropa, Amerika, bahkan Timur Tengah semuanya mengalami kejatuhan dramatis. Secara rata-rata, pasar saham di seluruh dunia mengalami penurunan hingga 30-50 persen dibandingkan tahun 2007.
Kejatuhan itu bermula dari krisis subprime mortgage di AS, yang memicu seretnya likuiditas sehingga membuat sektor finansial berjatuhan.
Namun menurut John Sloman, profesor ekonomi dari University of Bristol, pasar sebenarnya hanya mengalami kerugian 'kertas' dan tidak berhubungan langsung dengan hilangnya dana tunai. Dan ini berhubungan dengan anjloknya nilai dari 'kertas' itu sendiri.
"Ketika kita mengatakan triliunan dolar telah hilang, maka sebenarnya ini adalah kata-kata yang salah," jelas Sloman dalam wawancaranya dengan AFP.
"Yang seharusnya kita katakan adalah: triliunan dolar nilai pasar modal sudah dimusnahkan. Dan ini benar-benar berbeda karena ini bukanlah uang, melainkan nilai, yang sebenarnya merupakan basis dari harga yang orang mau membayarnya pada suatu waktu," jelasnya.
Robert Shiller, profesor ekonomi dari Universitas Yale pun menerangkannya dengan membandingkan turunnya harga rumah.
"Misalnya suatu hari Anda meminta agen properti untuk memperkirakan nilai rumah Anda jika akan dijual. Namun pada hari berikutnya, Anda meminta agen properti kedua memperkirakan nilai rumah Anda, dan agen kedua membuat estimasi yang lebih rendah 10 persen," jelas Shiller.
"Apakah itu artinya Anda kehilangan uang? Tentu saja tidak, karena uang yang Anda miliki tidak berubah demikian juga uang di rekening Anda," imbuhnya lagi.
"Namun Anda akan merasa lebih miskin. Dan ini sama halnya dengan di pasar saham. Tidak ada orang yang kehilangan 'uang' dalam arti yang sesungguhnya secara istilah, namun mereka sudah kehilangan nilainya," tambah Profesor Shiller.
Namun demikian, investor spekulan bisa benar-benar kehilangan uangnya jika mereka mencoba-coba berspekulasi di tengah gejolak pasar saham yang sangat dahsyat.
Sorang pialang biasanya membeli saham dengan kinerja yang buruk karena mereka berspekulasi bahwa harga sahamnya sudah mencapai titik terendah, dengan harapan mereka akan menjualnya lagi setelah harga naik. Namun kadang-kadang ternyata harga saham justru meluncur turun lebih jauh.
"Jika Anda perlu untuk menjual aset-aset ini dan nilai aset Anda sudah turun, maka Anda dapat kehilangan uang dari harga yang Anda bayar untuk aset ini," jelas Sloman.
"Anda harus membedakan aset-aset, seperti saham atau rumah dari uang tunai. Uang tunai bisa lenyap, tapi nilai aset seperti 'kertas' (saham) dan fisik (rumah) bisa turun karena mereka tergantung dari permintaan dan penawaran. Namun itu tidak berarti ada uang yang hilang," urai profesor Sloman.
Source : detikfinance.com
Labels: Global Crisis