Saturday, November 29, 2008
Sepasang suami isteri setengah baya yang sama-sama dari kalangan profesional merasa penat dengan kesibukan di Ibukota. Mereka memutuskan untuk berlibur di Bali. Mereka akan menempati kembali kamar hotel yang sama dengan ketika mereka berhoneymoon saat menikah 30 tahun yang lalu. Karena kesibukannya, sang suami harus terbang lebih dahulu dan isterinya baru menyusul keesokan harinya.
Setelah check in di hotel di Bali, sang suami mendapati pesawat komputer yang tersambung ke internet telah terpasang di kamarnya. Dengan gembira ia menulis e-mail mesra kepada isterinya di kantornya di Jalan Sudirman, Jakarta.
Celakanya, ia salah mengetik alamat e-mail isterinya dan tanpa menyadari kesalahannya ia tetap mengirimkan e-mail tersebut.
Di daerah Cinere, seorang wanita baru kembali dari pemakaman suaminya yang baru meninggal. Setiba di rumah, ia langsung check e-mail untuk membaca ucapan-ucapan belasungkawa.
Baru selesai membaca e-mail yang pertama, ia jatuh pingsan. Anak sulungnya yang terkejut kemudian membaca e-mail tersebut, yang bunyinya:
To: Isteriku tercinta
Subject: Aku udah sampai!!!
Date: 18 Mei 2006
Aku tahu pasti kamu kaget tapi seneng dapat kabar dariku. Ternyata disini mereka udah pasang internet juga, katanya biar bisa berkirim kabar buat orang-orang tercinta di rumah.
Aku baru sampai dan sudah check-in. Katanya mereka juga sudah mempersiapkan segalanya untuk kedatanganmu besok.
Nggak sabar juga deh rasanya nunggu kamu. Semoga perjalanan kamu ke sini juga mengasyikkan seperti perjalananku kemaren.
Love,
Papah
PS: Disini lagi panas-panasnya. Kalau pada mau, anak-anak diajak aja
Setelah check in di hotel di Bali, sang suami mendapati pesawat komputer yang tersambung ke internet telah terpasang di kamarnya. Dengan gembira ia menulis e-mail mesra kepada isterinya di kantornya di Jalan Sudirman, Jakarta.
Celakanya, ia salah mengetik alamat e-mail isterinya dan tanpa menyadari kesalahannya ia tetap mengirimkan e-mail tersebut.
Di daerah Cinere, seorang wanita baru kembali dari pemakaman suaminya yang baru meninggal. Setiba di rumah, ia langsung check e-mail untuk membaca ucapan-ucapan belasungkawa.
Baru selesai membaca e-mail yang pertama, ia jatuh pingsan. Anak sulungnya yang terkejut kemudian membaca e-mail tersebut, yang bunyinya:
To: Isteriku tercinta
Subject: Aku udah sampai!!!
Date: 18 Mei 2006
Aku tahu pasti kamu kaget tapi seneng dapat kabar dariku. Ternyata disini mereka udah pasang internet juga, katanya biar bisa berkirim kabar buat orang-orang tercinta di rumah.
Aku baru sampai dan sudah check-in. Katanya mereka juga sudah mempersiapkan segalanya untuk kedatanganmu besok.
Nggak sabar juga deh rasanya nunggu kamu. Semoga perjalanan kamu ke sini juga mengasyikkan seperti perjalananku kemaren.
Love,
Papah
PS: Disini lagi panas-panasnya. Kalau pada mau, anak-anak diajak aja
Labels: Jokes
Friday, November 28, 2008
Walaupun negara-negara di dunia sedang dilanda krisis finansial saat ini, tetapi masih banyak orang-orang super kaya yang tetap beramal. Dari daftar top 50 donatur di Amerika anda pasti sudah mengenal beberap orang dari mereka diantranya adalah Warren Buffett dan Bill Gates, namun terdapat juga 12 donatur baru yang konstribusinya sangat banyak yaitu lebih dari $ 1 milyar.
berikut adalah daftar top 50 donatur Amerika :
1. Warren Buffett
Berkshire Hathaway CEO
2004-08 Giving* $40,655 million
2. Bill & Melinda Gates
Microsoft co-founder
2004-08 Giving* $2,625 million
3. George Kaiser
Oil and gas, banking, investments
2004-08 Giving* $2,377 million
4. George Soros
Investor
2004-08 Giving* $2,214 million
5. William Barron Hilton
Heir and former CEO of Hilton Hotels
2004-08 Giving* $1,700 million
6. Walton Family
Family of Wal-Mart founder
2004-08 Giving* $1,380 million
7. Herbert & Marion Sandler
Golden West Financial co-founders
2004-08 Giving* $1,329 million
8. Peter Peterson
Blackstone Group co-founder
2004-08 Giving* $1,168 million
9. Donald Bren
Real estate developer
2004-08 Giving* $908 million
10. Michael Bloomberg
Bloomberg founder, NYC Mayor
2004-08 Giving* $903 million
11. Jon Huntsman
Huntsman chairman
2004-08 Giving* $803 million
12. Bernard Osher
Banking, investments
2004-08 Giving* $800 million
13. David Rockefeller
Standard Oil heir, banking
2004-08 Giving* $770 million
14. John & Tashia Morgridge
Cisco Systems chairman emeritus
2004-08 Giving* $715 million
15. T. Denny Sanford
Banking and credit cards
2004-08 Giving* $706 million
16. T. Boone Pickens
Energy and investing
2004-08 Giving* $704 million
17. Shelby White
Widow of investor Leon Levy
2004-08 Giving* $614 million
18. Alfred Mann
Medical devices, aerospace
2004-08 Giving* $600 million
19. Kirk Kerkorian
Investor
2004-08 Giving* $598 million
20. Eli & Edythe Broad
SunAmerica, KB Home founder
2004-08 Giving* $589 million
21. Jeffrey Skoll
Founding president of eBay
2004-08 Giving* $551 million
22. Veronica Atkins
Widow of Dr. Robert Atkins
2004-08 Giving* $529 million
23. Robert Wilson
Investor
2004-08 Giving* $512 million
24. Pierre & Pam Omidyar
eBay chairman and founder
2004-08 Giving* $504 million
25. David Koch
Koch Industries executive vice president
2004-08 Giving* $440 million
26. Lorry Lokey
Business Wire founder, chairman
2004-08 Giving* $433 million
27. Sandy & Joan Weill
Former Citigroup chairman, CEO
2004-08 Giving* $411 million
28. John Kluge
Metromedia founder
2004-08 Giving* $410 million
29. Julian Robertson
CEO of Tiger Management
2004-08 Giving* $354 million
30. Bernard Marcus
Home Depot co-founder
2004-08 Giving* $351 million
31. Irwin & Joan Jacobs
Qualcomm co-founder
2004-08 Giving* $341 million
32. Ted Turner
CNN founder
2004-08 Giving* $318 million
33. Philip Knight
Nike founder and chairman
2004-08 Giving* $314 million
34. David & Suzanne Booth
Dimensional Fund Advisors CEO
2004-08 Giving* $309 million
35. Robert Day
Trust Co. of the West CEO
2004-08 Giving* $290 million
36. Hansjörg Wyss
Medical devices
2004-08 Giving* $277 million
37. James Simons
Investor
2004-08 Giving* $275 million
38. Dan Duncan & family
Oil and gas
2004-08 Giving* $259 million
39. Ted & Vada Stanley
MBI founder
2004-08 Giving* $256 million
40. Charles Koch
Chairman and CEO, Koch Industries
2004-08 Giving* $246 million
41. David & Cheryl Duffield
PeopleSoft co-founder
2004-08 Giving* $245 million
42. Sheldon Adelson
Chairman and CEO, Las Vegas Sands Corp.
2004-08 Giving* $243 million
43. Thomas & Stacey Siebel
Siebel Systems founder
2004-08 Giving* $242 million
44. Henry Kravis
Founding partner of KKR
2004-08 Giving* $239 million
45. Paul Allen
Microsoft co-founder, Vulcan Inc. chairman
2004-08 Giving* $232 million
46. Mortimer Zuckerman
Real estate and publishing
2004-08 Giving* $215 million
47. Oprah Winfrey
Harpo chairman
2004-08 Giving* $214 million
48. Peter Lewis
Progressive Insurance chairman
2004-08 Giving* $206 million
49. Harvey Najim
Sirius Computer Solutions chairman and CEO
2004-08 Giving* $202 million
50. Marguerite Hoffman
Widow of investor Robert Hoffman
2004-08 Giving* $201 million
*Based on public records and interviews with donors Data: BusinessWeek, The Chronicle of Philanthropy and the Center on Philanthropy at Indiana University
Source : http://images.businessweek.com
berikut adalah daftar top 50 donatur Amerika :
1. Warren Buffett
Berkshire Hathaway CEO
2004-08 Giving* $40,655 million
2. Bill & Melinda Gates
Microsoft co-founder
2004-08 Giving* $2,625 million
3. George Kaiser
Oil and gas, banking, investments
2004-08 Giving* $2,377 million
4. George Soros
Investor
2004-08 Giving* $2,214 million
5. William Barron Hilton
Heir and former CEO of Hilton Hotels
2004-08 Giving* $1,700 million
6. Walton Family
Family of Wal-Mart founder
2004-08 Giving* $1,380 million
7. Herbert & Marion Sandler
Golden West Financial co-founders
2004-08 Giving* $1,329 million
8. Peter Peterson
Blackstone Group co-founder
2004-08 Giving* $1,168 million
9. Donald Bren
Real estate developer
2004-08 Giving* $908 million
10. Michael Bloomberg
Bloomberg founder, NYC Mayor
2004-08 Giving* $903 million
11. Jon Huntsman
Huntsman chairman
2004-08 Giving* $803 million
12. Bernard Osher
Banking, investments
2004-08 Giving* $800 million
13. David Rockefeller
Standard Oil heir, banking
2004-08 Giving* $770 million
14. John & Tashia Morgridge
Cisco Systems chairman emeritus
2004-08 Giving* $715 million
15. T. Denny Sanford
Banking and credit cards
2004-08 Giving* $706 million
16. T. Boone Pickens
Energy and investing
2004-08 Giving* $704 million
17. Shelby White
Widow of investor Leon Levy
2004-08 Giving* $614 million
18. Alfred Mann
Medical devices, aerospace
2004-08 Giving* $600 million
19. Kirk Kerkorian
Investor
2004-08 Giving* $598 million
20. Eli & Edythe Broad
SunAmerica, KB Home founder
2004-08 Giving* $589 million
21. Jeffrey Skoll
Founding president of eBay
2004-08 Giving* $551 million
22. Veronica Atkins
Widow of Dr. Robert Atkins
2004-08 Giving* $529 million
23. Robert Wilson
Investor
2004-08 Giving* $512 million
24. Pierre & Pam Omidyar
eBay chairman and founder
2004-08 Giving* $504 million
25. David Koch
Koch Industries executive vice president
2004-08 Giving* $440 million
26. Lorry Lokey
Business Wire founder, chairman
2004-08 Giving* $433 million
27. Sandy & Joan Weill
Former Citigroup chairman, CEO
2004-08 Giving* $411 million
28. John Kluge
Metromedia founder
2004-08 Giving* $410 million
29. Julian Robertson
CEO of Tiger Management
2004-08 Giving* $354 million
30. Bernard Marcus
Home Depot co-founder
2004-08 Giving* $351 million
31. Irwin & Joan Jacobs
Qualcomm co-founder
2004-08 Giving* $341 million
32. Ted Turner
CNN founder
2004-08 Giving* $318 million
33. Philip Knight
Nike founder and chairman
2004-08 Giving* $314 million
34. David & Suzanne Booth
Dimensional Fund Advisors CEO
2004-08 Giving* $309 million
35. Robert Day
Trust Co. of the West CEO
2004-08 Giving* $290 million
36. Hansjörg Wyss
Medical devices
2004-08 Giving* $277 million
37. James Simons
Investor
2004-08 Giving* $275 million
38. Dan Duncan & family
Oil and gas
2004-08 Giving* $259 million
39. Ted & Vada Stanley
MBI founder
2004-08 Giving* $256 million
40. Charles Koch
Chairman and CEO, Koch Industries
2004-08 Giving* $246 million
41. David & Cheryl Duffield
PeopleSoft co-founder
2004-08 Giving* $245 million
42. Sheldon Adelson
Chairman and CEO, Las Vegas Sands Corp.
2004-08 Giving* $243 million
43. Thomas & Stacey Siebel
Siebel Systems founder
2004-08 Giving* $242 million
44. Henry Kravis
Founding partner of KKR
2004-08 Giving* $239 million
45. Paul Allen
Microsoft co-founder, Vulcan Inc. chairman
2004-08 Giving* $232 million
46. Mortimer Zuckerman
Real estate and publishing
2004-08 Giving* $215 million
47. Oprah Winfrey
Harpo chairman
2004-08 Giving* $214 million
48. Peter Lewis
Progressive Insurance chairman
2004-08 Giving* $206 million
49. Harvey Najim
Sirius Computer Solutions chairman and CEO
2004-08 Giving* $202 million
50. Marguerite Hoffman
Widow of investor Robert Hoffman
2004-08 Giving* $201 million
*Based on public records and interviews with donors Data: BusinessWeek, The Chronicle of Philanthropy and the Center on Philanthropy at Indiana University
Source : http://images.businessweek.com
Labels: Article
Thursday, November 27, 2008
Hectic/ Fast Market/ Volatile Market : Yaitu pergerakan market yang sangat signifikan dan dapat menyebabkan harga bergerak sangat cepat dan terjadi lompatan harga. Hal ini biasanya disebabkan oleh berita penting ataupun hal-hal lain yang dapat menyebabkan pergerakan yang sangat tiggi di market. Dan bila Anda melakukan order disaat hectic kemungkinan besar dapat terjadi slippage (harga meleset) ataupun delay, requote (permintaan harga order secara berulang-ulang untuk penyesuaiannya) dan spread harga jual dan beli yang juga dapat melebar beberapa saat, karena harus menyesuaikan dengan market yang bergerak cepat tersebut. Hal ini juga biasa digunakan oleh para broker nakal (Stop Loss Hunter) untuk mengeksekusi stop loss clientnya sehingga menyebabkan kerugian bagi para client.
Slippage : Yaitu suatu keadaan dimana order Anda meleset sejauh beberapa point dari harga yang Anda order (hal ini terjadi karena harga yang melompat akibat volatility market atau Hectic/Fast Market). disarankan pada Anda agar menghindari broker yang terlalu sering terjadi Slippage pada servernya karena akan merugikan Anda.
GAP : Yaitu suatu keadaan dimana harga pada market tiba-tiba bergerak secara cepat sehingga tidak dapat direkam oleh server broker sehingga terjadi kekosongan pada harga-harga tertentu, hal ini biasa terjadi pada saat mejelang berita-berita fundamental penting, atau pada akhir pekan, dimana pada saat menjelang market close/tutup masih banyak trader yang ingin melakukan transaksi namun karena market telah tutup maka pada saat open/pembukaan market minggu depan dapat terjadi GAP pada harga.
Slippage : Yaitu suatu keadaan dimana order Anda meleset sejauh beberapa point dari harga yang Anda order (hal ini terjadi karena harga yang melompat akibat volatility market atau Hectic/Fast Market). disarankan pada Anda agar menghindari broker yang terlalu sering terjadi Slippage pada servernya karena akan merugikan Anda.
GAP : Yaitu suatu keadaan dimana harga pada market tiba-tiba bergerak secara cepat sehingga tidak dapat direkam oleh server broker sehingga terjadi kekosongan pada harga-harga tertentu, hal ini biasa terjadi pada saat mejelang berita-berita fundamental penting, atau pada akhir pekan, dimana pada saat menjelang market close/tutup masih banyak trader yang ingin melakukan transaksi namun karena market telah tutup maka pada saat open/pembukaan market minggu depan dapat terjadi GAP pada harga.
Labels: Trading Terminology
Wednesday, November 26, 2008
Sejak tahun 2006 Bursa Efek Indonesia (BEI) menggelar sekolah pasar modal. Sekolah yang khusus memberi pengetahuan yang lebih luas lagi tentang seluk beluk di pasar modal tersebut, diminati ribuan peserta. Karena keterbatasan tempat dan waktu, akhirnya kelas hanya dibatasi beberapa ratus siswa saja untuk setiap tingkat pendidikan. Tingkat pendidikan yang diberikan antara lain berkenaan pemahaman dasar mengenai pasar modal, lalu tingkat lanjutan dan tingkat professional. Di antara pertanyaan yang paling banyak ditanyakan adalah soal reksa dana, khususnya terkait dengan bagaimana memilih reksa dana yang tepat dan baik?
Bagi orang yang memiliki uang lebih, dan hanya dengan dua anak, sudah barang tentu mobil terbaiknya cukup sedan. Dan rumah terbaik baginya cukup sebuah rumah, dengan sebuah garasi, serta tiga kamar tidur. Tapi bagi orang yang tidak cukup uang, rumah dengan dua kamar mungkin sudah cukup, sedangkan kendaraan terbaik bagi mereka adalah cukup sepeda motor.
Ilustrasi di atas mencerminkan bahwa kebutuhan orang per orang satu sama lain jelas berbeda. Perbedaaan tersebut boleh jadi karena pola hidup, jumlah anggota keluarga, usia, penghasilan yang berbeda satu sama lainnya. Karenanya untuk menjawab sebuah pertanyaan memilih reksa dana terbaik dalam sebuah investasi bisa kita jelaskan tergantung dengan kebutuhan, dan tujuan investasi dari investor sendiri. Karena itu sebelum memilih sebuah reksa dana seorang investor perlu melihat dulu tujuan investasinya, kecukupan dana yang dimiliki serta untuk keperluan apa investasi pada reksa dana itu dilakukan.
Para penasihat investasi terkait dengan investasi pada reksa dana ini selalu mengingatkan investor akan beberapa hal yang terkait dengan instrumen investasi, khususnya tentang pasar modal ini. Menurut para pakar investasi itu setidaknya ada 7 (tujuh) pertimbangan yang harus dibuat dalam sebuah investasi.
Pertama pilihan investasi, sumber daya keuangan (dana), jangka waktu investasi, kemampuan menanggulangi risiko, alternatif investasi, kemampuan mengakses informasi, serta kemampuan menentukan pilihan investasi.
Semua faktor yang menjadi pertimbangan investasi tersebut harus benar-benar dipahami dan saling terkait satu dengan yang lainnya. Ketika seorang investor memutuskan berinvestasi pada reksa dana dengan demikian, dia harus menyiapkan dana yang dibutuhkan. Dana yang disiapkan harus sesuai dengan jangka waktu investasi, untuk itu fluktuasi yang harga dari reksa dana yang mungkin terjadi harus pula dapat diantisipasi dengan menjawab pertanyaan seberapa besar risiko yang bisa dihadapi apabila terjadi fluktuasi harga.
Kesanggupan terhadap fluktuasi harga ini bisa dalam bahasa populernya sering dikatakan sebagai kemampuan investor bertoleransi dengan risiko yang mungkin dihadapi. Toleransi terhadap risiko ini juga akan sangat terkait dengan upaya melakukan alternatif investasi. Bila suatu produk investasi mengalami penurunan yang signifikan maka investor harus sesegera mungkin melakukan upaya mengubah investasinya. Jadi harus ada alternatif pilihan investasi yang disiapkan. Kesiapan terhadap alternatif investasi maupun kesiapan akan investasi produk yang menjadi pilihan utama juga harus didasari pada akurasi sumber informasi yang baik. Untuk itu edukasi dan pemahaman dari karakteristik produk investasi dari sebuah reksa dana perlu diketahui. Karena hanya dengan cara itu investor bisa mengetahui pilihan investasi yang tepat.
Saling keterkaitan dari masing-masing poin yang menjadi pertimbangan dalam investasi tersebut adalah satu keharusan, sebab begitu seseorang akan melakukan investasi maka ia akan berhadapan dengan pasar.
Tergantung Dana Kelolaan
Dalam industri reksa dana ini yang perlu diketahui investor bahwa kinerja sebuah reksa dana akan berbeda satu sama lainnya. Kinerja NAB diperlihatkan dengan besar dan kecilnya Nilai Aktiva Bersih (NAB). Karena itu peningkatan NAB sebuah reksa dana akan sangat tergantung pada alokasi dana yang ada pada reksa dana tersebut. Keseluruhan dana yang diberikan investor akan dialokasikan oleh manajer investasi ke dalam aset yang menjadi tujuan investasinya. Kalau investasinya pada fixed income maka akan dana-dana tersebut akan dibelikan pada obligasi atau instrumen pasar yang sifatnya berpendapatan tetap. Begitu pula bila reksa dananya merupakan reksa dana campuran, maka akan teralokasi sebagaimana tujuan dari investasi yang dibuat dalam prosepektus. Seluruh asset tersebut akan mencerminkan NAB. Untuk reksa dana saham misalnya.
Secara sederhana yang perlu diketahui seorang investor pemula adalah bahwa kinerja Nilai Aktiva Bersih (NAB) akan sangat fluktuatif dibandingkan kinerja reksa dana pasar uang, atau reksa dana fixed income (reksa dana pasar). Itu kalau kita bandingkan antara reksa dana saham dengan jenis reksa dana lainnya. Fluktuasi masing-masing NAB reksa dana tersebut juga tidak sama.
Dalam informasi yang disajikan manajer investasi sebuah reksa dana kerap dilaporkan bahwa reksa dana saham XYZ dalam 12 bulan terakhir berhasil membukukan kenaikan NAB sebesar 30 persen. Namun jika dibandingkan dalam satu bulan terakhir, ternyata NAB reksa dana XYZ tersebut telah mengalami penurunan sebesar 5 persen. Itu artinya bagi investor yang telah masuk dan memegang reksa dana saham XYZ ini pada 12 bulan yang lalu praktis sudah mengantongi keuntungan sebesar 30 persen. Tapi bagi yang baru masuk satu bulan berselang, ia mengalami kerugian sebesar 5 persen.
Kondisi tersebut mencerminkan bahwa investor yang akan membeli sebuah reksa dana tidak harus berpatokan pada kondisi sebelumnya, alias data historikal dari sebuah reksa dana tidak bisa dijadikan patokan.
Sebaliknya untuk reksa dana pendapatan tetap, gejolak NAB tidak akan se-fluktuatif dari reksa dana saham. Pertumbuhan NAB reksa dana fixed income praktis lebih teratur dengan perubahan yang dari bulan ke bulan kenaikannya relatif kecil. Oleh karena itu bila ingin membeli reksa dana saham yang harus diperhatikan dan dipelajari adalah data historikal yang cukup panjang, misalnya satu tahun, terakhir bukan satu bulan.
Di samping itu dalam investasi reksa dana ini juga akan sangat dipengaruhi oleh total aktiva dari reksa dana tersebut. Misalnya Reksa dana ABC memiliki total aktiva sebesar Rp 100 miliar, dan reksa dana DEF memiliki total aktiva Rp 10 miliar. Apabila kedua reksa dana tersebut harus memperoleh pendapatan sebesar 20 persen dalam satu bulan, sudah barang tentu akan lebih mudah bagi reksa dana DEF. Untuk mencapai pendapatan 20 persen dari total aktivanya, reksa dana DEF yang memiliki aktiva sebesar 10 miliar cukup mencari pendapatan (capital gain, dividen, dan sebagainya) sebesar Rp2 miliar saja.
Sedangkan bagi reksa dana ABC yang total aktivanya mencapai Rp100 miliar hampir pasti akan memperoleh kesulitan untuk mendapatkan pendapatan sebesar Rp20 miliar dalam satu bulan. Dengan kata lain kesempatan bagi manajer investasi DEF yang mengelola dana Rp10 miliar untuk memperoleh perolehan pendapatan sebesar Rp 2 miliar akan lebih besar ketimbang manjer investasi yang mengelola dana ABC. Tapi di lain pihak bagi reksa dana DEF apabila terjadi penurunan pasar tentunya akan lebih sulit melakukan diversifikasi dibandingkan reksa dana ABC. Dana (total aktiva) reksa dana ABC lebih besar sehingga begitu terjadi penurunan harga manajer investasi ABC akan sesegera mungkin melakukan perubahan portofolio dari reksa dananya. Karena itu dalam investasi reksa dana banyak faktor yang mesti kita perhitungan, misalnya terkait dengan gaya dari manajer investasi, pola pengelolaan portofolio dari asset reksa dana dan sebagainya.
Untuk mengetahui hal itu bukan sesuatu yang sulit, sebab informasi mengenai reksa dana demikian terbuka. Investor tinggal melihat perkembangan NAB jenis reksadana serta pola dan gaya investasi dari para manajer investasi. Masing-masing manajer investasi memiliki gaya sendiri dalam menentukan pilihan portofolio guna mengembangkan NAB. Pengembangan NAB ini pun bisa dipelajari, ada manajer invetasi yang menentukan pilihan investasinya secara kolektif ada yang diserahkan kepada ahlinya.
Source : okezone.com
Bagi orang yang memiliki uang lebih, dan hanya dengan dua anak, sudah barang tentu mobil terbaiknya cukup sedan. Dan rumah terbaik baginya cukup sebuah rumah, dengan sebuah garasi, serta tiga kamar tidur. Tapi bagi orang yang tidak cukup uang, rumah dengan dua kamar mungkin sudah cukup, sedangkan kendaraan terbaik bagi mereka adalah cukup sepeda motor.
Ilustrasi di atas mencerminkan bahwa kebutuhan orang per orang satu sama lain jelas berbeda. Perbedaaan tersebut boleh jadi karena pola hidup, jumlah anggota keluarga, usia, penghasilan yang berbeda satu sama lainnya. Karenanya untuk menjawab sebuah pertanyaan memilih reksa dana terbaik dalam sebuah investasi bisa kita jelaskan tergantung dengan kebutuhan, dan tujuan investasi dari investor sendiri. Karena itu sebelum memilih sebuah reksa dana seorang investor perlu melihat dulu tujuan investasinya, kecukupan dana yang dimiliki serta untuk keperluan apa investasi pada reksa dana itu dilakukan.
Para penasihat investasi terkait dengan investasi pada reksa dana ini selalu mengingatkan investor akan beberapa hal yang terkait dengan instrumen investasi, khususnya tentang pasar modal ini. Menurut para pakar investasi itu setidaknya ada 7 (tujuh) pertimbangan yang harus dibuat dalam sebuah investasi.
Pertama pilihan investasi, sumber daya keuangan (dana), jangka waktu investasi, kemampuan menanggulangi risiko, alternatif investasi, kemampuan mengakses informasi, serta kemampuan menentukan pilihan investasi.
Semua faktor yang menjadi pertimbangan investasi tersebut harus benar-benar dipahami dan saling terkait satu dengan yang lainnya. Ketika seorang investor memutuskan berinvestasi pada reksa dana dengan demikian, dia harus menyiapkan dana yang dibutuhkan. Dana yang disiapkan harus sesuai dengan jangka waktu investasi, untuk itu fluktuasi yang harga dari reksa dana yang mungkin terjadi harus pula dapat diantisipasi dengan menjawab pertanyaan seberapa besar risiko yang bisa dihadapi apabila terjadi fluktuasi harga.
Kesanggupan terhadap fluktuasi harga ini bisa dalam bahasa populernya sering dikatakan sebagai kemampuan investor bertoleransi dengan risiko yang mungkin dihadapi. Toleransi terhadap risiko ini juga akan sangat terkait dengan upaya melakukan alternatif investasi. Bila suatu produk investasi mengalami penurunan yang signifikan maka investor harus sesegera mungkin melakukan upaya mengubah investasinya. Jadi harus ada alternatif pilihan investasi yang disiapkan. Kesiapan terhadap alternatif investasi maupun kesiapan akan investasi produk yang menjadi pilihan utama juga harus didasari pada akurasi sumber informasi yang baik. Untuk itu edukasi dan pemahaman dari karakteristik produk investasi dari sebuah reksa dana perlu diketahui. Karena hanya dengan cara itu investor bisa mengetahui pilihan investasi yang tepat.
Saling keterkaitan dari masing-masing poin yang menjadi pertimbangan dalam investasi tersebut adalah satu keharusan, sebab begitu seseorang akan melakukan investasi maka ia akan berhadapan dengan pasar.
Tergantung Dana Kelolaan
Dalam industri reksa dana ini yang perlu diketahui investor bahwa kinerja sebuah reksa dana akan berbeda satu sama lainnya. Kinerja NAB diperlihatkan dengan besar dan kecilnya Nilai Aktiva Bersih (NAB). Karena itu peningkatan NAB sebuah reksa dana akan sangat tergantung pada alokasi dana yang ada pada reksa dana tersebut. Keseluruhan dana yang diberikan investor akan dialokasikan oleh manajer investasi ke dalam aset yang menjadi tujuan investasinya. Kalau investasinya pada fixed income maka akan dana-dana tersebut akan dibelikan pada obligasi atau instrumen pasar yang sifatnya berpendapatan tetap. Begitu pula bila reksa dananya merupakan reksa dana campuran, maka akan teralokasi sebagaimana tujuan dari investasi yang dibuat dalam prosepektus. Seluruh asset tersebut akan mencerminkan NAB. Untuk reksa dana saham misalnya.
Secara sederhana yang perlu diketahui seorang investor pemula adalah bahwa kinerja Nilai Aktiva Bersih (NAB) akan sangat fluktuatif dibandingkan kinerja reksa dana pasar uang, atau reksa dana fixed income (reksa dana pasar). Itu kalau kita bandingkan antara reksa dana saham dengan jenis reksa dana lainnya. Fluktuasi masing-masing NAB reksa dana tersebut juga tidak sama.
Dalam informasi yang disajikan manajer investasi sebuah reksa dana kerap dilaporkan bahwa reksa dana saham XYZ dalam 12 bulan terakhir berhasil membukukan kenaikan NAB sebesar 30 persen. Namun jika dibandingkan dalam satu bulan terakhir, ternyata NAB reksa dana XYZ tersebut telah mengalami penurunan sebesar 5 persen. Itu artinya bagi investor yang telah masuk dan memegang reksa dana saham XYZ ini pada 12 bulan yang lalu praktis sudah mengantongi keuntungan sebesar 30 persen. Tapi bagi yang baru masuk satu bulan berselang, ia mengalami kerugian sebesar 5 persen.
Kondisi tersebut mencerminkan bahwa investor yang akan membeli sebuah reksa dana tidak harus berpatokan pada kondisi sebelumnya, alias data historikal dari sebuah reksa dana tidak bisa dijadikan patokan.
Sebaliknya untuk reksa dana pendapatan tetap, gejolak NAB tidak akan se-fluktuatif dari reksa dana saham. Pertumbuhan NAB reksa dana fixed income praktis lebih teratur dengan perubahan yang dari bulan ke bulan kenaikannya relatif kecil. Oleh karena itu bila ingin membeli reksa dana saham yang harus diperhatikan dan dipelajari adalah data historikal yang cukup panjang, misalnya satu tahun, terakhir bukan satu bulan.
Di samping itu dalam investasi reksa dana ini juga akan sangat dipengaruhi oleh total aktiva dari reksa dana tersebut. Misalnya Reksa dana ABC memiliki total aktiva sebesar Rp 100 miliar, dan reksa dana DEF memiliki total aktiva Rp 10 miliar. Apabila kedua reksa dana tersebut harus memperoleh pendapatan sebesar 20 persen dalam satu bulan, sudah barang tentu akan lebih mudah bagi reksa dana DEF. Untuk mencapai pendapatan 20 persen dari total aktivanya, reksa dana DEF yang memiliki aktiva sebesar 10 miliar cukup mencari pendapatan (capital gain, dividen, dan sebagainya) sebesar Rp2 miliar saja.
Sedangkan bagi reksa dana ABC yang total aktivanya mencapai Rp100 miliar hampir pasti akan memperoleh kesulitan untuk mendapatkan pendapatan sebesar Rp20 miliar dalam satu bulan. Dengan kata lain kesempatan bagi manajer investasi DEF yang mengelola dana Rp10 miliar untuk memperoleh perolehan pendapatan sebesar Rp 2 miliar akan lebih besar ketimbang manjer investasi yang mengelola dana ABC. Tapi di lain pihak bagi reksa dana DEF apabila terjadi penurunan pasar tentunya akan lebih sulit melakukan diversifikasi dibandingkan reksa dana ABC. Dana (total aktiva) reksa dana ABC lebih besar sehingga begitu terjadi penurunan harga manajer investasi ABC akan sesegera mungkin melakukan perubahan portofolio dari reksa dananya. Karena itu dalam investasi reksa dana banyak faktor yang mesti kita perhitungan, misalnya terkait dengan gaya dari manajer investasi, pola pengelolaan portofolio dari asset reksa dana dan sebagainya.
Untuk mengetahui hal itu bukan sesuatu yang sulit, sebab informasi mengenai reksa dana demikian terbuka. Investor tinggal melihat perkembangan NAB jenis reksadana serta pola dan gaya investasi dari para manajer investasi. Masing-masing manajer investasi memiliki gaya sendiri dalam menentukan pilihan portofolio guna mengembangkan NAB. Pengembangan NAB ini pun bisa dipelajari, ada manajer invetasi yang menentukan pilihan investasinya secara kolektif ada yang diserahkan kepada ahlinya.
Source : okezone.com
Labels: Investment Tips
Tuesday, November 25, 2008
Level 1 Unconscious Incompetence
Begitu kamu beres menandatangani agreement trading, disinilah kamu berada. Kamu menjadi trader karena kamu mendengar bahwa pendapatan seorang trader bisa mengalahkan pendapatan seorang direktur BUMN. Lagi pula saat simulasi kamu telah profit 3 kali lipat, lalu apa susahnya?.
Kamu mungkin bisa profit dengan hasil yang menakjubkan 100 poin sampai 200 poin per lot per hari, namun itu semua hanyalah beginner luck saja. kamu pada awalnya tidak akan percaya, dengan hanya mengandalkan 1 indicator saja, atau bahkan hanya dengan insting toh kamu bisa profit.
Namun sayangnya, market akan mengalahkan kamu. Tidak ada trader yang sukses hanya dengan faktor LUCK. loss demi loss menghampiri kamu, kamu mencoba bertahan namun kalau sampai margin habis, siapa yang bisa tahan??.
Kamu sama sekali tidak menyadari bahwa kamu tidak bisa trading, kamu tetap mengira kamu bisa trading walaupun semua fakta berkata sebaliknya ( apakah bulan ini profit?, bulan kemarin profit?, tahun ini profit? ).
Kamu tetap mengira bahwa kamu adalah orang yang spesial, orang yang akan mampu mendapatkan kunci kekayaan dari trading. Dan kamu tidak menyadari bahwa 90% trader yang gagal juga mempunyai perasaan seperti itu. Kamu tidak mempunyai sistem yang kumplit, kamu dikuasai oleh emosi kamu, kamu selalu averaging posisi jika loss karena kamu ANGER pada market, kamu selalu take profit dalam jumlah yang kecil atau membiarkan profit berubah jadi loss karena kamu dikuasai oleh GREED, kamu tidak pernah trading karena kamu takut / FEAR. Kamu membiarkan diri kamu dikuasai oleh emosi sehingga margin equity kamu menderita.
90% orang yang trading hanya sampai pada level ini, mereka biasanya kapok, berhenti trading dan menganggap ini semua hanya mimpi buruk belaka.sebagian lagi moralnya anjlok, mereka tetap mencari investor dan trading seperti orang gila. dalam sebulan atau dua bulan margin habis lalu mereka mencari mangsa lagi.
Mereka masih mengaku sebagai trader namun sebenarnya mereka executor. dan biasanya yang moralnya anjlok ini dengan senang hati akan menjabat sebagai managemen di brokernya. lalu sebagian lagi akan tetap ngantor seperti biasa dan mengaku trader tetapi tidak pernah trading, mereka biasanya menyalahkan dirinya sendiri.
Hanya masalah waktu, sampai kapan mereka dapat bertahan di level ini dan waktu selalu menang.
90% Trader ada di level ini, dan hanya 10% sadar dan pindah ke level 2.
Level 2 Conscious Incompetence
Di level ini kamu sadar bahwa kamu tidak bisa trading, kamu tidak memiliki kemampuan untuk trading yang menghasilkan profit secara konsisten. Dan kamu tahu solusinya, kamu sadar bahwa selama di level 1 pikiran kamu dikaburkan oleh emosi kamu sehingga kamu tidak bisa berpikir secara jernih.
Di level ini kamu akan mencari holy grail ( system yang sempurna, system yang 100% profit, system yang tidak pernah loss), kamu mulai membeli system yang ada di internet, kamu membaca semua website yang ada tentang trading mulai dari UK, USA, Australia, Europa sampai Russia, kamu baca semua ebook yang ada, kamu praktekan semua system yang kamu peroleh, kamu haus akan ilmu seperti seorang pengembara di padang pasir yang haus akan air minum.
Pada level ini kamu akan membaca semua detail tentang indikator, kamu akan test semua indicator yang ada di metatrader, bahkan kamu mungkin akan membuat indikator sendiri ( biasanya gabungan 2 atau 3 indicator), kamu akan bermain-main dengan moving average, fibonnacci lines, pivot point, camarilla pivot, deMark, Fractals, Divergence, DMI. ADX, Bollinger Bands, dan ratusan indicator lainnya.
Kamu tahu bahwa market terlalu rumit untuk di predict hanya dengan 1 indicator saja, kamu tahu kombinasi ideal dari masing-masing indicator. kamu tahu percis keunggulan indicator tersebut dan juga kelemahannya.
Kamu akan mencoba menerka TOP dan BOTTOM dari market dengan indicator tersebut. kamu akan bergabung dengan chat room trader dan menanyakan pertanyaan-pertanyaan bodoh pada trader senior. karena kamu tahu kalau kamu tidak bertanya sekarang maka selamanya kamu tidak akan tahu.
Pada akhirnya di level ini kamu akan mendapatkan 5 sampai 10 system yang lengkap dan mencoba mencari tahu system mana yang paling cocok dengan kepribadian kamu.
Dari 10% trader yang ada di level ini, hanya sekitar 7% yang berhasil pindah ke level 3.
Level 3 The EUREKA Moment
Pada akhir level 2, kamu akhirnya menyadari pokok permasalahan bukan terletak di system. Kamu menyadari bahwa kamu bisa mendapat profit bahkan jika hanya menggunakan system yang simpel seperti moving average saja tanpa ada indicator lain, jika kamu bisa menggunakan kepala kamu dan money management yang benar.
Kamu mulai membaca buku tentang psikologi trading, dan mengidentifikasi dengan karakter yang dijelaskan dalam buku itu. Akhirnya datanglah Level Pencerahan.
Level pencerahan ini membuat otak kamu menyadari satu hal yang penting, di dunia ini tidak ada seorang pun yang mampu memprediksi secara akurat apa yang akan terjadi pada market 30 detik kemudian.
Kamu mulai menguasai satu system trading dan memodifikasinya sehingga sesuai dengan karakter kamu, dan mampu memberikan lebih banyak profit dibandingkan system yang asli.
Kamu mulai trading jika kamu tahu probabilitas untuk profit lebih besar daripada untuk loss, kamu hanya trading jika ada signal dari system kamu, kamu selalu menggunakan stoploss, karena kamu tahu stoploss adalah resiko bisnis yang ada dalam dunia trading.
Ketika stoploss kamu kena, kamu tidak emosi karena kamu tahu tak seorangpun bisa memprediksinya, dan itu bukan kesalahan kamu. Trading berikutnya akan meningkat probabilitas profitnya karena kamu tahu system kamu itu system yang profit.
Kamu secara seketika menyadari bahwa dalam dunia trading hanya ada satu hal yang penting yaitu konsistensi pada system, psikologi trading dan money management kamu. Dan kedisiplinan kamu untuk melakukan trading apapun yang terjadi.
Kamu mempelajari tentang money management, 2% risk, dan hal lainnya. dan hal ini mengingatkan kamu 1 tahun yang lalu ketika ada yang memberi nasehat yang sama padamu dan kamu memilih untuk mengacuhkannya. ketika itu kamu memang belum siap namun sekarang kamu siap.
Di level pencerahan, otak kamu akan menerima bahwa kamu tidak bisa meramalkan pergerakan market, karena memang tak seorang pun bisa.
Dari 7% trader yang ada di level ini, hanya sekitar 5% yang berhasil maju ke level berikutnya.
Level 4 Conscious Competence
Oke, Sekarang kamu hanya trading jika dan hanya jika system kamu memberi signal.
Kamu cut loss sama gampangnya dengan take profit. karena kamu tahu system kamu akan lebih banyak memberikan profit daripada loss, dan cut loss yang kamu lakukan adalah resiko bisnis yaitu max 2% dari account kamu.
Di level ini kamu memulai target dengan profit 20 point per hari, dan setelah kamu mampu melakukannya secara konsisten selama beberapa minggu, kamu meningkatkan target dengan 40 point per hari. Dan hal itu pada akhirnya mampu kamu lakukan.
Kamu memang masih harus kerja keras untuk mendapatkannya, memperbaiki system kamu, menguasai emosi kamu, dan melaksanakan money managemen yang kamu pegang.
level ini biasanya berjalan sekitar 6 bulan.
Dari 5% trader hanya sekitar 3% yang sanggup maju ke level berikutnya.
Level 5 Unconscious Competence
Nah sekarang kamu sampai di level 5, ini adalah level yang paling diharapkan oleh seluruh trader di dunia ini, di level ini kamu bisa trading secara alami, kamu telah menguasai semuanya, kamu bisa Dancing with the Market, kemanapun arah market berjalan, kamu telah open di posisi yang benar, jadi kamu tinggal melihat profit kamu bergerak dari 2 digit ke 3 digit.
Inilah level puncak dari seorang trader, inilah level utopia, kamu telah menguasai emosi kamu dan kini kamu trading dengan account yang terus membesar tiap harinya dari kumulatif profit yang kamu peroleh.
Kamu akan jadi bintang di trading chat room, dan orang-orang akan mendengarkan apa yang kamu katakan, kamu kenal dengan pertanyaan mereka, karena kamu ada diposisi mereka 2 tahun yang lalu.
Kamu akan memberikan saran bagi mereka, namun kamu tahu bahwa kebanyakan dari mereka tidak akan mendengarkannya karena mereka masih trader level 1.
Kamu tidak akan mempunyai masalah financial lagi, kamu mampu membeli semua benda yang tersedia untuk dijual, kamu bisa membeli pulau (yang ada koneksi internet dan jalur telpon tentunya )dan trading disana , kamu bisa pindah ke hotel bintang 5, dan menjadi penghuni tetap disana.
Kamu mempunyai penghasilan seperti seorang superstar, kamu bisa membuat buku sendiri, kamu bisa trading dengan margin yang tanpa batas, dan account kamu akan berlipat-lipat dari account awal.
Hanya 3% trader yang bisa mencapai level ini.
Sekarang kamu bisa dengan bangga berkata ” SAYA SEORANG TRADER”.
Source :[Milis - AATI]"stephen kohar"
Begitu kamu beres menandatangani agreement trading, disinilah kamu berada. Kamu menjadi trader karena kamu mendengar bahwa pendapatan seorang trader bisa mengalahkan pendapatan seorang direktur BUMN. Lagi pula saat simulasi kamu telah profit 3 kali lipat, lalu apa susahnya?.
Kamu mungkin bisa profit dengan hasil yang menakjubkan 100 poin sampai 200 poin per lot per hari, namun itu semua hanyalah beginner luck saja. kamu pada awalnya tidak akan percaya, dengan hanya mengandalkan 1 indicator saja, atau bahkan hanya dengan insting toh kamu bisa profit.
Namun sayangnya, market akan mengalahkan kamu. Tidak ada trader yang sukses hanya dengan faktor LUCK. loss demi loss menghampiri kamu, kamu mencoba bertahan namun kalau sampai margin habis, siapa yang bisa tahan??.
Kamu sama sekali tidak menyadari bahwa kamu tidak bisa trading, kamu tetap mengira kamu bisa trading walaupun semua fakta berkata sebaliknya ( apakah bulan ini profit?, bulan kemarin profit?, tahun ini profit? ).
Kamu tetap mengira bahwa kamu adalah orang yang spesial, orang yang akan mampu mendapatkan kunci kekayaan dari trading. Dan kamu tidak menyadari bahwa 90% trader yang gagal juga mempunyai perasaan seperti itu. Kamu tidak mempunyai sistem yang kumplit, kamu dikuasai oleh emosi kamu, kamu selalu averaging posisi jika loss karena kamu ANGER pada market, kamu selalu take profit dalam jumlah yang kecil atau membiarkan profit berubah jadi loss karena kamu dikuasai oleh GREED, kamu tidak pernah trading karena kamu takut / FEAR. Kamu membiarkan diri kamu dikuasai oleh emosi sehingga margin equity kamu menderita.
90% orang yang trading hanya sampai pada level ini, mereka biasanya kapok, berhenti trading dan menganggap ini semua hanya mimpi buruk belaka.sebagian lagi moralnya anjlok, mereka tetap mencari investor dan trading seperti orang gila. dalam sebulan atau dua bulan margin habis lalu mereka mencari mangsa lagi.
Mereka masih mengaku sebagai trader namun sebenarnya mereka executor. dan biasanya yang moralnya anjlok ini dengan senang hati akan menjabat sebagai managemen di brokernya. lalu sebagian lagi akan tetap ngantor seperti biasa dan mengaku trader tetapi tidak pernah trading, mereka biasanya menyalahkan dirinya sendiri.
Hanya masalah waktu, sampai kapan mereka dapat bertahan di level ini dan waktu selalu menang.
90% Trader ada di level ini, dan hanya 10% sadar dan pindah ke level 2.
Level 2 Conscious Incompetence
Di level ini kamu sadar bahwa kamu tidak bisa trading, kamu tidak memiliki kemampuan untuk trading yang menghasilkan profit secara konsisten. Dan kamu tahu solusinya, kamu sadar bahwa selama di level 1 pikiran kamu dikaburkan oleh emosi kamu sehingga kamu tidak bisa berpikir secara jernih.
Di level ini kamu akan mencari holy grail ( system yang sempurna, system yang 100% profit, system yang tidak pernah loss), kamu mulai membeli system yang ada di internet, kamu membaca semua website yang ada tentang trading mulai dari UK, USA, Australia, Europa sampai Russia, kamu baca semua ebook yang ada, kamu praktekan semua system yang kamu peroleh, kamu haus akan ilmu seperti seorang pengembara di padang pasir yang haus akan air minum.
Pada level ini kamu akan membaca semua detail tentang indikator, kamu akan test semua indicator yang ada di metatrader, bahkan kamu mungkin akan membuat indikator sendiri ( biasanya gabungan 2 atau 3 indicator), kamu akan bermain-main dengan moving average, fibonnacci lines, pivot point, camarilla pivot, deMark, Fractals, Divergence, DMI. ADX, Bollinger Bands, dan ratusan indicator lainnya.
Kamu tahu bahwa market terlalu rumit untuk di predict hanya dengan 1 indicator saja, kamu tahu kombinasi ideal dari masing-masing indicator. kamu tahu percis keunggulan indicator tersebut dan juga kelemahannya.
Kamu akan mencoba menerka TOP dan BOTTOM dari market dengan indicator tersebut. kamu akan bergabung dengan chat room trader dan menanyakan pertanyaan-pertanyaan bodoh pada trader senior. karena kamu tahu kalau kamu tidak bertanya sekarang maka selamanya kamu tidak akan tahu.
Pada akhirnya di level ini kamu akan mendapatkan 5 sampai 10 system yang lengkap dan mencoba mencari tahu system mana yang paling cocok dengan kepribadian kamu.
Dari 10% trader yang ada di level ini, hanya sekitar 7% yang berhasil pindah ke level 3.
Level 3 The EUREKA Moment
Pada akhir level 2, kamu akhirnya menyadari pokok permasalahan bukan terletak di system. Kamu menyadari bahwa kamu bisa mendapat profit bahkan jika hanya menggunakan system yang simpel seperti moving average saja tanpa ada indicator lain, jika kamu bisa menggunakan kepala kamu dan money management yang benar.
Kamu mulai membaca buku tentang psikologi trading, dan mengidentifikasi dengan karakter yang dijelaskan dalam buku itu. Akhirnya datanglah Level Pencerahan.
Level pencerahan ini membuat otak kamu menyadari satu hal yang penting, di dunia ini tidak ada seorang pun yang mampu memprediksi secara akurat apa yang akan terjadi pada market 30 detik kemudian.
Kamu mulai menguasai satu system trading dan memodifikasinya sehingga sesuai dengan karakter kamu, dan mampu memberikan lebih banyak profit dibandingkan system yang asli.
Kamu mulai trading jika kamu tahu probabilitas untuk profit lebih besar daripada untuk loss, kamu hanya trading jika ada signal dari system kamu, kamu selalu menggunakan stoploss, karena kamu tahu stoploss adalah resiko bisnis yang ada dalam dunia trading.
Ketika stoploss kamu kena, kamu tidak emosi karena kamu tahu tak seorangpun bisa memprediksinya, dan itu bukan kesalahan kamu. Trading berikutnya akan meningkat probabilitas profitnya karena kamu tahu system kamu itu system yang profit.
Kamu secara seketika menyadari bahwa dalam dunia trading hanya ada satu hal yang penting yaitu konsistensi pada system, psikologi trading dan money management kamu. Dan kedisiplinan kamu untuk melakukan trading apapun yang terjadi.
Kamu mempelajari tentang money management, 2% risk, dan hal lainnya. dan hal ini mengingatkan kamu 1 tahun yang lalu ketika ada yang memberi nasehat yang sama padamu dan kamu memilih untuk mengacuhkannya. ketika itu kamu memang belum siap namun sekarang kamu siap.
Di level pencerahan, otak kamu akan menerima bahwa kamu tidak bisa meramalkan pergerakan market, karena memang tak seorang pun bisa.
Dari 7% trader yang ada di level ini, hanya sekitar 5% yang berhasil maju ke level berikutnya.
Level 4 Conscious Competence
Oke, Sekarang kamu hanya trading jika dan hanya jika system kamu memberi signal.
Kamu cut loss sama gampangnya dengan take profit. karena kamu tahu system kamu akan lebih banyak memberikan profit daripada loss, dan cut loss yang kamu lakukan adalah resiko bisnis yaitu max 2% dari account kamu.
Di level ini kamu memulai target dengan profit 20 point per hari, dan setelah kamu mampu melakukannya secara konsisten selama beberapa minggu, kamu meningkatkan target dengan 40 point per hari. Dan hal itu pada akhirnya mampu kamu lakukan.
Kamu memang masih harus kerja keras untuk mendapatkannya, memperbaiki system kamu, menguasai emosi kamu, dan melaksanakan money managemen yang kamu pegang.
level ini biasanya berjalan sekitar 6 bulan.
Dari 5% trader hanya sekitar 3% yang sanggup maju ke level berikutnya.
Level 5 Unconscious Competence
Nah sekarang kamu sampai di level 5, ini adalah level yang paling diharapkan oleh seluruh trader di dunia ini, di level ini kamu bisa trading secara alami, kamu telah menguasai semuanya, kamu bisa Dancing with the Market, kemanapun arah market berjalan, kamu telah open di posisi yang benar, jadi kamu tinggal melihat profit kamu bergerak dari 2 digit ke 3 digit.
Inilah level puncak dari seorang trader, inilah level utopia, kamu telah menguasai emosi kamu dan kini kamu trading dengan account yang terus membesar tiap harinya dari kumulatif profit yang kamu peroleh.
Kamu akan jadi bintang di trading chat room, dan orang-orang akan mendengarkan apa yang kamu katakan, kamu kenal dengan pertanyaan mereka, karena kamu ada diposisi mereka 2 tahun yang lalu.
Kamu akan memberikan saran bagi mereka, namun kamu tahu bahwa kebanyakan dari mereka tidak akan mendengarkannya karena mereka masih trader level 1.
Kamu tidak akan mempunyai masalah financial lagi, kamu mampu membeli semua benda yang tersedia untuk dijual, kamu bisa membeli pulau (yang ada koneksi internet dan jalur telpon tentunya )dan trading disana , kamu bisa pindah ke hotel bintang 5, dan menjadi penghuni tetap disana.
Kamu mempunyai penghasilan seperti seorang superstar, kamu bisa membuat buku sendiri, kamu bisa trading dengan margin yang tanpa batas, dan account kamu akan berlipat-lipat dari account awal.
Hanya 3% trader yang bisa mencapai level ini.
Sekarang kamu bisa dengan bangga berkata ” SAYA SEORANG TRADER”.
Source :[Milis - AATI]"stephen kohar"
Labels: Article
Monday, November 24, 2008
Berikut adalah beberapa buku referensi keuangan. Kalau Anda bisa mempelajari dan memahami buku-buku tersebut, saya yakin Anda nggak akan kalah dengan manajer investasi, praktisi keuangan, atau pakar yang sering muncul di media.
"The Intelligent Investor"
Warren Buffet membaca buku ini pertama kali ketika ia masih berusia 19 tahun dan sekarang menjadi salah satu investor termasyhur di dunia. Tak salah jika dulu dosen saya pernah mengatakan bahwa buku ini merupakan “kitab suci” investasi karena berhasil memaparkan framework dan metode yang logis-analitis untuk berinvestasi. Buku ini diterbitkan pertama kali tahun 1949 dan terus dicetak ulang hingga kini dengan pengantar dari Warren Buffet. Sebelumnya Benjamin Graham menulis buku Security Analysis di tahun 1934 dan menjadi salah satu buku wajib para praktisi keuangan. Namun, Security Analysis dianggap terlalu teoretis dan lebih ditujukan bagi investor institusional (profesional).
"A Random Walk Down Wall Street: The Time-Tested Strategy for Successful Investing"
Buku ini berisikan nasihat yang sangat baik untuk mengarungi dunia investasi. Edisi pertama ditulis tahun 1973 serta masih terus direvisi dan diterbitkan hingga kini. Artinya, nasihat investasi dalam buku itu memang manjur dan tetap relevan hingga saat ini. Buku itu diawali dengan diferensiasi antara spekulasi dan investasi, bagaimana para pelaku investasi dan pasar modal bekerja, penjelasan mengenai analisa dan teknik penilaian saham, hingga panduan untuk berinvestasi. Pembahasannya cukup sederhana dan mudah dimengerti walaupun materi yang disampaikan cukup serius dan berat. Edisi terakhirnya merupakan edisi ke sembilan dan diterbitkan Desember 2007.
"Corporate Finance: A Valuation Approach"
Salah satu buku terbaik untuk topik corporate finance dan valuation. Anda bisa mempelajari dengan mudah metode valuasi yang dipaparkan dalam beberapa langkah mudah hingga Anda bisa membuat metode valuasi Anda sendiri. Teorinya memang cukup rumit namun buku ini membuatnya jadi sangat mudah dipahami. Apalagi penulisnya juga menyediakan template Excel yang mudah diadopsi. Untuk urusan valuasi keuangan, saya sangat merekomendasikan buku ini. Memang harganya agak mahal, namun sangat sepadan dengan isinya.
"Financial Modeling"
Sama seperti buku di atas, buku ini ditulis oleh Simon Benninga dan dilengkapi template spreadsheet untuk latihan. Topik yang dicakup dalam buku ini lebih spesifik dan teknis seperti Black-Litterman approach, metode Monte Carlo, matriks varian-covarian, value at risk (VaR), sampai teknik Visual Basic for Applications (VBA). Biarpun terdengar complicated, pembahasan buku ini cukup sederhana, to the point, dan mudah diikuti. Sebagian orang menganggap buku ini dikhususkan bagi para analis keuangan atau akademisi saja tapi tak ada salahnya untuk dibaca kendati Anda masih pemula.
"The Handbook of Fixed Income Securities"
Bisa dibilang inilah “kitab suci” untuk investasi diobligasi (pendapatan tetap) bagi pemula. Buku ini memberikan konsep-konsep fundamental sekaligus metode dan analisis tentang fixed income markets. Paparannya cukup luas serta komprehensif dan sepertinya ditujukan untuk pasar student, konsultan, CFA, dan fund manager. Untuk para praktisi yang lebih memerlukan analisis dan pemaparan mendalam, lebih disarankan untuk membaca buku "Fixed Income Securities: Tools for Today’s Markets".
"The Analysis and Use of Financial Statements"
Inilah panduan untuk membedah laporan keuangan dan melakukan assessment mendalam terhadap suatu perusahaan. Buku ini merupakan senjata pegangan para kandidat CPA dan CFA yang akan mengambil ujian sertifikasi tersebut. Setiap aspek dari laporan keuangan dijelaskan dengan gamblang dan menyeluruh. Tersedia pula contoh-contoh soal untuk dikerjakan dengan solution manual yang dijual terpisah. Buku ini nampaknya memang bukan untuk pemula, namun tak sulit untuk mempelajarinya walaupun Anda belum mempunyai latar belakang keuangan yang baik. Alternatif lain buku ini adalah "Financial Statement Analysis: Theory, Application, and Interpretation" karya Leopold Bernstein.
"Introduction to Accounting for Finance"
Bukunya agak tipis dan ringkas. Pembahasannya juga cukup dasar dan lugas. Nampaknya buku ini mencoba menghilangkan imej rumit dan ruwet yang selama ini menjadi stereotip ilmu akuntansi. Tenang saja, tidak terlalu banyak debet-kredit yang diulas di buku ini. Sebaliknya, Anda akan diajak untuk memahami lebih jauh soal laporan keuangan, analisis rasio, hingga latihan soal yang menarik dan panduan untuk menganalisis annual report dari sejumlah perusahaan. Dibandingkan buku-buku akuntansi keuangan lainnya, buku ini relatif lebih mudah, praktis, serta tidak membosankan.
"Investment Valuation: Tools and Techniques for Determining the Value of Any Asset"
Sebenarnya saya tak bisa menentukan mana yang lebih baik antara buku Damodaran tersebut dengan buku Valuing a Business karya Shannon Pratt. Tapi menurut saya, buku Damodaran lebih dikhususkan bagi para “insider” seperti investor, entrepreneur, atau manajer keuangan yang ingin melakukan investasi di perusahaan publik. Buku Damodaran memberikan gambaran yang sangat lugas dan formula yang komplit disertai dengan suplemen seperti contoh soal, template Excel, file PDF, dan sebagainya. Sementara itu, buku Pratt menurut saya lebih dikhususkan bagi para profesional “outsider” seperti analis, akuntan, atau business lawyer yang ingin melakukan valuasi bisnis. Alternatif lainnya, bisa juga dibaca buku Valuation: "Measuring and Managing the Value of Companies" dari McKinsey & Co.
"Big Deal: 2000 and Beyond"
Penulis buku ini, Bruce Wasserstein, adalah seorang taipan yang piawai melakukan merjer dan akuisisi bisnis (M&A) dari First Boston (Credit Suisse). Buku ini seperti ensiklopedia tentang M&A yang mencakup informasi, taktik, strategi, teknik, sampai filosofi di dalamnya. Kalau Anda ingin melakukan transaksi M&A atau sekadar tertarik mempelajari untuk keperluan investasi, buku ini sangat disarankan. Karena ditulis oleh pelakunya langsung, buku ini memuat detil yang sangat lengkap, riil, dan tak melulu teori.
"The Warren Buffett Way"
Ini adalah salah satu dari sekian banyak buku yang mengulas tentang Warren Buffett dan metode investasinya. Buku ini lebih banyak membahas soal filosofi investasi Buffett dan beberapa bagian merupakan repetisi dari buku sebelumnya, The Warren Buffett Portfolio. Jujur saja, Warren Buffett adalah salah satu “hero” saya—-tak cuma soal kepiawaiannya dalam mengubah $10,000 di tahun 1956 menjadi lebih dari $8.5 miliar tetapi juga kesederhanaan dan sikap hidup yang benar-benar layak dicontoh. Kalau Anda punya dana lebih, saya sarankan juga untuk membeli "The Essays of Warren Buffett" ; "Lessons for Corporate America dan Buffett" ; "The Making of an American Capitalist".
"One up on Wall Street: How to Use What You Already Know to Make Money in the Market"
Selain Warren Buffett, salah satu investor yang saya kagumi adalah Peter Lynch (Fidelity Magellan). Buku ini cukup tipis, sangat to the point, dan tetap menarik walau dibaca berulang kali. Walau begitu, isinya cukup lengkap, mulai dari bagaimana ia memilih saham, melakukan analisis, hingga memonitor investasinya. Ada beberapa strategi menarik yang ia paparkan di sini. Ada juga buku lain yang tak kalah bagusnya, Beating the Street, yang layak dikoleksi bila Anda ingin mengenal Peter Lynch lebih jauh. Sayangnya ia memutuskan untuk pensiun di usia yang masih sangat produktif. Seandainya ia masih aktif hingga sekarang, mungkin lebih banyak lagi pelajaran yang bisa dipetik darinya.
"Barbarians at the Gate: The Fall of RJR Nabisco"
Buku ini menggambarkan tentang leveraged buy-out (LBO) yang marak terjadi di tahun 1980-1990 antara RJR Nabisco dan Kohlberg Kravis Roberts & Co (KKR). Anda akan dibawa dalam paparan tentang takeover yang penuh dengan intrik, deal di bawah tangan, manipulasi harga saham, pelanggaran hukum, dan sekelumit kisah yang sepertinya sulit dipercaya namun benar-benar terjadi. Jujur saja, buku ini mengingatkan saya tentang sepak terjang salah satu grup bisnis terkemuka di Indonesia yang rajin mengakuisisi dengan cara-cara yang kadang bikin geleng-geleng kepala.
"Monkey Business: Swinging Through the Wall Street Jungle"
Ditulis oleh John Rolfe dan Peter Troob, keduanya merupakan investment banker alumni Wharton dan Harvard. Dengan gaya santai dan kocak, buku ini menceritakan kehidupan para bankir, gaya hidup, jam kerja, hingga bagaimana mereka harus membuat glossy report dengan kosakata keuangan yang terdengar seksi demi meraih klien. Di situ ditulis juga betapa para bankir begitu overpaid namun sebenarnya tidak menambah value bagi klien dan harus melakukan banyak (maaf) bullsh*t dalam keseharian mereka. Ketika pertama kali membaca buku ini saya kurang begitu tertarik, namun menjadi sangat relevan bila dikaitkan dengan kejatuhan Lehman Brothers dan terutama krisis keuangan yang terjadi saat ini. Ada juga buku yang hampir serupa, Liar’s Poker: Rising Through the Wreckage on Wall Street, yang ditulis oleh Michael Lewis.
"When Genius Failed: The Rise and Fall of Long-Term Capital Management"
Buku ini menceritakan tentang John Meriwether dan Long-Term Capital Management (LTCM). Sebelumnya, Meriwether merupakan investment banker di Salomon Brothers, namun kemudian keluar dan mendirikan LTCM dengan merekrut para akademisi dan jenius dari universitas terkemuka. Mereka membuat permodelan keuangan yang canggih dan melakukan teknik arbitrase untuk mendapatkan keuntungan dengan menghilangkan unsur risiko yang melekat di dalamnya. Di masa-masa awal, kinerja LTCM sungguh mengagumkan dengan aset kelolaan lebih dari $150 miliar. Akhirnya LTCM pun jatuh di tahun 1998 setelah Rusia dan Asia dilanda krisis parah. Banyak pelajaran menarik yang bisa dipetik dari buku ini.
"Dictionary of Finance and Investment Terms"
Kalau Anda sering menemukan istilah keuangan yang tidak Anda ketahui, maka buku inilah kamus pegangan Anda. Ukurannya cukup praktis namun konon katanya memuat lebih dari 5.000 kosa kata di dalamnya. Memang benar, bila Anda punya akses internet, Anda bisa melakukan searching dengan cakupan yang lebih luas. Namun ada kalanya kita membutuhkan pegangan yang sifatnya lebih handy dan bisa digunakan kapan saja kita mau tanpa harus repot-repot terkoneksi ke internet.
"Academic Journal"
Kalau Anda membutuhkan tinjauan akademis yang sifatnya lebih up to date dan ilmiah, ada beberapa jurnal yang menarik untuk dibaca. Beberapa jurnal terkemuka untuk bidang keuangan adalah Journal of Business, Journal of Finance, Journal of Financial and Quantitative Analysis, Journal of Financial Economics, dan Review of Financial Studies.
Source : nofieiman.com
"The Intelligent Investor"
Warren Buffet membaca buku ini pertama kali ketika ia masih berusia 19 tahun dan sekarang menjadi salah satu investor termasyhur di dunia. Tak salah jika dulu dosen saya pernah mengatakan bahwa buku ini merupakan “kitab suci” investasi karena berhasil memaparkan framework dan metode yang logis-analitis untuk berinvestasi. Buku ini diterbitkan pertama kali tahun 1949 dan terus dicetak ulang hingga kini dengan pengantar dari Warren Buffet. Sebelumnya Benjamin Graham menulis buku Security Analysis di tahun 1934 dan menjadi salah satu buku wajib para praktisi keuangan. Namun, Security Analysis dianggap terlalu teoretis dan lebih ditujukan bagi investor institusional (profesional).
"A Random Walk Down Wall Street: The Time-Tested Strategy for Successful Investing"
Buku ini berisikan nasihat yang sangat baik untuk mengarungi dunia investasi. Edisi pertama ditulis tahun 1973 serta masih terus direvisi dan diterbitkan hingga kini. Artinya, nasihat investasi dalam buku itu memang manjur dan tetap relevan hingga saat ini. Buku itu diawali dengan diferensiasi antara spekulasi dan investasi, bagaimana para pelaku investasi dan pasar modal bekerja, penjelasan mengenai analisa dan teknik penilaian saham, hingga panduan untuk berinvestasi. Pembahasannya cukup sederhana dan mudah dimengerti walaupun materi yang disampaikan cukup serius dan berat. Edisi terakhirnya merupakan edisi ke sembilan dan diterbitkan Desember 2007.
"Corporate Finance: A Valuation Approach"
Salah satu buku terbaik untuk topik corporate finance dan valuation. Anda bisa mempelajari dengan mudah metode valuasi yang dipaparkan dalam beberapa langkah mudah hingga Anda bisa membuat metode valuasi Anda sendiri. Teorinya memang cukup rumit namun buku ini membuatnya jadi sangat mudah dipahami. Apalagi penulisnya juga menyediakan template Excel yang mudah diadopsi. Untuk urusan valuasi keuangan, saya sangat merekomendasikan buku ini. Memang harganya agak mahal, namun sangat sepadan dengan isinya.
"Financial Modeling"
Sama seperti buku di atas, buku ini ditulis oleh Simon Benninga dan dilengkapi template spreadsheet untuk latihan. Topik yang dicakup dalam buku ini lebih spesifik dan teknis seperti Black-Litterman approach, metode Monte Carlo, matriks varian-covarian, value at risk (VaR), sampai teknik Visual Basic for Applications (VBA). Biarpun terdengar complicated, pembahasan buku ini cukup sederhana, to the point, dan mudah diikuti. Sebagian orang menganggap buku ini dikhususkan bagi para analis keuangan atau akademisi saja tapi tak ada salahnya untuk dibaca kendati Anda masih pemula.
"The Handbook of Fixed Income Securities"
Bisa dibilang inilah “kitab suci” untuk investasi diobligasi (pendapatan tetap) bagi pemula. Buku ini memberikan konsep-konsep fundamental sekaligus metode dan analisis tentang fixed income markets. Paparannya cukup luas serta komprehensif dan sepertinya ditujukan untuk pasar student, konsultan, CFA, dan fund manager. Untuk para praktisi yang lebih memerlukan analisis dan pemaparan mendalam, lebih disarankan untuk membaca buku "Fixed Income Securities: Tools for Today’s Markets".
"The Analysis and Use of Financial Statements"
Inilah panduan untuk membedah laporan keuangan dan melakukan assessment mendalam terhadap suatu perusahaan. Buku ini merupakan senjata pegangan para kandidat CPA dan CFA yang akan mengambil ujian sertifikasi tersebut. Setiap aspek dari laporan keuangan dijelaskan dengan gamblang dan menyeluruh. Tersedia pula contoh-contoh soal untuk dikerjakan dengan solution manual yang dijual terpisah. Buku ini nampaknya memang bukan untuk pemula, namun tak sulit untuk mempelajarinya walaupun Anda belum mempunyai latar belakang keuangan yang baik. Alternatif lain buku ini adalah "Financial Statement Analysis: Theory, Application, and Interpretation" karya Leopold Bernstein.
"Introduction to Accounting for Finance"
Bukunya agak tipis dan ringkas. Pembahasannya juga cukup dasar dan lugas. Nampaknya buku ini mencoba menghilangkan imej rumit dan ruwet yang selama ini menjadi stereotip ilmu akuntansi. Tenang saja, tidak terlalu banyak debet-kredit yang diulas di buku ini. Sebaliknya, Anda akan diajak untuk memahami lebih jauh soal laporan keuangan, analisis rasio, hingga latihan soal yang menarik dan panduan untuk menganalisis annual report dari sejumlah perusahaan. Dibandingkan buku-buku akuntansi keuangan lainnya, buku ini relatif lebih mudah, praktis, serta tidak membosankan.
"Investment Valuation: Tools and Techniques for Determining the Value of Any Asset"
Sebenarnya saya tak bisa menentukan mana yang lebih baik antara buku Damodaran tersebut dengan buku Valuing a Business karya Shannon Pratt. Tapi menurut saya, buku Damodaran lebih dikhususkan bagi para “insider” seperti investor, entrepreneur, atau manajer keuangan yang ingin melakukan investasi di perusahaan publik. Buku Damodaran memberikan gambaran yang sangat lugas dan formula yang komplit disertai dengan suplemen seperti contoh soal, template Excel, file PDF, dan sebagainya. Sementara itu, buku Pratt menurut saya lebih dikhususkan bagi para profesional “outsider” seperti analis, akuntan, atau business lawyer yang ingin melakukan valuasi bisnis. Alternatif lainnya, bisa juga dibaca buku Valuation: "Measuring and Managing the Value of Companies" dari McKinsey & Co.
"Big Deal: 2000 and Beyond"
Penulis buku ini, Bruce Wasserstein, adalah seorang taipan yang piawai melakukan merjer dan akuisisi bisnis (M&A) dari First Boston (Credit Suisse). Buku ini seperti ensiklopedia tentang M&A yang mencakup informasi, taktik, strategi, teknik, sampai filosofi di dalamnya. Kalau Anda ingin melakukan transaksi M&A atau sekadar tertarik mempelajari untuk keperluan investasi, buku ini sangat disarankan. Karena ditulis oleh pelakunya langsung, buku ini memuat detil yang sangat lengkap, riil, dan tak melulu teori.
"The Warren Buffett Way"
Ini adalah salah satu dari sekian banyak buku yang mengulas tentang Warren Buffett dan metode investasinya. Buku ini lebih banyak membahas soal filosofi investasi Buffett dan beberapa bagian merupakan repetisi dari buku sebelumnya, The Warren Buffett Portfolio. Jujur saja, Warren Buffett adalah salah satu “hero” saya—-tak cuma soal kepiawaiannya dalam mengubah $10,000 di tahun 1956 menjadi lebih dari $8.5 miliar tetapi juga kesederhanaan dan sikap hidup yang benar-benar layak dicontoh. Kalau Anda punya dana lebih, saya sarankan juga untuk membeli "The Essays of Warren Buffett" ; "Lessons for Corporate America dan Buffett" ; "The Making of an American Capitalist".
"One up on Wall Street: How to Use What You Already Know to Make Money in the Market"
Selain Warren Buffett, salah satu investor yang saya kagumi adalah Peter Lynch (Fidelity Magellan). Buku ini cukup tipis, sangat to the point, dan tetap menarik walau dibaca berulang kali. Walau begitu, isinya cukup lengkap, mulai dari bagaimana ia memilih saham, melakukan analisis, hingga memonitor investasinya. Ada beberapa strategi menarik yang ia paparkan di sini. Ada juga buku lain yang tak kalah bagusnya, Beating the Street, yang layak dikoleksi bila Anda ingin mengenal Peter Lynch lebih jauh. Sayangnya ia memutuskan untuk pensiun di usia yang masih sangat produktif. Seandainya ia masih aktif hingga sekarang, mungkin lebih banyak lagi pelajaran yang bisa dipetik darinya.
"Barbarians at the Gate: The Fall of RJR Nabisco"
Buku ini menggambarkan tentang leveraged buy-out (LBO) yang marak terjadi di tahun 1980-1990 antara RJR Nabisco dan Kohlberg Kravis Roberts & Co (KKR). Anda akan dibawa dalam paparan tentang takeover yang penuh dengan intrik, deal di bawah tangan, manipulasi harga saham, pelanggaran hukum, dan sekelumit kisah yang sepertinya sulit dipercaya namun benar-benar terjadi. Jujur saja, buku ini mengingatkan saya tentang sepak terjang salah satu grup bisnis terkemuka di Indonesia yang rajin mengakuisisi dengan cara-cara yang kadang bikin geleng-geleng kepala.
"Monkey Business: Swinging Through the Wall Street Jungle"
Ditulis oleh John Rolfe dan Peter Troob, keduanya merupakan investment banker alumni Wharton dan Harvard. Dengan gaya santai dan kocak, buku ini menceritakan kehidupan para bankir, gaya hidup, jam kerja, hingga bagaimana mereka harus membuat glossy report dengan kosakata keuangan yang terdengar seksi demi meraih klien. Di situ ditulis juga betapa para bankir begitu overpaid namun sebenarnya tidak menambah value bagi klien dan harus melakukan banyak (maaf) bullsh*t dalam keseharian mereka. Ketika pertama kali membaca buku ini saya kurang begitu tertarik, namun menjadi sangat relevan bila dikaitkan dengan kejatuhan Lehman Brothers dan terutama krisis keuangan yang terjadi saat ini. Ada juga buku yang hampir serupa, Liar’s Poker: Rising Through the Wreckage on Wall Street, yang ditulis oleh Michael Lewis.
"When Genius Failed: The Rise and Fall of Long-Term Capital Management"
Buku ini menceritakan tentang John Meriwether dan Long-Term Capital Management (LTCM). Sebelumnya, Meriwether merupakan investment banker di Salomon Brothers, namun kemudian keluar dan mendirikan LTCM dengan merekrut para akademisi dan jenius dari universitas terkemuka. Mereka membuat permodelan keuangan yang canggih dan melakukan teknik arbitrase untuk mendapatkan keuntungan dengan menghilangkan unsur risiko yang melekat di dalamnya. Di masa-masa awal, kinerja LTCM sungguh mengagumkan dengan aset kelolaan lebih dari $150 miliar. Akhirnya LTCM pun jatuh di tahun 1998 setelah Rusia dan Asia dilanda krisis parah. Banyak pelajaran menarik yang bisa dipetik dari buku ini.
"Dictionary of Finance and Investment Terms"
Kalau Anda sering menemukan istilah keuangan yang tidak Anda ketahui, maka buku inilah kamus pegangan Anda. Ukurannya cukup praktis namun konon katanya memuat lebih dari 5.000 kosa kata di dalamnya. Memang benar, bila Anda punya akses internet, Anda bisa melakukan searching dengan cakupan yang lebih luas. Namun ada kalanya kita membutuhkan pegangan yang sifatnya lebih handy dan bisa digunakan kapan saja kita mau tanpa harus repot-repot terkoneksi ke internet.
"Academic Journal"
Kalau Anda membutuhkan tinjauan akademis yang sifatnya lebih up to date dan ilmiah, ada beberapa jurnal yang menarik untuk dibaca. Beberapa jurnal terkemuka untuk bidang keuangan adalah Journal of Business, Journal of Finance, Journal of Financial and Quantitative Analysis, Journal of Financial Economics, dan Review of Financial Studies.
Source : nofieiman.com
Labels: Article
Sunday, November 23, 2008
Semua orang mengakui bahwa diantara kebanyakan Bank Sentral di dunia, ECB merupakan salah satu Bank Sentral yang memiliki disiplin yang kuat dalam kegiatan ekonomi mereka. Ini menyebabkan dalam banyak hal kegiatan ekonomi berjalan stabil, tidak serba mendadak, dan berlangsung nyaris tanpa adanya jet-lag dari dalam. Dan pucuk pimpinan yang memegang lembaga ini adalah Jean-Claude Trichet yang juga kepala Bank Sentral Perancis.
Jean-Claude Trichet (dilahirkan pada tanggal 20 Desember 1942) adalah seorang bankir yang lahir di Lyon, Perancis dan merangkap sebagai insinyur dan manajer di sekolah pasca sarjana di École des Mines de Nancy. Sebelumnya dia mengajar di Institut d'etudes politiques de Paris (yang dikenal juga sebagai Sciences Po) dan juga Ecole nationale d'administration, yang merupakan dua buah univeristas bidang politik terkenal di Perancis.
Pada tahun 1993 dia menjabat sebagai Gubernur Banque de France. Pada tanggal 1 November 2003 dia menggantikan Wim Duisenberg sebagai Presiden European Central Bank. Wim sendiri telah bekerja selama 4 tahun (setelah kalah dalam pemilihan). Trichet sangat didukung oleh Presiden Perancis saat ini Jacques Chirac.
Pada bulan Desember 2007, Jean-Claude Trichet dinobatkan sebagai "Person of the Year" oleh Financial Times karena kinerjanya terbilang cepat dalam mengatasi krisis subprime.
Skandal Bank
Pada bulan Januari 2003 Trichet dan delapan orang lain dinyatakan terlibat dalam kasus kredit di bank lokal terbesar kala itu Credit Lyonnais. Pada bulan Januari 2003, Trichet dinyatakan tak bersalah dan ia kemudian mencalonkan diri sebagai orang nomor satu di ECB.
Data & Fakta :
Jean-Claude Triche
Lahir pada tahun 1942 di Lyon
Lulus dari Institut d'Etudes Politiques, Paris dengan bidang ilmu ekonomi dan teknik.
1971-1978 : Menjabat sebagai Menteri Keuangan
1878-1981 : Bekerja sebagai konsultan pemerintahan
1984-1993 : Bekerja sebagai Bendahara Negara, dan menjadi kepala Bendahara pada tahun 1987
1987 : bergabung dengan Banque de France, lalu menjadi Gubernur IMF dan World Bank.
1993 : Menjadi Gubernur Banque de France.
2000 : Ditangkap karena dituduh melakukan penggelapan dana di Banque de France.
2002 : Dimasukan ke dalam penjara
2003 – sekarang : Diketahui tak bersalah lalu dibebaskan dan menjabat sebagai Presiden ECB menggantikan Wim Duisenberg.
Dalam sebuah wawancara pada tahun 2004, Trichet mengemukakan pendapatnya tentang nilai mata uang yang sehat (good currency) dengan menstabilkan tingkat suku bunga 12 negara Eropa dengan target inflasi dibawah 2%. Saat ditanya mengenai caranya memonitor nilai inflasi keduabelas negara Eropa, dia mengumpamakan sebagai ECB sebagai kapten tim dan 12 bank sentral sebagai pemain di lapangan.
Disebutkan lagi, ECB dan “kedua belas pemain lain” bersama-sama menjaga kestabilan mata uang Euro dan juga nilai suku bunga Uni Eropa.
Source : belajarforex.com
Jean-Claude Trichet (dilahirkan pada tanggal 20 Desember 1942) adalah seorang bankir yang lahir di Lyon, Perancis dan merangkap sebagai insinyur dan manajer di sekolah pasca sarjana di École des Mines de Nancy. Sebelumnya dia mengajar di Institut d'etudes politiques de Paris (yang dikenal juga sebagai Sciences Po) dan juga Ecole nationale d'administration, yang merupakan dua buah univeristas bidang politik terkenal di Perancis.
Pada tahun 1993 dia menjabat sebagai Gubernur Banque de France. Pada tanggal 1 November 2003 dia menggantikan Wim Duisenberg sebagai Presiden European Central Bank. Wim sendiri telah bekerja selama 4 tahun (setelah kalah dalam pemilihan). Trichet sangat didukung oleh Presiden Perancis saat ini Jacques Chirac.
Pada bulan Desember 2007, Jean-Claude Trichet dinobatkan sebagai "Person of the Year" oleh Financial Times karena kinerjanya terbilang cepat dalam mengatasi krisis subprime.
Skandal Bank
Pada bulan Januari 2003 Trichet dan delapan orang lain dinyatakan terlibat dalam kasus kredit di bank lokal terbesar kala itu Credit Lyonnais. Pada bulan Januari 2003, Trichet dinyatakan tak bersalah dan ia kemudian mencalonkan diri sebagai orang nomor satu di ECB.
Data & Fakta :
Jean-Claude Triche
Lahir pada tahun 1942 di Lyon
Lulus dari Institut d'Etudes Politiques, Paris dengan bidang ilmu ekonomi dan teknik.
1971-1978 : Menjabat sebagai Menteri Keuangan
1878-1981 : Bekerja sebagai konsultan pemerintahan
1984-1993 : Bekerja sebagai Bendahara Negara, dan menjadi kepala Bendahara pada tahun 1987
1987 : bergabung dengan Banque de France, lalu menjadi Gubernur IMF dan World Bank.
1993 : Menjadi Gubernur Banque de France.
2000 : Ditangkap karena dituduh melakukan penggelapan dana di Banque de France.
2002 : Dimasukan ke dalam penjara
2003 – sekarang : Diketahui tak bersalah lalu dibebaskan dan menjabat sebagai Presiden ECB menggantikan Wim Duisenberg.
Dalam sebuah wawancara pada tahun 2004, Trichet mengemukakan pendapatnya tentang nilai mata uang yang sehat (good currency) dengan menstabilkan tingkat suku bunga 12 negara Eropa dengan target inflasi dibawah 2%. Saat ditanya mengenai caranya memonitor nilai inflasi keduabelas negara Eropa, dia mengumpamakan sebagai ECB sebagai kapten tim dan 12 bank sentral sebagai pemain di lapangan.
Disebutkan lagi, ECB dan “kedua belas pemain lain” bersama-sama menjaga kestabilan mata uang Euro dan juga nilai suku bunga Uni Eropa.
Source : belajarforex.com
Labels: Biografi
Saturday, November 22, 2008
Mungkin alasan Paling FUNDAMENTAL mengapa negara Indonesia belum maju-maju adalah dengan logika seperti di bawah ini ?
1. Jml penduduk Indonesia ada 237 juta. 104 juta diantaranya adalah para pensiun. Jadi tinggal 133 juta yang bisa kerja.
2. Jml pelajar dan mahasiswa adalah 85 juta. Mereka sekolah, jadi tinggal48 juta orang yang bisa kerja.
3. Yang kerja buat pemerintah pusat sebagai pegawai negeri ada 29 juta. Jadi tinggal 19 juta yang bisa kerja.
4. Ada 4 juta yg jadi TNI/POLRI. Jadi tinggal 15 juta yg bisa kerja.
5. Ada lagi yang kerja di pemerintahan daerah dan departemen jumlahnya 14.800.000. jadi sisanya tingal 200.000 yang bisa kerja.
6. Yang sakit dan dirawat di Rumah Sakit di seluruh Indonesia ada 188.000. Jadi sisa 12.000 orang yang bisa kerja.
7. Ada 11.988 orang yg dipenjara. Jadi tinggal sisa dua orang saja yang masih bisa kerja.
SIAPA MEREKA ....?
Yaa,... tentu saja saya dan anda.
Tapi kan... anda malah sibuk baca blog....
Jadi tinggal SAYA SENDIRI DONG YANG BEKERJA.!!!! !!
Bagaimana Indonesia mau maju kalau cuma saya yang
bekerja ????? He… He…He… (Just joke buat Jumat jadi jangan terlalu dipikirin kebenaran angkanya).
1. Jml penduduk Indonesia ada 237 juta. 104 juta diantaranya adalah para pensiun. Jadi tinggal 133 juta yang bisa kerja.
2. Jml pelajar dan mahasiswa adalah 85 juta. Mereka sekolah, jadi tinggal48 juta orang yang bisa kerja.
3. Yang kerja buat pemerintah pusat sebagai pegawai negeri ada 29 juta. Jadi tinggal 19 juta yang bisa kerja.
4. Ada 4 juta yg jadi TNI/POLRI. Jadi tinggal 15 juta yg bisa kerja.
5. Ada lagi yang kerja di pemerintahan daerah dan departemen jumlahnya 14.800.000. jadi sisanya tingal 200.000 yang bisa kerja.
6. Yang sakit dan dirawat di Rumah Sakit di seluruh Indonesia ada 188.000. Jadi sisa 12.000 orang yang bisa kerja.
7. Ada 11.988 orang yg dipenjara. Jadi tinggal sisa dua orang saja yang masih bisa kerja.
SIAPA MEREKA ....?
Yaa,... tentu saja saya dan anda.
Tapi kan... anda malah sibuk baca blog....
Jadi tinggal SAYA SENDIRI DONG YANG BEKERJA.!!!! !!
Bagaimana Indonesia mau maju kalau cuma saya yang
bekerja ????? He… He…He… (Just joke buat Jumat jadi jangan terlalu dipikirin kebenaran angkanya).
Labels: Jokes
Friday, November 21, 2008
Apakah yang membuat forex dapat memberikan keuntungan besar namun juga bisa menimbulkan kerugian besar, Leverage-lah dibalik semua itu. Leverage atau daya ungkit membuat trader dapat trading tidak harus menyediakan modal sesuai jumlah transaksi aslinya. Leverage secara sederhana adalah "pinjaman" yang didapat trader dari broker tempatnya trading.
Perusahaan sekuritas atai online brokerage menawarkan leverage yang bervariasi, pada umumnya leverage yang ditawarkan 50:1 , 100:1 , 200:1 , 400:1 dan 500:1.
Contoh Leverage :
Anda memiliki dana sebesar $1,000 pada account Anda, dan Anda memilih leverage 1:400 untuk account Anda, kemudian Anda melakukan transaksi buy pada mata uang EUR/USD sebesar 1 mini lot yaitu sebesar $10,000 tanpa leverage Anda tidak akan bisa melakukan transaksi ini karena modal Anda hanya $1,000 namun dengan leverage Anda cukup menggunakan : $25 ($10,000 / 400 = $25).
Note :
1 standar lot = $100,000
1 mini lot = $10,000
1 micro lot = $1,000
Dengan adanya leverage ini membuat pergerakan mata uang yang kecil menjadi cukup signifikan. Rata-rata pergerakan mata uang kurang dari 1% tiap harinya. Tanpa leverage, maka trading dalam forex kurang menguntungkan karena kecilnya pergerakan sehingga return atau tingkat pengembaliannya kecil. Namun sebaliknya, dengan adanya leverage membuat tingkat pengembalian menjadi tinggi. Oleh karenanya leverage ini memang diperlukan.
Leverage = Pedang Bermata Dua
Anda pasti heran mengapa Leverage juga dikatakan sebagai pedang bermata dua? Bukankah leverage memberikan keuntungan kepada kita untuk mendapatkan tingkat pengembalian (return) yang tinggi. Tidak ada yang salah memang dengan leverage. Malah tanpa adanya leverage, tradng di forex tidak akan diminati oleh banyak orang seperti saat ini.
Namun meskipun demikian, kita harus hati-hati dengan leverage dan seringkali yang membuat salah kita sendiri yang tidak memiliki managemen keuangan yang baik untuk mengontrol kita dalam trading. Kita sering mendengarkan jargon "High return, high risk". Ini yang juga berlaku pada forex yang memiliki
leverage yang tinggi.
Sebagai contoh, Anda melakukan transaksi buy 1 mini lot pada mata uang EUR/USD dengan harga 1.2400 jika Anda trading tanpa menggunakan leverage maka modal yang Anda perlukan adalah $10,000 jika harga EUR/USD kemudian naik menjadi 1.2500 maka Anda mendapatkan profit 100 point/pips. Pada mini lot 1 pips senilai $1, jadi Anda memperoleh keuntungan $100. Berarti dengan modal $10,000 Anda memperoleh keuntungan $100 atau sebesar 1%.
Jika dengan contoh yang sama di atas kita menggunakan leverage 1:100, maka margin perlot yang harus kita sediakan adalah $100 ($10,000 / 100 = $100) jika kita mendapat keuntungan $100 dari modal $100 maka kita mendapatkan keuntungan 100%. Wow sebuah keuntungan yang luar biasa bukan!
Namun Anda jangan hanya melihat potensi keuntungan saja. Kita juga harus melihat kerugian yang bisa terjadi. Jika sebaliknya kita loss sebesar $100, maka tanpa leverage kerugian kita adalah 1%. Sedangkan jika kita menggunakan leverage 1:100, maka kerugian kita juga adalah 100%. Wow kerugian yang luar biasa juga kan!
Namun ini bukan berarti kita harus menghindari trading forex. Kita bisa meminimalkan potensi kerugian yang mungkin timbul karena leverage. Ingat, leverage yang ditawarkan oleh broker bukan berarti harus kita gunakan semuanya. Misalkan broker menawarkan leverage 1:100 sedangkan dana pada account Anda sebesar $1,000, Anda tidak harus trading langsung 10 lot. Seringkali kesalahan trader adalah over trade sehigga loss beberapa pips saja membuat accountnya menurun secara drastis (meskipun akan mendapatkan keuntungan yang besar pula jika menang).
Akhir kata, bagi trader dengan adanya leverage membuat forex menjadi pasar yang menarik dan mampu menghasilkan tingkat pengembalian yang tinggi. Namun prinsip "high return high risk" jangan kita lupakan. Leverage yang tinggi membuat kita berpotensi mengalami kerugian yang besar atau bahkan menghabiskan seluruh account kita. Namun dengan adanya money menagement dan analisa yang benar, kita dapat memanfaatkan leverage pada forex untuk mendapatkan profit.
Perusahaan sekuritas atai online brokerage menawarkan leverage yang bervariasi, pada umumnya leverage yang ditawarkan 50:1 , 100:1 , 200:1 , 400:1 dan 500:1.
Contoh Leverage :
Anda memiliki dana sebesar $1,000 pada account Anda, dan Anda memilih leverage 1:400 untuk account Anda, kemudian Anda melakukan transaksi buy pada mata uang EUR/USD sebesar 1 mini lot yaitu sebesar $10,000 tanpa leverage Anda tidak akan bisa melakukan transaksi ini karena modal Anda hanya $1,000 namun dengan leverage Anda cukup menggunakan : $25 ($10,000 / 400 = $25).
Note :
1 standar lot = $100,000
1 mini lot = $10,000
1 micro lot = $1,000
Dengan adanya leverage ini membuat pergerakan mata uang yang kecil menjadi cukup signifikan. Rata-rata pergerakan mata uang kurang dari 1% tiap harinya. Tanpa leverage, maka trading dalam forex kurang menguntungkan karena kecilnya pergerakan sehingga return atau tingkat pengembaliannya kecil. Namun sebaliknya, dengan adanya leverage membuat tingkat pengembalian menjadi tinggi. Oleh karenanya leverage ini memang diperlukan.
Leverage = Pedang Bermata Dua
Anda pasti heran mengapa Leverage juga dikatakan sebagai pedang bermata dua? Bukankah leverage memberikan keuntungan kepada kita untuk mendapatkan tingkat pengembalian (return) yang tinggi. Tidak ada yang salah memang dengan leverage. Malah tanpa adanya leverage, tradng di forex tidak akan diminati oleh banyak orang seperti saat ini.
Namun meskipun demikian, kita harus hati-hati dengan leverage dan seringkali yang membuat salah kita sendiri yang tidak memiliki managemen keuangan yang baik untuk mengontrol kita dalam trading. Kita sering mendengarkan jargon "High return, high risk". Ini yang juga berlaku pada forex yang memiliki
leverage yang tinggi.
Sebagai contoh, Anda melakukan transaksi buy 1 mini lot pada mata uang EUR/USD dengan harga 1.2400 jika Anda trading tanpa menggunakan leverage maka modal yang Anda perlukan adalah $10,000 jika harga EUR/USD kemudian naik menjadi 1.2500 maka Anda mendapatkan profit 100 point/pips. Pada mini lot 1 pips senilai $1, jadi Anda memperoleh keuntungan $100. Berarti dengan modal $10,000 Anda memperoleh keuntungan $100 atau sebesar 1%.
Jika dengan contoh yang sama di atas kita menggunakan leverage 1:100, maka margin perlot yang harus kita sediakan adalah $100 ($10,000 / 100 = $100) jika kita mendapat keuntungan $100 dari modal $100 maka kita mendapatkan keuntungan 100%. Wow sebuah keuntungan yang luar biasa bukan!
Namun Anda jangan hanya melihat potensi keuntungan saja. Kita juga harus melihat kerugian yang bisa terjadi. Jika sebaliknya kita loss sebesar $100, maka tanpa leverage kerugian kita adalah 1%. Sedangkan jika kita menggunakan leverage 1:100, maka kerugian kita juga adalah 100%. Wow kerugian yang luar biasa juga kan!
Namun ini bukan berarti kita harus menghindari trading forex. Kita bisa meminimalkan potensi kerugian yang mungkin timbul karena leverage. Ingat, leverage yang ditawarkan oleh broker bukan berarti harus kita gunakan semuanya. Misalkan broker menawarkan leverage 1:100 sedangkan dana pada account Anda sebesar $1,000, Anda tidak harus trading langsung 10 lot. Seringkali kesalahan trader adalah over trade sehigga loss beberapa pips saja membuat accountnya menurun secara drastis (meskipun akan mendapatkan keuntungan yang besar pula jika menang).
Akhir kata, bagi trader dengan adanya leverage membuat forex menjadi pasar yang menarik dan mampu menghasilkan tingkat pengembalian yang tinggi. Namun prinsip "high return high risk" jangan kita lupakan. Leverage yang tinggi membuat kita berpotensi mengalami kerugian yang besar atau bahkan menghabiskan seluruh account kita. Namun dengan adanya money menagement dan analisa yang benar, kita dapat memanfaatkan leverage pada forex untuk mendapatkan profit.
Labels: Trading Terminology
Thursday, November 20, 2008
Satu dari sekian kesalahan para trader juga adalah terlalu betah berada dalam suatu posisi, atau secara sederhananya gagal melakukan eksekusi merealisasikan profit Anda pada suatu level yang telah ditentukan dalam suatu rencana transaksi (trading plan).
Sepertinya merupakan suatu hukum alam, bahwa suatu pasar / market hanya mengijinkan seseorang atau individu untuk sesekali mendapatkan suatu eksekusi yang menghasilkan keuntungan yang sangat besar sekali sebelum memintanya untuk mengembalikannya kembali ke dalam pasar/market.
Mohon di ingat ini tidak ada hubungannya dengan unsur hoki atau keberuntungan, tidak perlu bangga, karena sebenarnya Anda akan sangat bodoh jika mengharapkan keberuntungan saja tanpa persiapan, ibarat menyeberang jalan dengan PD sambil tutup mata, jika beruntung sampai ke ujung jalan 1X, cobalah berkali-kali, dimohon dengan sangat, pls beritahu saya hasilnya pada percobaan ke 2.. karena saya akan menggelar jualan tiket sirkus dan menghasilkan begitu banyak uang dari kegiatan bodoh Anda, tanpa resiko buat saya hehehe....
Nah mari lanjutkan, betul sekali bahwa, pada suatu saat Anda berhasil mengeksekusi suatu transaksi yang memberikan suatu profit yang besar, dan ketika Anda melihat kenaikan % dari keuntungan dari transaksi tersebut, Anda harus merealisasikan keuntungan yang sudah di tangan Anda hingga rupiah yang terakhir.
Jika pergerakan nilai harga telah mencapai target objektif Anda, dan Anda masih berada di dalamnya tanpa menggunakan rencana eksekusi atau trading plan untuk menaruh trailing stop.. maka dapat dikatakan bahwa Anda terlalu betah “menginap” dalam suatu posisi.
Biasanya, pasar akan berbalik tanpa permisi secara tiba-tiba serta aggresif melorot tanpa memberi kesempatan sama sekali, dan Anda hanya menganga bengong melihat nilai keuntungan yang belum Anda realisasikan raib dari catatan portofolio Anda.
Kemudian Anda mulai bertahan dan berharap pada saat terjadi teknikal rebound yang bersifat temporer, namun market tidak mampu untuk rebound terlalu jauh dari kejatuhannya, bahkan mulai melanjutkan pergerakannya ditarik oleh gravitasi ke bawah.
Pada saat ini Anda benar-benar mulai sungguh-sungguh berharap dan berharap, sering terjadi saat Anda mengedipkan mata saja, nilai pergerakan harga sudah berubah warna menjadi merah, dan status portofolio Anda berubah menjadi unrealized loss. Be aware that a large profit can turn into an even larger loss.
Kesalahan ke 5 ini, dapat di atasi dengan memasang disiplin ketat akan trailing stop saat posisi Anda bergerak mendekati target price sesuai trading plan Anda. Atau berpuaslah dengan profit yang besar saat target objektif Anda tercapai dengan segera mengeksekusinya.
Sampai ketemu di kesalahan ke 6
Source : j-club
Sepertinya merupakan suatu hukum alam, bahwa suatu pasar / market hanya mengijinkan seseorang atau individu untuk sesekali mendapatkan suatu eksekusi yang menghasilkan keuntungan yang sangat besar sekali sebelum memintanya untuk mengembalikannya kembali ke dalam pasar/market.
Mohon di ingat ini tidak ada hubungannya dengan unsur hoki atau keberuntungan, tidak perlu bangga, karena sebenarnya Anda akan sangat bodoh jika mengharapkan keberuntungan saja tanpa persiapan, ibarat menyeberang jalan dengan PD sambil tutup mata, jika beruntung sampai ke ujung jalan 1X, cobalah berkali-kali, dimohon dengan sangat, pls beritahu saya hasilnya pada percobaan ke 2.. karena saya akan menggelar jualan tiket sirkus dan menghasilkan begitu banyak uang dari kegiatan bodoh Anda, tanpa resiko buat saya hehehe....
Nah mari lanjutkan, betul sekali bahwa, pada suatu saat Anda berhasil mengeksekusi suatu transaksi yang memberikan suatu profit yang besar, dan ketika Anda melihat kenaikan % dari keuntungan dari transaksi tersebut, Anda harus merealisasikan keuntungan yang sudah di tangan Anda hingga rupiah yang terakhir.
Jika pergerakan nilai harga telah mencapai target objektif Anda, dan Anda masih berada di dalamnya tanpa menggunakan rencana eksekusi atau trading plan untuk menaruh trailing stop.. maka dapat dikatakan bahwa Anda terlalu betah “menginap” dalam suatu posisi.
Biasanya, pasar akan berbalik tanpa permisi secara tiba-tiba serta aggresif melorot tanpa memberi kesempatan sama sekali, dan Anda hanya menganga bengong melihat nilai keuntungan yang belum Anda realisasikan raib dari catatan portofolio Anda.
Kemudian Anda mulai bertahan dan berharap pada saat terjadi teknikal rebound yang bersifat temporer, namun market tidak mampu untuk rebound terlalu jauh dari kejatuhannya, bahkan mulai melanjutkan pergerakannya ditarik oleh gravitasi ke bawah.
Pada saat ini Anda benar-benar mulai sungguh-sungguh berharap dan berharap, sering terjadi saat Anda mengedipkan mata saja, nilai pergerakan harga sudah berubah warna menjadi merah, dan status portofolio Anda berubah menjadi unrealized loss. Be aware that a large profit can turn into an even larger loss.
Kesalahan ke 5 ini, dapat di atasi dengan memasang disiplin ketat akan trailing stop saat posisi Anda bergerak mendekati target price sesuai trading plan Anda. Atau berpuaslah dengan profit yang besar saat target objektif Anda tercapai dengan segera mengeksekusinya.
Sampai ketemu di kesalahan ke 6
Source : j-club
Labels: Trader Fault
Wednesday, November 19, 2008
Ada seorang ayah yang menjelang ajalnya di hadapan sang Istri berpesan DUA hal kepada 2 anak laki-lakinya :
- Pertama : Jangan pernah menagih hutang kepada orang yg berhutang kepadamu.
- Kedua : Jika pergi ke toko jangan sampai mukanya terkena sinar matahari.
Waktu berjalan terus. Dan kenyataan terjadi, bahwa beberapa tahun setelah ayahnya meninggal anak yang sulung bertambah kaya sedang yang bungsu menjadi semakin miskin.
Pada suatu hari sang Ibu menanyakan hal itu kepada mereka.
Jawab anak yang bungsu :
"Ini karena saya mengikuti pesan ayah. Ayah berpesan bahwa saya tidak boleh menagih hutang kepada orang yang berhutang kepadaku, akibatnya modalku susut karena orang yang berhutang kepadaku tidak membayar sementara aku tidak boleh menagih".
"Juga Ayah berpesan supaya kalau saya pergi atau pulang dari rumah ke toko dan sebaliknya tidak boleh terkena sinar matahari. Akibatnya saya harus naik becak atau andong, padahal sebetulnya saya bisa berjalan kaki saja, tetapi karena pesan ayah itu, akibatnya pengeluaranku bertambah banyak".
Kepada anak yang sulung yang bertambah kaya, sang Ibu pun bertanya hal yang sama.
Jawab anak sulung :
"Ini semua adalah karena saya mentaati pesan ayah. Karena Ayah berpesan supaya saya tidak menagih kepada orang yang berhutang kepada saya, maka saya tidak pernah menghutangkan sehingga dengan demikian modal tidak susut".
"Juga Ayah berpesan agar supaya jika saya berangkat ke toko atau pulang dari toko tidak boleh terkena sinar matahari, maka saya berangkat ke toko sebelum matahari terbit dan pulang sesudah matahari terbenam.
Karenanya toko saya buka sebelum toko lain buka, dan tutup jauh sesudah toko yang lain tutup."
"Sehingga karena kebiasaan itu, orang menjadi tahu dan tokoku menjadi laris, karena mempunyai jam kerja lebih lama".
MORAL CERITA :
Kisah diatas menunjukkan bagaimana sebuah kalimat di tanggapi dengan presepsi yang berbeda. Jika kita melihat dengan positive attitude maka segala kesulitan sebenarnya adalah sebuah perjalanan membuat kita sukses tetapi kita bisa juga terhanyut dengan adanya kesulitan karena rutinitas kita... pilihan ada di tangan anda.
'Berusahalah melakukan hal biasa dengan cara yang luar biasa'
Source : [junior_Trader]"Toni Wijaya" toniwijaya99@yahoo.co.id
- Pertama : Jangan pernah menagih hutang kepada orang yg berhutang kepadamu.
- Kedua : Jika pergi ke toko jangan sampai mukanya terkena sinar matahari.
Waktu berjalan terus. Dan kenyataan terjadi, bahwa beberapa tahun setelah ayahnya meninggal anak yang sulung bertambah kaya sedang yang bungsu menjadi semakin miskin.
Pada suatu hari sang Ibu menanyakan hal itu kepada mereka.
Jawab anak yang bungsu :
"Ini karena saya mengikuti pesan ayah. Ayah berpesan bahwa saya tidak boleh menagih hutang kepada orang yang berhutang kepadaku, akibatnya modalku susut karena orang yang berhutang kepadaku tidak membayar sementara aku tidak boleh menagih".
"Juga Ayah berpesan supaya kalau saya pergi atau pulang dari rumah ke toko dan sebaliknya tidak boleh terkena sinar matahari. Akibatnya saya harus naik becak atau andong, padahal sebetulnya saya bisa berjalan kaki saja, tetapi karena pesan ayah itu, akibatnya pengeluaranku bertambah banyak".
Kepada anak yang sulung yang bertambah kaya, sang Ibu pun bertanya hal yang sama.
Jawab anak sulung :
"Ini semua adalah karena saya mentaati pesan ayah. Karena Ayah berpesan supaya saya tidak menagih kepada orang yang berhutang kepada saya, maka saya tidak pernah menghutangkan sehingga dengan demikian modal tidak susut".
"Juga Ayah berpesan agar supaya jika saya berangkat ke toko atau pulang dari toko tidak boleh terkena sinar matahari, maka saya berangkat ke toko sebelum matahari terbit dan pulang sesudah matahari terbenam.
Karenanya toko saya buka sebelum toko lain buka, dan tutup jauh sesudah toko yang lain tutup."
"Sehingga karena kebiasaan itu, orang menjadi tahu dan tokoku menjadi laris, karena mempunyai jam kerja lebih lama".
MORAL CERITA :
Kisah diatas menunjukkan bagaimana sebuah kalimat di tanggapi dengan presepsi yang berbeda. Jika kita melihat dengan positive attitude maka segala kesulitan sebenarnya adalah sebuah perjalanan membuat kita sukses tetapi kita bisa juga terhanyut dengan adanya kesulitan karena rutinitas kita... pilihan ada di tangan anda.
'Berusahalah melakukan hal biasa dengan cara yang luar biasa'
Source : [junior_Trader]"Toni Wijaya" toniwijaya99@yahoo.co.id
Labels: Motivaion
Tuesday, November 18, 2008
Kenapa oh kenapa? Inilah ceritanya di suatu galaxy Bima Memble, planet Hexa 2175 tahun cahaya dari Planet Bumi. Dimana sekuritas-sekuritas di planet tersebut, sebut : Donosikso Securities, Pelburi Securities, Anuanu Securities, Kem eng, Credit Susah, Mari Lunch Securities sedang giat-giatnya “force sell” saham MARS sebesar 4 juta lot.
ONCE UPON A TIME…..
Konon, ada seorang bernama Baurokok Baburi yang tersohor. Dia punya saham emiten MARS dengan harga ZR. 8000 (Mata uang planet Hexa adalah ZR).
Mr. Baurokok Baburi, dikabarkan memiliki 34.5% saham MARS, dimana MARS merupakan tambang Batubobrok (Di planet kita disebut Batubara). Kemudian Mr. Baurokok Baburi kebingungan, bagaimana kira-kira menjual sahamnya sehingga market tidak panik?
Setelah memutar otak, Mr. Baburi ini pintar, dia mendirikan sebuah Holding Company (Baca : Perusahaan “kertas”) bernama BBNR (Baburi And Bother, tanpa kesalahan ketik). Di BBNR sendiri, dia memiliki 20% saham. Sehingga kekayaan Mr. Baburi ini sebenarnya adalah 34.5% saham MARS dan 20% saham BBNR. Kayaaaaaa… luar biasa…
Suatu hari, dia mengadakan penjualan ke perusahaan BBNR atas saham MARS (mungkin di planet kita disebut Akuisisi Internal?), dengan harga 8000. Wow… Pada saat itu batubobrok sangat dibutuhkan untuk menghangatkan pantat, karena planet Hexa sangatlah dingin, karena jauh dari “Mata Pem Pem Ah” (atau disingkat MPPA, begitulah mereka menyebut “matahari”) . Setelah dibeli dengan harga 8000, berapa kekayaan Baburi?
Simple, 34.5% saham MARS x 8000. Anggap bernilai ZR. 1Triliun
Kemudian, tak lama, perusahaan BBNR, ingin mengembangkan dirinya untuk mengakuisisi perusahaan-perusahaan lain, seperti Guiltyland Property (GLTY), Enerdot Perkoro (ENGR, Bukan Energen, Cereal di iklan TV), dan MARS sendiri.
Dengan demikian, BBNR menjaminkan semua sahamnya, termasuk saham MARS yang baru dibeli dengan Rp. 8000 dari Mr. Baburi tadi, dengan 1/3 harganya. Wouch… Habis beli Rp. 8000, digadaikan 3000, kurang bodoh apa? Alasannya sih ingin menambah kepemilikan GLTY, ENGR dan MARS.
Ujung-ujungnya, BBNR tak mampu menebus saham hasil gadaiannya, sehingga bank-bank ataupun sekuritas yang menerima gadai saham dari BBNR, terpaksa menjual seluruh saham gadaian MARS dengan harga ZR. 2175, ZR. 1910, ZR. 1870, ZR. 1610, ZR. 1450, dan semakin hari semakin melorot. Sehingga GLTY, ENGR, apalagi MARS melorot bak celana kedodoran.
Pertanyaannya : SIAPA YANG UNTUNG? SIAPA YANG RUGI? Silahkan comment, jawaban terbaik akan diumumkan :D
Spoiler :
BBNR yang paling rugi, dimana dalam BBNR, Mr. Baurokok Baburi rugi 20% (Karena kepemilikan BBNR oleh Baburi hanyalah 20%). Sedangkan investor 80% lainnya rugi (Retail, FM, Dll).
Yang paling untung adalah Mr. Baburi, dengan keuntungan Harga MARS x 8000 x 80% (20% ruginya ada di BBNR). Belum lagi ditambah keuntungan dapat membeli saham MARS yang sudah hampir tidak laku. Jual di 8000, beli di 500, pintar bukan?
Demikian cerita… Patut diceritakan kepada anak cucu dari mulut ke mulut , seperti Fairy Tale, supaya anak-anak kita tidak menjadi bodoh seperti kita-kita.
Source : saham.ficforlife.com
ONCE UPON A TIME…..
Konon, ada seorang bernama Baurokok Baburi yang tersohor. Dia punya saham emiten MARS dengan harga ZR. 8000 (Mata uang planet Hexa adalah ZR).
Mr. Baurokok Baburi, dikabarkan memiliki 34.5% saham MARS, dimana MARS merupakan tambang Batubobrok (Di planet kita disebut Batubara). Kemudian Mr. Baurokok Baburi kebingungan, bagaimana kira-kira menjual sahamnya sehingga market tidak panik?
Setelah memutar otak, Mr. Baburi ini pintar, dia mendirikan sebuah Holding Company (Baca : Perusahaan “kertas”) bernama BBNR (Baburi And Bother, tanpa kesalahan ketik). Di BBNR sendiri, dia memiliki 20% saham. Sehingga kekayaan Mr. Baburi ini sebenarnya adalah 34.5% saham MARS dan 20% saham BBNR. Kayaaaaaa… luar biasa…
Suatu hari, dia mengadakan penjualan ke perusahaan BBNR atas saham MARS (mungkin di planet kita disebut Akuisisi Internal?), dengan harga 8000. Wow… Pada saat itu batubobrok sangat dibutuhkan untuk menghangatkan pantat, karena planet Hexa sangatlah dingin, karena jauh dari “Mata Pem Pem Ah” (atau disingkat MPPA, begitulah mereka menyebut “matahari”) . Setelah dibeli dengan harga 8000, berapa kekayaan Baburi?
Simple, 34.5% saham MARS x 8000. Anggap bernilai ZR. 1Triliun
Kemudian, tak lama, perusahaan BBNR, ingin mengembangkan dirinya untuk mengakuisisi perusahaan-perusahaan lain, seperti Guiltyland Property (GLTY), Enerdot Perkoro (ENGR, Bukan Energen, Cereal di iklan TV), dan MARS sendiri.
Dengan demikian, BBNR menjaminkan semua sahamnya, termasuk saham MARS yang baru dibeli dengan Rp. 8000 dari Mr. Baburi tadi, dengan 1/3 harganya. Wouch… Habis beli Rp. 8000, digadaikan 3000, kurang bodoh apa? Alasannya sih ingin menambah kepemilikan GLTY, ENGR dan MARS.
Ujung-ujungnya, BBNR tak mampu menebus saham hasil gadaiannya, sehingga bank-bank ataupun sekuritas yang menerima gadai saham dari BBNR, terpaksa menjual seluruh saham gadaian MARS dengan harga ZR. 2175, ZR. 1910, ZR. 1870, ZR. 1610, ZR. 1450, dan semakin hari semakin melorot. Sehingga GLTY, ENGR, apalagi MARS melorot bak celana kedodoran.
Pertanyaannya : SIAPA YANG UNTUNG? SIAPA YANG RUGI? Silahkan comment, jawaban terbaik akan diumumkan :D
Spoiler :
BBNR yang paling rugi, dimana dalam BBNR, Mr. Baurokok Baburi rugi 20% (Karena kepemilikan BBNR oleh Baburi hanyalah 20%). Sedangkan investor 80% lainnya rugi (Retail, FM, Dll).
Yang paling untung adalah Mr. Baburi, dengan keuntungan Harga MARS x 8000 x 80% (20% ruginya ada di BBNR). Belum lagi ditambah keuntungan dapat membeli saham MARS yang sudah hampir tidak laku. Jual di 8000, beli di 500, pintar bukan?
Demikian cerita… Patut diceritakan kepada anak cucu dari mulut ke mulut , seperti Fairy Tale, supaya anak-anak kita tidak menjadi bodoh seperti kita-kita.
Source : saham.ficforlife.com
Labels: Article
Monday, November 17, 2008
Memang pernah disinggung sebelumnya soal investasi dan cara cepat untuk kaya, namun kali ini saya akan coba mengulas lebih detil soal investasi di reksadana. Seperti yang Anda mungkin sudah tahu, reksadana (mutual fund) adalah wahana yang digunakan untuk menghimpun dana masyarakat (pemodal) untuk kemudian diinvestasikan ke dalam portofolio efek oleh manajer investasi (MI). Portofolio efek tersebut bisa berupa saham, obligasi, instrumen pasar uang, atau kombinasi dari beberapa di antaranya.
Orang bilang jangan letakkan telur-telur Anda dalam satu keranjang. Maksudnya, untuk mengoptimalkan keuntungan sekaligus meminimalkan risiko perlu dilakukan diversifikasi agar bila terjadi kerugian pada satu aset, masih bisa di-cover dengan aset lain untuk menghindari kerugian maksimal. Konsekuensinya, kita perlu membangun suatu portofolio aset, yakni sekumpulan aset dengan berbagai profil risiko yang berbeda seperti saham, obligasi, deposito, dan lainnya. Repotnya, untuk membangun portofolio ideal diperlukan dana yang relatif besar; hitung-hitungan saya, paling tidak perlu Rp 10 miliar.
Reksadana kemudian muncul sebagai solusi agar pemodal tak lagi kesulitan dalam berinvestasi. Kesulitan berupa dana yang mepet, keterbatasan pengetahuan dan informasi, kurangnya waktu dan tenaga untuk memonitor portofolio, dan risiko-risiko lain dapat diatasi dengan reksadana. Sebagai gambaran, penduduk Indonesia saat ini sekitar 230 juta jiwa, namun dana yang terkumpul dalam reksadana baru sekitar Rp 60 triliun saja (2006). Itu artinya reksadana masih merupakan wahana yang bagus dan potensial untuk berinvestasi.
Keuntungan Berinvestasi di Reksadana
1. Investor memiliki akses untuk menyusun portofolio dari beragam instrumen investasi yang sulit (dan mahal) untuk dilakukan sendiri.
2. Diversifikasi secara otomatis. Portofolio investor dengan sendirinya akan tersebar ke beragam aset sesuai dengan profil risiko masing-masing.
3. Barrier to entry rendah. Siapapun bisa memulai berinvestasi reksadana as low as Rp 200 ribu saja.
4. Investasi dikelola oleh MI profesional dengan administrasi oleh kustodian dan diawasi secara ketat oleh Bapepam LK.
5. Hasil investasi reksadana bukan (belum) menjadi obyek pajak. Kupon dari obligasi hingga saat ini juga belum menjadi obyek pajak.
6. Likuiditas tinggi. Unit penyertaan dapat dibeli atau dijual kembali setiap hari bursa melalui MI.
7. Investor institusional seperti dana pensiun, bank, perusahaan swasta, juga dapat memetik keuntungan dari reksadana.
8. Bagi pemerintah dan perusahaan emiten, reksadana merupakan salah satu sumber dana investasi yang dapat menjangkau investor secara luas sehingga dana terkumpul bisa jauh lebih besar.
Jenis-jenis Reksadana
Berdasar aturan hukumnya, reksadana dibagi menjadi:
1. Reksadana berbentuk perseroan
Perseroan menghimpun dana dengan menjual saham perdana (IPO), kemudian menggunakan dana tersebut untuk diinvestasikan dalam berbagai jenis efek.
2. Reksadana terbuka (open-end investment company); dimana investor bisa membeli saham dari reksadana dan menjual kembali tanpa dibatasi jumlah saham yang diterbitkan.
3. Reksadana tertutup (close-end investment company); investor hanya bisa melakukan jual beli melalui bursa efek dimana saham reksadana tersebut tercatat dengan jumlah tertentu.
4. Reksadana Kontrak Investasi Kolektif (KIK)
Ini bentuk yang paling lazim, dimana ada kontrak antara MI dan bank kustodian yang mengikat pemegang unit penyertaan (UP). MI diberi wewenang untuk mengelola investasi kolektif dan bank kustodian memiliki wewenang untuk melakukan penitipan kolektif. Reksadana KIK tidak menerbitkan saham melainkan melalui UP sampai sebesar jumlah yang ditetapkan dalam Anggaran Dasar. Investor yang berpartisipasi akan mendapat bukti penyertaan berupa surat konfirmasi dari bank kustodian.
Menurut portofolio investasinya, reksadana dibagi menjadi:
1. Reksadana Pasar Uang
Reksadana yang mayoritas alokasi investasinya pada efek pasar uang, yaitu efek utang berjangka kurang dari satu tahun seperti SBI, deposito, dan sebagainya. Tingkat risiko (dan return) relatif paling rendah. Reksadana ini cocok untuk jangka pendek sebagai pelengkap tabungan atau deposito. Tidak ada biaya pembelian dan penjualan kembali. NAB/NAV per UP selalu “di-reset” Rp 1.000 setiap harinya.
2. Reksadana Pendapatan Tetap
Reksadana yang setidaknya 80% alokasi investasinya pada efek utang jangka panjang. Potensi risiko dan return lebih besar daripada tabungan, deposito, atau reksadana pasar uang. Cocok untuk investasi jangka menengah (kurang dari 5 tahun). Ada sebagian reksadana yang membagikan keuntungan berupa dividen secara berkala.
3. Reksadana Saham
Reksadana yang melakukan investasi sekurangnya 80% dari portofolio ke efek ekuitas (saham). Dibanding reksadana lain, potensi risiko dan return relatif paling tinggi dan cocok untuk jangka panjang (3 tahun atau lebih).
4. Reksadana Campuran
Alokasi aset merupakan kombinasi antara efek ekuitas dan efek hutang yang tidak termasuk dalam kategori di atas. Potensi risiko dan return biasanya berada di antara reksadana pendapatan tetap dan reksadana saham.
Terdapat juga beberapa jenis reksadana lain seperti reksadana terproteksi, reksadana index fund, reksadana LQ45 ETF, juga reksadana internasional yang sangat beragam.
Manajer Investasi (MI)
Dialah yang bertanggung jawab mengelola dana yang terkumpul dalam reksadana. MI take care terhadap setiap kegiatan investasi, mulai dari analisis investasi, pengambilan keputusan, monitoring pasar, atau mengambil tindakan emergency yang sekiranya diperlukan. MI harus mendapat ijin dari Bapepam LK. MI mendapat imbalan jasa dalam bentuk management fee, performance fee, dan entry/exit fee.
Bank Kustodian
Adalah pihak yang memegang dana investasi sehingga dana investor tidak dipegang langsung dan/atau disalahgunakan oleh MI. Bank kustodian mengawasi setiap penggunaan dana. Biasanya merupakan bank umum yang disetujui Bapepam LK untuk menyelenggarakan jasa kustodian atau penitipan efek secara kolektif dan harta lain serta menerima dividen, bunga, atau hak-hak lainnya. Bank kustodian mengutip custodian fee sekian persen dari dana kelolaan yang dipotong langsung dari NAB/NAV.
Selain sebagai lembaga penitipan dan pengamanan, bank kustodian juga merupakan administrator yang mewakili pemegang rekening yang menjadi nasabahnya dan bertugas menghitung NAB/NAV setiap jenis reksadana KIK per akhir hari bursa untuk kemudian diumumkan melalui media. Bank kustodian juga berfungsi sebagai transfer agent, yang mencatat seluruh transaksi seperti pembelian (subscription) atau pencairan (redemption) yang dilakukan tiap nasabah.
Selain menyelesaikan transaksi efek, bank kustodian akan memberikan surat konfirmasi sebagai tanda bukti atas setiap transaksi reksadana. Kalau investor melakukan transaksi langsung ke perusahaan pengelola reksadana, tanda bukti akan diberikan langsung kepada investor. Sementara bila investor bertransaksi melalui selling agent (seperti bank), biasanya tanda bukti “dititipkan” di selling agent tersebut.
Prospektus Reksadana
Buat sebagian orang mungkin merupakan dokumen yang garing dan membosankan. Tapi sesungguhnya prospektus adalah bacaan wajib yang perlu dipahami dan dijadikan acuan sebelum investor melakukan investasi di reksadana. Biasanya prospektus mendeskripsikan satu jenis reksadana, namun kadang mendeskripsikan juga beberapa reksadana sekaligus yang dikelola oleh perusahaan pengelola reksadana yang sama.
Periode perhitungan reksadana biasanya dimulai 1 Januari berakhir 31 Desember. Pada tiap periode tersebut biasanya prospektus diterbitkan oleh perusahaan pengelola reksadana. Berikut beberapa bagian penting dalam prospektus reksadana:
* Sampul depan (front cover)
Memuat tanggal efektif reksadana pertama kali dikenalkan, tanggal mulai penawaran, pernyataan disclaimer, penjelasan singkat tentang reksadana (bentuk, tujuan, komposisi), informasi penawaran (jumlah UP, NAV/NAB, biaya-biaya, minimum pembelian), MI, bank kustodian, dan tanggal penerbitan prospektus.
* Istilah dan definisi
* Informasi/keterangan reksadana yang ditawarkan
Pada bagian ini berisi berisi mengenai dasar hukum reksa dana, pembentukan reksa dana, penawaran umum, pihak-pihak yang menempatkan dana awal, manfaat dari investasi pada reksa dana yang ditawarkan, dan pengelola reksa dana.
* Manajer investasi
* Bank kustodian
* Tujuan dan kebijakan investasi
Sesuai Peraturan Bapepam LK No. IV.B1 mengenai Pedoman Pengelolaan Reksa Dana berbentuk KIK perlu dijelaskan tentang tujuan dan kebijakan investasi reksadana yang ditawarkan, batasan-batasan, kebijakan pembagian keuntungan (profit-sharing), dan proses investasi itu sendiri.
* Metode penghitungan nilai pasar wajar
Biasanya memuat Surat Keputusan Ketua Bapepam LK No. Kep-24/PM/2004 19 Agustus tentang tata cara penghitungan nilai pasar wajar dari efek portofolio reksadana.
* Perpajakan
* Faktor-faktor risiko
* Imbalan jasa dan alokasi biaya
* Hak-hak pemegang unit penyertaan
* Pembubaran dan likuidasi
* Pendapat dari segi hukum
* Pendapat akuntan tentang laporan keuangan
* Tata cara dan persyaratan pembelian UP
* Tata cara dan persyaratan penjualan kembali UP
* Tata cara dan persyaratan pengalihan UP
* Skema pembelian dan penjualan kembali UP
* Penyebarluasan prospektus dan form pembelian UP
Laporan Keuangan Tahunan Reksadana
Tiap periode (tahun) perusahaan pengelola reksadana harus mengeluarkan laporan keuangan akhir tahun yang diaudit oleh auditor independen. Biasanya disertakan juga surat pemegang saham (shareholder letter) yang ditulis oleh presiden direktur atau MI yang berisi tinjauan tujuan investasi dan kinerja selama periode tersebut. Biasanya dibandingkan juga (benchmarking) kinerja reksadana dengan parameter industri seperti IHSG atau JII.
Laporan tahunan dilengkapi dengan tabel dan grafik untuk membandingkan pertumbuhan reksadana selama periode tertentu dan menjelaskan komposisi/persentase instrumen efek yang dimiliki. Laporan ini juga memaparkan NAB/NAV serta laba bersih yang diperoleh. Selain dari laporan tahunan, NAB/NAV lazim dimuat di surat kabar/majalah terkemuka dan situs internet seperti Bisnis Indonesia (registrasi gratis).
Laporan tahunan juga memuat posisi aktiva dan pasiva di penutupan pasar saham dan obligasi pada tanggal pelaporan. Aktiva adalah seberapa banyak investasi yang dilakukan di pasar, jaminan yang dipegang untuk dipinjamkan, serta piutang yang dimiliki. Pasiva adalah jumlah utang yang digunakan untuk membeli efek.
Portofolio dan perputaran portofolio (portofolio turnover) yang dibeli dan dijual selama periode tersebut juga dicantumkan dalam laporan tahunan. Prinsipnya, makin tinggi turnover biasanya menambah biaya transaksi dan menggerus potensi laba. Kebanyakan reksadana agresif yang mengejar pertumbuhan biasanya memiliki turnover sangat tinggi.
Catatan kaki (footnotes), yang mencakup hal-hal lain seperti kebijakan akuntansi, pihak-pihak berkepentingan, serta transaksi affiliasi (arms-length transaction) biasanya juga dicantumkan dalam laporan keuangan tersebut. Selain prospektus, laporan keuangan adalah bahan informasi penting yang mutlak dimiliki dan dimengerti investor guna pengambilan keputusan investasi.
Unit Penyertaan (UP)
Adalah satuan investasi dalam reksadana. Pada saat penawaran umum perdana, UP ditetapkan Rp 1.000 kecuali reksadana pasar uang yang selalu ditetapkan Rp 1.000 setiap awal hari bursa. Bila pada penawaran umum suatu reksadana terkumpul dana sebesar Rp 100 juta berarti ada 100 ribu lembar UP beredar dengan NAB/NAV Rp 1.000/UP.
NAB/NAV dalam rupiah biasanya dihitung sampai 4 angka desimal. Dalam contoh berikut, angka desimal dihilangkan hanya untuk kemudahan perhitungan semata.
Nilai Aktiva Bersih (NAB)/Net Asset Value (NAV)
Mengikuti contoh di atas, misalkan selama suatu periode MI mampu membukukan keuntungan 40% maka dana yang terkumpul akan menjadi Rp 140 juta. Jika sebelumnya NAB/NAV sebesar Rp 1.000/UP, kini nilainya naik jadi Rp 1.400/UP. Misal biaya yang dibebankan 1%, maka NAB/NAV Rp 138,6 juta atau Rp 1.386 per UP. Setelah dikurangi biaya-biaya tersebut, hasil investasi akan menjadi hak investor.
Misalkan saya berinvestasi dengan membeli 50 ribu UP pada penawaran umum, maka saya harus mengeluarkan dana Rp 1.000/UP atau Rp 50 juta. Jika saya ingin menjual UP yang saya miliki saat ini dengan harga Rp 1.386/UP maka saya akan menerima dana sebesar Rp 69,3 juta. Keuntungan yang saya peroleh sebesar Rp 19,3 juta.
Bila saat ini Anda ingin masuk, Anda harus membeli dengan harga Rp 1.386/UP. Misalkan Anda membeli 10 ribu UP, maka Anda harus membayar Rp 13,86 juta. Seandainya beberapa bulan kemudian NAB/NAV turun menjadi Rp 1.350/UP dan Anda ingin menjual reksadana Anda, maka Anda akan menerima dana Rp 13,5 juta. Dalam kasus ini Anda menderita rugi Rp 360 ribu.
Nilai NAB/NAV selalu update tiap hari bursa oleh bank kustodian dan diterbitkan di berbagai media. NAB/NAV tak serta merta menggambarkan mahal tidaknya reksadana. Reksadana yang baru ditawarkan biasanya NAB/NAVnya murah, sementara reksadana yang sudah eksis cukup lama bisa jadi memiliki NAB/NAV tinggi. Namun, NAB/NAV juga bisa dipengaruhi misalkan oleh kebijakan MI untuk melakukan split ratio yang akan mengubah nilai NAB/NAV dan jumlah UP — walau pada akhirnya nilai investasinya sama saja.
Membeli dan Menjual Reksadana
Membeli reksadana dikenakan selling fee tertentu. Misal suatu hari Anda membeli reksadana dengan investasi Rp 10 juta, NAB/NAV Rp 1.350/UP, dan selling fee sebesar 1%. Jumlah UP yang bisa diperoleh dapat dihitung dengan rumus:
UP = [investasi (1 - fee)] : NAB/NAV
UP = [Rp 10 jt (1 - 0,01)] : Rp 1.350/UP
UP = 7.333,3333 unit
NAB/NAV dihitung setiap akhir hari bursa. Jika Anda membayar dan memasukkan inquiry sebelum jam 12.00 WIB, NAB/NAV dihitung pada akhir hari tersebut. Namun juka Anda membeli setelah pukul 12.00 WIB, Anda akan dimasukkan ke NAB/NAV hari bursa berikutnya.
Sementara saat menjual reksadana, Anda akan dikenakan redemption fee. Misal hari ini Anda ingin membeli reksadana yang Anda beli di atas dengan NAB/NAV Rp 2.025/UP dan redemption fee sebesar 1,5%. Besarnya redemption dapat dihitung dengan rumus:
Redemption = UP x NAB/NAV (1 – fee)
Redemption = 7.333,3333 x Rp 2.025/UP (1 – 0,015)
Redemption = Rp 14.627.250
Jadi besarnya keuntungan anda adalah sebesar Rp 4.627.250. Return on investment (ROI) investasi Anda sebesar 46,27%.
Frequently Asked Questions (FAQ)
Bagaimana cara mengetahui baik/tidaknya MI?
MI tak ubahnya nakhoda yang dituntut piawai mengarungi volatilitas ombak di pasar. Ia harus bisa memainkan portofolionya dengan baik. MI yang baik biasanya punya target (benchmark) tertentu yang bisa (dan harus) dilampaui. Benchmark tersebut bisa IHSG, JII, rata-rata reksadana, kinerja sektoral, atau lainnya.
Jangan buru-buru menjustifikasi kinerja MI yang mungkin minus atau underperform dalam beberapa bulan. Untuk mengukur kinerja perlu dibandingkan selama 1 tahun apakah MI tersebut bisa mengalahkan benchmark atau tidak. Bisa jadi kinerja yang minus selama beberapa bulan merupakan strategi untuk menyiapkan portofolio aset di sektor lain yang akan menanjak di bulan-bulan berikutnya.
Apakah NAB/NAV dan AUM yang tinggi merupakan indikator yang baik?
NAB/NAV memang mempengaruhi dana kita. NAB/NAV tinggi berarti unit penyertaan kita banyak dan dana kita di reksadana tersebut meningkat. Begitu juga sebaliknya. Perubahan NAB/NAV dipengaruhi oleh pergerakan aset reksadana. Misal ada investor besar yang perlu dana kas dan melakukan redeem. MI harus menjual aset reksadananya supaya bisa membayar investor. Dalam hal ini tentu NAB/NAV berkurang.
Kasus lain, MI mungkin sedang mengatur strategi dengan bandar (market maker) di bursa. MI melakukan cut loss dan menjual saham-saham jelek miliknya dan bersiap untuk terbang bersama bandar lain. Adanya cut loss ini bisa juga mengurangi NAB/NAV. NAB/NAV bukan harga mati karena perlu dilihat mendalam bagaimana MI mengatur stuktur portofolionya. Bisa jadi NAB/NAV besar tapi unit penyertaan investornya diperkecil, atau sebaliknya.
Asset under management (AUM) yang besar juga tak bisa dijadikan patokan. AUM besar tapi return tak terlalu bagus berarti MI tak pintar mengelola dananya. Walau begitu, reksadana AUM besar memang cenderung lebih “aman” daripada reksadana dengan AUM rendah. Yang terpenting, tentu saja adalah ritme dan pola performa. MI yang bagus biasanya memiliki kinerja yang stabil dengan return di atas rata-rata pasar.
NAB/NAV tinggi juga tak selalu berarti MI mengoleksi portofolio aset yang mahal. Mahal tidaknya suatu reksadana, menurut saya, harus dilihat pada nilai underlying asset portofolio reksadana itu sendiri.
Apakah saya harus membeli reksadana dengan NAB/NAV tinggi karena banyak investor yang masuk ke sana?
Harus disadari bahwa banyaknya investor yang masuk ke reksadana biasanya lebih disebabkan oleh marketing campaign yang dilakukan — bukan serta merta karena kinerja dan performa MI yang bersangkutan. Kedua, kita hanya bisa menebak-nebak jumlah investor yang terlibat dengan melihat total dana kelolaan (AUM).
Saya pernah membaca paper yang menunjukkan bahwa reksadana unggulan tak selalu sebanding dengan jumlah investor yang terlibat di dalamnya. Reksadana unggulan harus dicermati melalui kinerja selama beberapa periode (tahun) sebelumnya — apakah selalu stabil dan konstan mampu melampaui benchmark pasar. Walau demikian, kinerja masa lalu juga tidak selalu menjamin akan kinerja di masa yang akan datang. Reksadana unggulan di 12 bulan sebelumnya hampir pasti akan memberikan return lebih jelek di tahun berikutnya karena sudah “panas” (overheating). Begitu juga sebaliknya.
Bagaimana prospek reksadana saat ini?
Sebagai gambaran, penduduk Indonesia saat ini berjumlah sekitar 230 juta jiwa. Namun dana yang terkumpul dalam reksadana baru sekitar Rp 60 triliun saja (2007). Itu artinya, tiap penduduk Indonesia baru berinvestasi di reksadana sebesar Rp 260 saja. Reksadana masih jadi wahana investasi yang sangat prospektif ke depannya.
Inikah saat yang tepat untuk membeli reksadana X?
Ini pertanyaan sulit. Buat saya, kapan saja masuk ke reksadana tidaklah jadi masalah karena posisi pasar seperti apapun (tinggi, stagnan, turun) selalu ada kebingungan dan keraguan untuk berinvestasi. Jangan punya pikiran apakah ini saat yang tepat atau tidak tepat untuk masuk. Sebab dengan begini kita bisa jadi tak akan pernah sukses dalam berinvestasi.
Cara terbaik adalah dengan membuat rencana jangka panjang, disiplin, stick with it: rupiah cost averaging (RCA). Prinsipnya, setiap bulan (atau sekian bulan tertentu) kita harus disiplin menyisihkan dana untuk dimasukkan ke program investasi. Jangan pernah merubah rencana ini karena tanpa ada usaha konkrit berkesinambungan, kita akan melewati masa-masa membingungkan dengan berbagai keraguan dan kepanikan yang selalu menghantui.
Bagaimana cara berinvestasi reksadana yang tepat?
Menurut saya, RCA adalah metode investasi yang tepat. Perhatikan ilustrasi berikut. Tabungan Rp 100 ribu yang didiamkan saja dengan bunga 5% per tahun akan bernilai Rp 338.635 saat 25 tahun kemudian. Kalau setiap bulan Rp 100 ribu selalu ditambahkan (dengan tingkat bunga yang sama) akan bernilai Rp 4.772.600 25 tahun kemudian.
Hal yang sama berlaku juga buat reksadana. Asumsi usia Anda sekarang 30 tahun dan hendak pensiun pada usia 60 tahun nanti. Anda menyisihkan Rp 500 ribu per bulan untuk diinvestasikan pada reksadana pendapatan tetap dengan return 12% per tahun. Investasi Anda akan bernilai Rp 120.665.000 saat Anda pensiun. Kalau Anda berinvestasi pada reksadana saham yang bisa memberi return 35% per tahun, maka investasi Anda saat Anda pensiun akan bernilai Rp 11.610.629.000.
Perhitungan di atas tentu sangat konservatif, karena rata-rata reksadana bisa memberi return lebih tinggi dari rate tersebut. Silakan kalkulasikan sendiri jika seandainya Anda menyisihkan bukan Rp 500 ribu per bulan, melainkan Rp 1 juta atau Rp 2 juta per bulannya. Itulah mengapa Albert Einstein pernah berujar bahwa the greatest force in the world is compound interest.
Bagaimana menyiasati biaya-biaya dalam reksadana?
Ini agak tricky karena tiap perusahaan pengelola reksadana punya aturan main berbeda-beda. Ada yang masuknya murah sementara keluarnya berbiaya tinggi. Ada yang masuk-keluar murah, namun ada pemotongan dari NAB/NAV yang kita tak tahu. Ada juga yang menerapkan performance fee yang dibebankan andaikata performa dalam satu periode melebih target sekian persen.
Kadang kita bisa membeli langsung ke perusahaan pengelola reksadana, namun kadang hanya bisa dibeli lewat selling agent (bank). Kadang, membeli reksadana dari bank A bisa lebih murah dari B. Biasanya, membeli via bank swasta atau bank asing jatuhnya lebih mahal karena mereka prefer pada investor menengah ke atas supaya komisi yang diperoleh lebih besar. Membeli via bank pemerintah atau bank swasta menengah yang retail-oriented bisa jatuh lebih murah.
Sebagai contoh, reksadana Schroders yang dibeli via HSBC harus ada dana minimal Rp 50 juta. Melalui BCA, Anda harus jadi nasabah prioritas dengan saldo minimal Rp 200 juta. Sementara membeli via Bank Mandiri atau CommonwealthBank minimal cuma Rp 10 juta. Di CommonwealthBank malah bisa membuka rekening dengan saldo nol dan tetap bebas biaya administrasi dan bulanan.
Terkadang, membeli langsung dan membeli via “switching” jatuhnya bisa berbeda. Misal, untuk masuk langsung ke Schroders Dana Prestasi Plus akan dikenakan fee 2%. Tapi Anda bisa menyiasati dengan membeli Schroder Dana Istimewa yang fee-nya 0%. Setelah itu, Anda bisa switch ke Schroders Dana Prestasi Plus dengan fee hanya 0,5%. Anda bisa menghemat 1,5%. Supaya tak repot bolak-balik, semua transaksi bisa dilakukan hari itu juga. Pembelian diproses hari ini sementara switching diproses untuk hari berikutnya.
Dalam beberapa kasus, fee ini memang bisa dinegosiasikan. Namun, trik-trik di atas juga bisa dilakukan agar bisa menghemat banyak sehingga dana yang diinvestasikan bisa jatuhnya lebih besar.
Haruskah saya membeli reksadana di perusahaan pengelola reksadana yang punya nama?
Ada baiknya ya. Perusahaan pengelola reksadana bonafit biasanya dijalankan secara sangat profesional, mulai dari aktivitas investasinya, administrasinya, pelayanan nasabah, sampai pemaparan jelas biaya-biaya yang ada secara detil. Saya juga menyukai perusahaan pengelola reksadana yang punya nama di dunia internasional. Mereka biasanya memiliki aset kelolaan (AUM) besar dan didukung penuh oleh parent company-nya. Sebagai contoh:
* Schroders Investment Management Indonesia
Berpusat di Inggris dengan AUM total Rp 15 T lebih, dengan Rp 12 T di reksadana dan sisanya di discretionary fund.
* Manulife Asset Management Indonesia
Punya AUM Rp 12 T dengan Rp 5 T reksadana dan Rp 7,5 T di discretionary fund. Kantor pusatnya di Kanada.
* Fortis Investments Indonesia
Asal Belanda dengan AUM sebesar Rp 7,5 T (Rp 5 T di reksadana dan Rp 2 T di discretionary fund).
Hal ini “menguntungkan” manakala pasar turun dan terjadi redemption rush yang serentak. MI mau tak mau harus menjual asetnya untuk memenuhi kebutuhan likuiditas tersebut. Repotnya, perusahaan pengelola reksadana dengan AUM kecil biasanya terpukul karena akan mengacaukan pengaturan strategi portofolionya. Namun perusahaan pengelola reksadana dengan jaringan internasional biasanya akan selalu dibantu oleh parent company atau grup afiliasi mereka tanpa mengganggu strategi portofolionya.
Hanya saja, terkadang perusahaan pengelola reksadana bagus yang ngetop akan mempunyai customer base yang besar. Karena kewalahan, mereka terpaksa merekrut freelancer (outsource) dari luar yang biasanya dibebani target. Akibatnya, kadang mereka (freelancer) kurang memberikan pelayanan dan informasi yang bagus kecuali memaksakan diri untuk menjual banyak demi mengejar komisi. Karenanya, ada baiknya Anda datang langsung dan bertemu langsung dengan in-house marketing-nya agar tak dikadalin para marketer.
Selain itu, menurut saya the man behind the gun juga tak kalah penting. Kalau menyebut nama-nama MI seperti Michael Tjoajadi (Schroders), Winston Sual (Panin), Cholis Baidowi (Trimegah), atau lainnya, bisa dipastikan jadi “jaminan” investasi kita.
Haruskah saya mendiversifikasi reksadana?
Kalau saya, ya. Diversifikasi ke banyak sektor reksadana berarti menyerap volatilitas yang berbeda pula. Artinya, kita tak perlu takut akan satu volatilitas pasar. Misal ketika pasar saham sedang sangat volatile, kita masih bisa mengandalkan pemasukan bagus dari reksadana pendapatan tetap atau dari reksadana pasar uang. Begitu juga sebaliknya.
Anda bisa mengalokasikan misal 40% ke reksadana saham, 40% reksadana campuran, dan 20% reksadana pasar uang. Asumsinya, bursa saham sedang hangat dan berpotensi tinggi memberi profit. Reksadana campuran dipilih karena MI punya mandat untuk memindah dana dari saham ke instrumen lain guna menghindar dari performa minus. Artinya, potensi return mungkin tak setinggi reksadana saham, tetapi masih di atas reksadana pendapatan tetap dan juga masih cukup “save.” Sementara reksadana pasar uang diambil guna memenuhi kebutuhan likuiditas jangka pendek.
Tentu komposisi ini bisa diubah-ubah sesuai preferensi dan profil risiko masing-masing investor. Pun ketika pasar berganti angin, Anda bisa melakukan rebalancing portofolio dan mengubah komposisi tersebut.
Bagaimana kunci sukses berinvestasi di reksadana?
Buat saya, yang terpenting adalah jangan terlalu mudah panik dan terpancing euforia pasar. Santai saja kalau bulan ini minus, karena beberapa saat lagi akan pick-up dengan sendirinya. Juga jangan mudah termakan gosip. Justru ketika pasar panik dan redemption besar-besaran, malah kita bisa membeli dengan harga murah (NAB/NAV rendah) dengan potensi untuk membaik di kemudian hari.
Kedua, horizon investasi Anda sebaiknya harus jangka panjang. Keputusan ada di tangan Anda. Asalkan bisa disiplin dan stick with it, return bagus pasti bisa didapat. Baca juga tentang cara berinvestasi reksadana yang tepat pada item pertanyaan di atas.
Ketiga, pilihlah perusahaan pengelola reksadana dengan latar belakang yang bagus dan stabilitas serta likuiditas yang sudah teruji. Nama-nama besar seperti Schroders, Manulife, Fortis (asing), atau Trimegah, Danareksa, Panin (lokal) mungkin perlu dipertimbangkan.
Apa sajakah risiko berinvestasi di reksadana?
Risiko yang mutlak dihadapi adalah turunnya NAB/NAV ketika pasar sedang kurang bergairah. Risiko lain adalah wanprestasi (default), yaitu kegagalan emiten, penerbit surat berharga, atau pihak lain yang terkait dengan transaksi gagal memenuhi kewajibannya. Reksadana juga tak luput dari risiko likuiditas dalam hal cepat-lambatnya investor dapat mencairkan unit penyertaannya.
Selain menawarkan peluang yang menggiurkan, reksadana khususnya di Indonesia memang masih memiliki potensi risiko seperti kendala peraturan, perlindungan investor, pembenahan internal pengelola reksadana, sampai soal pembelajaran publik agar masyarakat tidak terjebak semata-mata pada iming-iming return yang menggiurkan.
Bapepam LK sendiri belakangan terus menerus menggiatkan pengawasan reksadana. Banyak MI nakal yang ditegur dan dikenai sanksi. Aturan-aturan lain juga terus diperbarui demi melindungi investor. Namun di balik semua itu, mari kita sama-sama belajar dari pengalaman masa lalu dan pengalaman negara lain agar semoga reksadana kita bisa tumbuh dan berkembang dengan bagus.
Last but Not Least
Betapapun, berinvestasi beneran (mungkin) tidak untuk semua orang. Anda memang tak perlu jadi sehebat Warren Buffett, tetapi Anda musti memiliki mindset seorang investor. Investor yang arif, bisa mengalokasikan waktu dan uangnya dengan baik, serta memiliki pengetahuan akan dunia keuangan yang mumpuni. Dan pembelajaran itu butuh proses dan pengalaman yang tidak instan.
Selamat berinvestasi di reksadana dan semoga sukses.
Source : nofieiman.com
Orang bilang jangan letakkan telur-telur Anda dalam satu keranjang. Maksudnya, untuk mengoptimalkan keuntungan sekaligus meminimalkan risiko perlu dilakukan diversifikasi agar bila terjadi kerugian pada satu aset, masih bisa di-cover dengan aset lain untuk menghindari kerugian maksimal. Konsekuensinya, kita perlu membangun suatu portofolio aset, yakni sekumpulan aset dengan berbagai profil risiko yang berbeda seperti saham, obligasi, deposito, dan lainnya. Repotnya, untuk membangun portofolio ideal diperlukan dana yang relatif besar; hitung-hitungan saya, paling tidak perlu Rp 10 miliar.
Reksadana kemudian muncul sebagai solusi agar pemodal tak lagi kesulitan dalam berinvestasi. Kesulitan berupa dana yang mepet, keterbatasan pengetahuan dan informasi, kurangnya waktu dan tenaga untuk memonitor portofolio, dan risiko-risiko lain dapat diatasi dengan reksadana. Sebagai gambaran, penduduk Indonesia saat ini sekitar 230 juta jiwa, namun dana yang terkumpul dalam reksadana baru sekitar Rp 60 triliun saja (2006). Itu artinya reksadana masih merupakan wahana yang bagus dan potensial untuk berinvestasi.
Keuntungan Berinvestasi di Reksadana
1. Investor memiliki akses untuk menyusun portofolio dari beragam instrumen investasi yang sulit (dan mahal) untuk dilakukan sendiri.
2. Diversifikasi secara otomatis. Portofolio investor dengan sendirinya akan tersebar ke beragam aset sesuai dengan profil risiko masing-masing.
3. Barrier to entry rendah. Siapapun bisa memulai berinvestasi reksadana as low as Rp 200 ribu saja.
4. Investasi dikelola oleh MI profesional dengan administrasi oleh kustodian dan diawasi secara ketat oleh Bapepam LK.
5. Hasil investasi reksadana bukan (belum) menjadi obyek pajak. Kupon dari obligasi hingga saat ini juga belum menjadi obyek pajak.
6. Likuiditas tinggi. Unit penyertaan dapat dibeli atau dijual kembali setiap hari bursa melalui MI.
7. Investor institusional seperti dana pensiun, bank, perusahaan swasta, juga dapat memetik keuntungan dari reksadana.
8. Bagi pemerintah dan perusahaan emiten, reksadana merupakan salah satu sumber dana investasi yang dapat menjangkau investor secara luas sehingga dana terkumpul bisa jauh lebih besar.
Jenis-jenis Reksadana
Berdasar aturan hukumnya, reksadana dibagi menjadi:
1. Reksadana berbentuk perseroan
Perseroan menghimpun dana dengan menjual saham perdana (IPO), kemudian menggunakan dana tersebut untuk diinvestasikan dalam berbagai jenis efek.
2. Reksadana terbuka (open-end investment company); dimana investor bisa membeli saham dari reksadana dan menjual kembali tanpa dibatasi jumlah saham yang diterbitkan.
3. Reksadana tertutup (close-end investment company); investor hanya bisa melakukan jual beli melalui bursa efek dimana saham reksadana tersebut tercatat dengan jumlah tertentu.
4. Reksadana Kontrak Investasi Kolektif (KIK)
Ini bentuk yang paling lazim, dimana ada kontrak antara MI dan bank kustodian yang mengikat pemegang unit penyertaan (UP). MI diberi wewenang untuk mengelola investasi kolektif dan bank kustodian memiliki wewenang untuk melakukan penitipan kolektif. Reksadana KIK tidak menerbitkan saham melainkan melalui UP sampai sebesar jumlah yang ditetapkan dalam Anggaran Dasar. Investor yang berpartisipasi akan mendapat bukti penyertaan berupa surat konfirmasi dari bank kustodian.
Menurut portofolio investasinya, reksadana dibagi menjadi:
1. Reksadana Pasar Uang
Reksadana yang mayoritas alokasi investasinya pada efek pasar uang, yaitu efek utang berjangka kurang dari satu tahun seperti SBI, deposito, dan sebagainya. Tingkat risiko (dan return) relatif paling rendah. Reksadana ini cocok untuk jangka pendek sebagai pelengkap tabungan atau deposito. Tidak ada biaya pembelian dan penjualan kembali. NAB/NAV per UP selalu “di-reset” Rp 1.000 setiap harinya.
2. Reksadana Pendapatan Tetap
Reksadana yang setidaknya 80% alokasi investasinya pada efek utang jangka panjang. Potensi risiko dan return lebih besar daripada tabungan, deposito, atau reksadana pasar uang. Cocok untuk investasi jangka menengah (kurang dari 5 tahun). Ada sebagian reksadana yang membagikan keuntungan berupa dividen secara berkala.
3. Reksadana Saham
Reksadana yang melakukan investasi sekurangnya 80% dari portofolio ke efek ekuitas (saham). Dibanding reksadana lain, potensi risiko dan return relatif paling tinggi dan cocok untuk jangka panjang (3 tahun atau lebih).
4. Reksadana Campuran
Alokasi aset merupakan kombinasi antara efek ekuitas dan efek hutang yang tidak termasuk dalam kategori di atas. Potensi risiko dan return biasanya berada di antara reksadana pendapatan tetap dan reksadana saham.
Terdapat juga beberapa jenis reksadana lain seperti reksadana terproteksi, reksadana index fund, reksadana LQ45 ETF, juga reksadana internasional yang sangat beragam.
Manajer Investasi (MI)
Dialah yang bertanggung jawab mengelola dana yang terkumpul dalam reksadana. MI take care terhadap setiap kegiatan investasi, mulai dari analisis investasi, pengambilan keputusan, monitoring pasar, atau mengambil tindakan emergency yang sekiranya diperlukan. MI harus mendapat ijin dari Bapepam LK. MI mendapat imbalan jasa dalam bentuk management fee, performance fee, dan entry/exit fee.
Bank Kustodian
Adalah pihak yang memegang dana investasi sehingga dana investor tidak dipegang langsung dan/atau disalahgunakan oleh MI. Bank kustodian mengawasi setiap penggunaan dana. Biasanya merupakan bank umum yang disetujui Bapepam LK untuk menyelenggarakan jasa kustodian atau penitipan efek secara kolektif dan harta lain serta menerima dividen, bunga, atau hak-hak lainnya. Bank kustodian mengutip custodian fee sekian persen dari dana kelolaan yang dipotong langsung dari NAB/NAV.
Selain sebagai lembaga penitipan dan pengamanan, bank kustodian juga merupakan administrator yang mewakili pemegang rekening yang menjadi nasabahnya dan bertugas menghitung NAB/NAV setiap jenis reksadana KIK per akhir hari bursa untuk kemudian diumumkan melalui media. Bank kustodian juga berfungsi sebagai transfer agent, yang mencatat seluruh transaksi seperti pembelian (subscription) atau pencairan (redemption) yang dilakukan tiap nasabah.
Selain menyelesaikan transaksi efek, bank kustodian akan memberikan surat konfirmasi sebagai tanda bukti atas setiap transaksi reksadana. Kalau investor melakukan transaksi langsung ke perusahaan pengelola reksadana, tanda bukti akan diberikan langsung kepada investor. Sementara bila investor bertransaksi melalui selling agent (seperti bank), biasanya tanda bukti “dititipkan” di selling agent tersebut.
Prospektus Reksadana
Buat sebagian orang mungkin merupakan dokumen yang garing dan membosankan. Tapi sesungguhnya prospektus adalah bacaan wajib yang perlu dipahami dan dijadikan acuan sebelum investor melakukan investasi di reksadana. Biasanya prospektus mendeskripsikan satu jenis reksadana, namun kadang mendeskripsikan juga beberapa reksadana sekaligus yang dikelola oleh perusahaan pengelola reksadana yang sama.
Periode perhitungan reksadana biasanya dimulai 1 Januari berakhir 31 Desember. Pada tiap periode tersebut biasanya prospektus diterbitkan oleh perusahaan pengelola reksadana. Berikut beberapa bagian penting dalam prospektus reksadana:
* Sampul depan (front cover)
Memuat tanggal efektif reksadana pertama kali dikenalkan, tanggal mulai penawaran, pernyataan disclaimer, penjelasan singkat tentang reksadana (bentuk, tujuan, komposisi), informasi penawaran (jumlah UP, NAV/NAB, biaya-biaya, minimum pembelian), MI, bank kustodian, dan tanggal penerbitan prospektus.
* Istilah dan definisi
* Informasi/keterangan reksadana yang ditawarkan
Pada bagian ini berisi berisi mengenai dasar hukum reksa dana, pembentukan reksa dana, penawaran umum, pihak-pihak yang menempatkan dana awal, manfaat dari investasi pada reksa dana yang ditawarkan, dan pengelola reksa dana.
* Manajer investasi
* Bank kustodian
* Tujuan dan kebijakan investasi
Sesuai Peraturan Bapepam LK No. IV.B1 mengenai Pedoman Pengelolaan Reksa Dana berbentuk KIK perlu dijelaskan tentang tujuan dan kebijakan investasi reksadana yang ditawarkan, batasan-batasan, kebijakan pembagian keuntungan (profit-sharing), dan proses investasi itu sendiri.
* Metode penghitungan nilai pasar wajar
Biasanya memuat Surat Keputusan Ketua Bapepam LK No. Kep-24/PM/2004 19 Agustus tentang tata cara penghitungan nilai pasar wajar dari efek portofolio reksadana.
* Perpajakan
* Faktor-faktor risiko
* Imbalan jasa dan alokasi biaya
* Hak-hak pemegang unit penyertaan
* Pembubaran dan likuidasi
* Pendapat dari segi hukum
* Pendapat akuntan tentang laporan keuangan
* Tata cara dan persyaratan pembelian UP
* Tata cara dan persyaratan penjualan kembali UP
* Tata cara dan persyaratan pengalihan UP
* Skema pembelian dan penjualan kembali UP
* Penyebarluasan prospektus dan form pembelian UP
Laporan Keuangan Tahunan Reksadana
Tiap periode (tahun) perusahaan pengelola reksadana harus mengeluarkan laporan keuangan akhir tahun yang diaudit oleh auditor independen. Biasanya disertakan juga surat pemegang saham (shareholder letter) yang ditulis oleh presiden direktur atau MI yang berisi tinjauan tujuan investasi dan kinerja selama periode tersebut. Biasanya dibandingkan juga (benchmarking) kinerja reksadana dengan parameter industri seperti IHSG atau JII.
Laporan tahunan dilengkapi dengan tabel dan grafik untuk membandingkan pertumbuhan reksadana selama periode tertentu dan menjelaskan komposisi/persentase instrumen efek yang dimiliki. Laporan ini juga memaparkan NAB/NAV serta laba bersih yang diperoleh. Selain dari laporan tahunan, NAB/NAV lazim dimuat di surat kabar/majalah terkemuka dan situs internet seperti Bisnis Indonesia (registrasi gratis).
Laporan tahunan juga memuat posisi aktiva dan pasiva di penutupan pasar saham dan obligasi pada tanggal pelaporan. Aktiva adalah seberapa banyak investasi yang dilakukan di pasar, jaminan yang dipegang untuk dipinjamkan, serta piutang yang dimiliki. Pasiva adalah jumlah utang yang digunakan untuk membeli efek.
Portofolio dan perputaran portofolio (portofolio turnover) yang dibeli dan dijual selama periode tersebut juga dicantumkan dalam laporan tahunan. Prinsipnya, makin tinggi turnover biasanya menambah biaya transaksi dan menggerus potensi laba. Kebanyakan reksadana agresif yang mengejar pertumbuhan biasanya memiliki turnover sangat tinggi.
Catatan kaki (footnotes), yang mencakup hal-hal lain seperti kebijakan akuntansi, pihak-pihak berkepentingan, serta transaksi affiliasi (arms-length transaction) biasanya juga dicantumkan dalam laporan keuangan tersebut. Selain prospektus, laporan keuangan adalah bahan informasi penting yang mutlak dimiliki dan dimengerti investor guna pengambilan keputusan investasi.
Unit Penyertaan (UP)
Adalah satuan investasi dalam reksadana. Pada saat penawaran umum perdana, UP ditetapkan Rp 1.000 kecuali reksadana pasar uang yang selalu ditetapkan Rp 1.000 setiap awal hari bursa. Bila pada penawaran umum suatu reksadana terkumpul dana sebesar Rp 100 juta berarti ada 100 ribu lembar UP beredar dengan NAB/NAV Rp 1.000/UP.
NAB/NAV dalam rupiah biasanya dihitung sampai 4 angka desimal. Dalam contoh berikut, angka desimal dihilangkan hanya untuk kemudahan perhitungan semata.
Nilai Aktiva Bersih (NAB)/Net Asset Value (NAV)
Mengikuti contoh di atas, misalkan selama suatu periode MI mampu membukukan keuntungan 40% maka dana yang terkumpul akan menjadi Rp 140 juta. Jika sebelumnya NAB/NAV sebesar Rp 1.000/UP, kini nilainya naik jadi Rp 1.400/UP. Misal biaya yang dibebankan 1%, maka NAB/NAV Rp 138,6 juta atau Rp 1.386 per UP. Setelah dikurangi biaya-biaya tersebut, hasil investasi akan menjadi hak investor.
Misalkan saya berinvestasi dengan membeli 50 ribu UP pada penawaran umum, maka saya harus mengeluarkan dana Rp 1.000/UP atau Rp 50 juta. Jika saya ingin menjual UP yang saya miliki saat ini dengan harga Rp 1.386/UP maka saya akan menerima dana sebesar Rp 69,3 juta. Keuntungan yang saya peroleh sebesar Rp 19,3 juta.
Bila saat ini Anda ingin masuk, Anda harus membeli dengan harga Rp 1.386/UP. Misalkan Anda membeli 10 ribu UP, maka Anda harus membayar Rp 13,86 juta. Seandainya beberapa bulan kemudian NAB/NAV turun menjadi Rp 1.350/UP dan Anda ingin menjual reksadana Anda, maka Anda akan menerima dana Rp 13,5 juta. Dalam kasus ini Anda menderita rugi Rp 360 ribu.
Nilai NAB/NAV selalu update tiap hari bursa oleh bank kustodian dan diterbitkan di berbagai media. NAB/NAV tak serta merta menggambarkan mahal tidaknya reksadana. Reksadana yang baru ditawarkan biasanya NAB/NAVnya murah, sementara reksadana yang sudah eksis cukup lama bisa jadi memiliki NAB/NAV tinggi. Namun, NAB/NAV juga bisa dipengaruhi misalkan oleh kebijakan MI untuk melakukan split ratio yang akan mengubah nilai NAB/NAV dan jumlah UP — walau pada akhirnya nilai investasinya sama saja.
Membeli dan Menjual Reksadana
Membeli reksadana dikenakan selling fee tertentu. Misal suatu hari Anda membeli reksadana dengan investasi Rp 10 juta, NAB/NAV Rp 1.350/UP, dan selling fee sebesar 1%. Jumlah UP yang bisa diperoleh dapat dihitung dengan rumus:
UP = [investasi (1 - fee)] : NAB/NAV
UP = [Rp 10 jt (1 - 0,01)] : Rp 1.350/UP
UP = 7.333,3333 unit
NAB/NAV dihitung setiap akhir hari bursa. Jika Anda membayar dan memasukkan inquiry sebelum jam 12.00 WIB, NAB/NAV dihitung pada akhir hari tersebut. Namun juka Anda membeli setelah pukul 12.00 WIB, Anda akan dimasukkan ke NAB/NAV hari bursa berikutnya.
Sementara saat menjual reksadana, Anda akan dikenakan redemption fee. Misal hari ini Anda ingin membeli reksadana yang Anda beli di atas dengan NAB/NAV Rp 2.025/UP dan redemption fee sebesar 1,5%. Besarnya redemption dapat dihitung dengan rumus:
Redemption = UP x NAB/NAV (1 – fee)
Redemption = 7.333,3333 x Rp 2.025/UP (1 – 0,015)
Redemption = Rp 14.627.250
Jadi besarnya keuntungan anda adalah sebesar Rp 4.627.250. Return on investment (ROI) investasi Anda sebesar 46,27%.
Frequently Asked Questions (FAQ)
Bagaimana cara mengetahui baik/tidaknya MI?
MI tak ubahnya nakhoda yang dituntut piawai mengarungi volatilitas ombak di pasar. Ia harus bisa memainkan portofolionya dengan baik. MI yang baik biasanya punya target (benchmark) tertentu yang bisa (dan harus) dilampaui. Benchmark tersebut bisa IHSG, JII, rata-rata reksadana, kinerja sektoral, atau lainnya.
Jangan buru-buru menjustifikasi kinerja MI yang mungkin minus atau underperform dalam beberapa bulan. Untuk mengukur kinerja perlu dibandingkan selama 1 tahun apakah MI tersebut bisa mengalahkan benchmark atau tidak. Bisa jadi kinerja yang minus selama beberapa bulan merupakan strategi untuk menyiapkan portofolio aset di sektor lain yang akan menanjak di bulan-bulan berikutnya.
Apakah NAB/NAV dan AUM yang tinggi merupakan indikator yang baik?
NAB/NAV memang mempengaruhi dana kita. NAB/NAV tinggi berarti unit penyertaan kita banyak dan dana kita di reksadana tersebut meningkat. Begitu juga sebaliknya. Perubahan NAB/NAV dipengaruhi oleh pergerakan aset reksadana. Misal ada investor besar yang perlu dana kas dan melakukan redeem. MI harus menjual aset reksadananya supaya bisa membayar investor. Dalam hal ini tentu NAB/NAV berkurang.
Kasus lain, MI mungkin sedang mengatur strategi dengan bandar (market maker) di bursa. MI melakukan cut loss dan menjual saham-saham jelek miliknya dan bersiap untuk terbang bersama bandar lain. Adanya cut loss ini bisa juga mengurangi NAB/NAV. NAB/NAV bukan harga mati karena perlu dilihat mendalam bagaimana MI mengatur stuktur portofolionya. Bisa jadi NAB/NAV besar tapi unit penyertaan investornya diperkecil, atau sebaliknya.
Asset under management (AUM) yang besar juga tak bisa dijadikan patokan. AUM besar tapi return tak terlalu bagus berarti MI tak pintar mengelola dananya. Walau begitu, reksadana AUM besar memang cenderung lebih “aman” daripada reksadana dengan AUM rendah. Yang terpenting, tentu saja adalah ritme dan pola performa. MI yang bagus biasanya memiliki kinerja yang stabil dengan return di atas rata-rata pasar.
NAB/NAV tinggi juga tak selalu berarti MI mengoleksi portofolio aset yang mahal. Mahal tidaknya suatu reksadana, menurut saya, harus dilihat pada nilai underlying asset portofolio reksadana itu sendiri.
Apakah saya harus membeli reksadana dengan NAB/NAV tinggi karena banyak investor yang masuk ke sana?
Harus disadari bahwa banyaknya investor yang masuk ke reksadana biasanya lebih disebabkan oleh marketing campaign yang dilakukan — bukan serta merta karena kinerja dan performa MI yang bersangkutan. Kedua, kita hanya bisa menebak-nebak jumlah investor yang terlibat dengan melihat total dana kelolaan (AUM).
Saya pernah membaca paper yang menunjukkan bahwa reksadana unggulan tak selalu sebanding dengan jumlah investor yang terlibat di dalamnya. Reksadana unggulan harus dicermati melalui kinerja selama beberapa periode (tahun) sebelumnya — apakah selalu stabil dan konstan mampu melampaui benchmark pasar. Walau demikian, kinerja masa lalu juga tidak selalu menjamin akan kinerja di masa yang akan datang. Reksadana unggulan di 12 bulan sebelumnya hampir pasti akan memberikan return lebih jelek di tahun berikutnya karena sudah “panas” (overheating). Begitu juga sebaliknya.
Bagaimana prospek reksadana saat ini?
Sebagai gambaran, penduduk Indonesia saat ini berjumlah sekitar 230 juta jiwa. Namun dana yang terkumpul dalam reksadana baru sekitar Rp 60 triliun saja (2007). Itu artinya, tiap penduduk Indonesia baru berinvestasi di reksadana sebesar Rp 260 saja. Reksadana masih jadi wahana investasi yang sangat prospektif ke depannya.
Inikah saat yang tepat untuk membeli reksadana X?
Ini pertanyaan sulit. Buat saya, kapan saja masuk ke reksadana tidaklah jadi masalah karena posisi pasar seperti apapun (tinggi, stagnan, turun) selalu ada kebingungan dan keraguan untuk berinvestasi. Jangan punya pikiran apakah ini saat yang tepat atau tidak tepat untuk masuk. Sebab dengan begini kita bisa jadi tak akan pernah sukses dalam berinvestasi.
Cara terbaik adalah dengan membuat rencana jangka panjang, disiplin, stick with it: rupiah cost averaging (RCA). Prinsipnya, setiap bulan (atau sekian bulan tertentu) kita harus disiplin menyisihkan dana untuk dimasukkan ke program investasi. Jangan pernah merubah rencana ini karena tanpa ada usaha konkrit berkesinambungan, kita akan melewati masa-masa membingungkan dengan berbagai keraguan dan kepanikan yang selalu menghantui.
Bagaimana cara berinvestasi reksadana yang tepat?
Menurut saya, RCA adalah metode investasi yang tepat. Perhatikan ilustrasi berikut. Tabungan Rp 100 ribu yang didiamkan saja dengan bunga 5% per tahun akan bernilai Rp 338.635 saat 25 tahun kemudian. Kalau setiap bulan Rp 100 ribu selalu ditambahkan (dengan tingkat bunga yang sama) akan bernilai Rp 4.772.600 25 tahun kemudian.
Hal yang sama berlaku juga buat reksadana. Asumsi usia Anda sekarang 30 tahun dan hendak pensiun pada usia 60 tahun nanti. Anda menyisihkan Rp 500 ribu per bulan untuk diinvestasikan pada reksadana pendapatan tetap dengan return 12% per tahun. Investasi Anda akan bernilai Rp 120.665.000 saat Anda pensiun. Kalau Anda berinvestasi pada reksadana saham yang bisa memberi return 35% per tahun, maka investasi Anda saat Anda pensiun akan bernilai Rp 11.610.629.000.
Perhitungan di atas tentu sangat konservatif, karena rata-rata reksadana bisa memberi return lebih tinggi dari rate tersebut. Silakan kalkulasikan sendiri jika seandainya Anda menyisihkan bukan Rp 500 ribu per bulan, melainkan Rp 1 juta atau Rp 2 juta per bulannya. Itulah mengapa Albert Einstein pernah berujar bahwa the greatest force in the world is compound interest.
Bagaimana menyiasati biaya-biaya dalam reksadana?
Ini agak tricky karena tiap perusahaan pengelola reksadana punya aturan main berbeda-beda. Ada yang masuknya murah sementara keluarnya berbiaya tinggi. Ada yang masuk-keluar murah, namun ada pemotongan dari NAB/NAV yang kita tak tahu. Ada juga yang menerapkan performance fee yang dibebankan andaikata performa dalam satu periode melebih target sekian persen.
Kadang kita bisa membeli langsung ke perusahaan pengelola reksadana, namun kadang hanya bisa dibeli lewat selling agent (bank). Kadang, membeli reksadana dari bank A bisa lebih murah dari B. Biasanya, membeli via bank swasta atau bank asing jatuhnya lebih mahal karena mereka prefer pada investor menengah ke atas supaya komisi yang diperoleh lebih besar. Membeli via bank pemerintah atau bank swasta menengah yang retail-oriented bisa jatuh lebih murah.
Sebagai contoh, reksadana Schroders yang dibeli via HSBC harus ada dana minimal Rp 50 juta. Melalui BCA, Anda harus jadi nasabah prioritas dengan saldo minimal Rp 200 juta. Sementara membeli via Bank Mandiri atau CommonwealthBank minimal cuma Rp 10 juta. Di CommonwealthBank malah bisa membuka rekening dengan saldo nol dan tetap bebas biaya administrasi dan bulanan.
Terkadang, membeli langsung dan membeli via “switching” jatuhnya bisa berbeda. Misal, untuk masuk langsung ke Schroders Dana Prestasi Plus akan dikenakan fee 2%. Tapi Anda bisa menyiasati dengan membeli Schroder Dana Istimewa yang fee-nya 0%. Setelah itu, Anda bisa switch ke Schroders Dana Prestasi Plus dengan fee hanya 0,5%. Anda bisa menghemat 1,5%. Supaya tak repot bolak-balik, semua transaksi bisa dilakukan hari itu juga. Pembelian diproses hari ini sementara switching diproses untuk hari berikutnya.
Dalam beberapa kasus, fee ini memang bisa dinegosiasikan. Namun, trik-trik di atas juga bisa dilakukan agar bisa menghemat banyak sehingga dana yang diinvestasikan bisa jatuhnya lebih besar.
Haruskah saya membeli reksadana di perusahaan pengelola reksadana yang punya nama?
Ada baiknya ya. Perusahaan pengelola reksadana bonafit biasanya dijalankan secara sangat profesional, mulai dari aktivitas investasinya, administrasinya, pelayanan nasabah, sampai pemaparan jelas biaya-biaya yang ada secara detil. Saya juga menyukai perusahaan pengelola reksadana yang punya nama di dunia internasional. Mereka biasanya memiliki aset kelolaan (AUM) besar dan didukung penuh oleh parent company-nya. Sebagai contoh:
* Schroders Investment Management Indonesia
Berpusat di Inggris dengan AUM total Rp 15 T lebih, dengan Rp 12 T di reksadana dan sisanya di discretionary fund.
* Manulife Asset Management Indonesia
Punya AUM Rp 12 T dengan Rp 5 T reksadana dan Rp 7,5 T di discretionary fund. Kantor pusatnya di Kanada.
* Fortis Investments Indonesia
Asal Belanda dengan AUM sebesar Rp 7,5 T (Rp 5 T di reksadana dan Rp 2 T di discretionary fund).
Hal ini “menguntungkan” manakala pasar turun dan terjadi redemption rush yang serentak. MI mau tak mau harus menjual asetnya untuk memenuhi kebutuhan likuiditas tersebut. Repotnya, perusahaan pengelola reksadana dengan AUM kecil biasanya terpukul karena akan mengacaukan pengaturan strategi portofolionya. Namun perusahaan pengelola reksadana dengan jaringan internasional biasanya akan selalu dibantu oleh parent company atau grup afiliasi mereka tanpa mengganggu strategi portofolionya.
Hanya saja, terkadang perusahaan pengelola reksadana bagus yang ngetop akan mempunyai customer base yang besar. Karena kewalahan, mereka terpaksa merekrut freelancer (outsource) dari luar yang biasanya dibebani target. Akibatnya, kadang mereka (freelancer) kurang memberikan pelayanan dan informasi yang bagus kecuali memaksakan diri untuk menjual banyak demi mengejar komisi. Karenanya, ada baiknya Anda datang langsung dan bertemu langsung dengan in-house marketing-nya agar tak dikadalin para marketer.
Selain itu, menurut saya the man behind the gun juga tak kalah penting. Kalau menyebut nama-nama MI seperti Michael Tjoajadi (Schroders), Winston Sual (Panin), Cholis Baidowi (Trimegah), atau lainnya, bisa dipastikan jadi “jaminan” investasi kita.
Haruskah saya mendiversifikasi reksadana?
Kalau saya, ya. Diversifikasi ke banyak sektor reksadana berarti menyerap volatilitas yang berbeda pula. Artinya, kita tak perlu takut akan satu volatilitas pasar. Misal ketika pasar saham sedang sangat volatile, kita masih bisa mengandalkan pemasukan bagus dari reksadana pendapatan tetap atau dari reksadana pasar uang. Begitu juga sebaliknya.
Anda bisa mengalokasikan misal 40% ke reksadana saham, 40% reksadana campuran, dan 20% reksadana pasar uang. Asumsinya, bursa saham sedang hangat dan berpotensi tinggi memberi profit. Reksadana campuran dipilih karena MI punya mandat untuk memindah dana dari saham ke instrumen lain guna menghindar dari performa minus. Artinya, potensi return mungkin tak setinggi reksadana saham, tetapi masih di atas reksadana pendapatan tetap dan juga masih cukup “save.” Sementara reksadana pasar uang diambil guna memenuhi kebutuhan likuiditas jangka pendek.
Tentu komposisi ini bisa diubah-ubah sesuai preferensi dan profil risiko masing-masing investor. Pun ketika pasar berganti angin, Anda bisa melakukan rebalancing portofolio dan mengubah komposisi tersebut.
Bagaimana kunci sukses berinvestasi di reksadana?
Buat saya, yang terpenting adalah jangan terlalu mudah panik dan terpancing euforia pasar. Santai saja kalau bulan ini minus, karena beberapa saat lagi akan pick-up dengan sendirinya. Juga jangan mudah termakan gosip. Justru ketika pasar panik dan redemption besar-besaran, malah kita bisa membeli dengan harga murah (NAB/NAV rendah) dengan potensi untuk membaik di kemudian hari.
Kedua, horizon investasi Anda sebaiknya harus jangka panjang. Keputusan ada di tangan Anda. Asalkan bisa disiplin dan stick with it, return bagus pasti bisa didapat. Baca juga tentang cara berinvestasi reksadana yang tepat pada item pertanyaan di atas.
Ketiga, pilihlah perusahaan pengelola reksadana dengan latar belakang yang bagus dan stabilitas serta likuiditas yang sudah teruji. Nama-nama besar seperti Schroders, Manulife, Fortis (asing), atau Trimegah, Danareksa, Panin (lokal) mungkin perlu dipertimbangkan.
Apa sajakah risiko berinvestasi di reksadana?
Risiko yang mutlak dihadapi adalah turunnya NAB/NAV ketika pasar sedang kurang bergairah. Risiko lain adalah wanprestasi (default), yaitu kegagalan emiten, penerbit surat berharga, atau pihak lain yang terkait dengan transaksi gagal memenuhi kewajibannya. Reksadana juga tak luput dari risiko likuiditas dalam hal cepat-lambatnya investor dapat mencairkan unit penyertaannya.
Selain menawarkan peluang yang menggiurkan, reksadana khususnya di Indonesia memang masih memiliki potensi risiko seperti kendala peraturan, perlindungan investor, pembenahan internal pengelola reksadana, sampai soal pembelajaran publik agar masyarakat tidak terjebak semata-mata pada iming-iming return yang menggiurkan.
Bapepam LK sendiri belakangan terus menerus menggiatkan pengawasan reksadana. Banyak MI nakal yang ditegur dan dikenai sanksi. Aturan-aturan lain juga terus diperbarui demi melindungi investor. Namun di balik semua itu, mari kita sama-sama belajar dari pengalaman masa lalu dan pengalaman negara lain agar semoga reksadana kita bisa tumbuh dan berkembang dengan bagus.
Last but Not Least
Betapapun, berinvestasi beneran (mungkin) tidak untuk semua orang. Anda memang tak perlu jadi sehebat Warren Buffett, tetapi Anda musti memiliki mindset seorang investor. Investor yang arif, bisa mengalokasikan waktu dan uangnya dengan baik, serta memiliki pengetahuan akan dunia keuangan yang mumpuni. Dan pembelajaran itu butuh proses dan pengalaman yang tidak instan.
Selamat berinvestasi di reksadana dan semoga sukses.
Source : nofieiman.com
Labels: Investment Tips
Sunday, November 16, 2008
Ben Bernanke. Tidak ada seorang pun yang mengenalnya ketika era Allan Greenspan berlangsung. Namanya baru mencuat ketika masa jabatan Greenspan hampir berakhir. Tiba-tiba saja dia dikenal publik sebagai suksesor seorang legenda The Fed yang telah satu dekade memegang tampuk institusi keuangan milik pemerintah yang paling krusial diseluruh dunia. Kini dia menjabat sebagai Gubernur Bank Sentral Amerika alias The Fed. Siapakah Ben Bernanke itu?
Masa Kecil
Bernanke dilahirkan di Augusta, Georgia pada tanggal 13 Desember 1953 dan dibesarkan di Dillon, South Carolina sebagai anak tertua dari tiga bersaudara yaitu saudara laki-laki dan perempuan. Philip, ayah Ben adalah seorang ahli obat dan juga bekerja sambilan sebagai manajer teater, sedangkan Edna, ibunya adalah seorang guru sekolah. Keluarga Ben kecil tinggal di daerah Yahudi, dengan nama lokal sinagognya bernama Ohav Shalom; sebagai anak, Bernanke juga mempelajari bahasa Ibrani dari kakeknya, Jonas, seorang pembaca Kitab Taurat dan guru bahasa Ibrani profesional. Ayah dan paman Ben adalah eks-pemilik sekaligus manager toko obat yang mereka beli dari kakek Ben, Jonas yang berimigrasi dari Austria ke AS setelah Perang Dunia I dan akhirnya menetap ke Dillon dari New York pada tahun 1940.
Masa Sekolah
Ben masuk ke East Elementary(Sekolah Dasar), J.V. Martin Junior High (SMP), dan Dillon High School (SMA). Di Dillon High School dia menjadi seorang murid yang berprestasi. Dia mengambil bidang ilmu kalkulus, menjadi editor koran sekolah, mendapatkan nilai tertinggi dikelasnya dan juga mendapat score tertinggi dalam ujian SAT yaitu 1590 dari skala 1600 pada tahun yang sama. Ben juga dikenal sebagai pemain saxophone dan bergabung dalam tim marching band disekolahnya. Setelah lulus SMA pada tahun 1971, Ben diterima di Universitas Harvard, tempat dimana dia mendapatkan nilai cum laude (IPK tertinggi) dengan gelar BA Ekonomi pada tahun 1975. Setelah itu dia melanjutkan pendidikannya di Massachusetts Institute of Technology dan mendapatkan gelar PhD bidang ekonomi tahun 1979. Setelah itu dia melanjutkan lagi pendidikan ke Stanford Graduate School of Business dari tahun 1979-1985.
Karir
Ben menjadi profesor tamu di New York University dan menjabat sebagai profesor di Universitas Princeton pada jurusan Ekonomi. Dia menjadi profesor di universitas tersebut dari tahun 1996 hingga bulan September 2002, ketika dia mulai mempertimbangkan untuk menjadi pelayan masyarakat. Dia mengajukan pengunduran diri dari masa jabatannya pada tanggal 1 Juli 2005. Sepanjang karirnya, Ben juga sempat mengajar kuliah di London School of Economics untuk bidang ilmu & kebijakan moneter. Dia juga menulis tiga buah buku teks tentang Makroekonomi dan sebuah buku tentang Mikroekonomi. Setelah itu Ben juga menjabat sebagai Direktur dari Program Ekonomi Moneter dari National Bureau of Economic Research dan editor pada majalah American Economic Review.
Bernanke secara khusus tertarik pada bidang ekonomi dan politik sejak terjadinya Depresi Besar di AS. Pada peringatan ulang tahun Milton Friedman tanggal 8 November 2002, dia menulis "biar saya menutup pembicaraan saya tentang penyalahgunaan jabatan saya sebagai perwakilan pemerintah di FED. Saya katakan kepada Milton dan Anna : Ingat pada Depresi Besar yang lalu. Anda benar, kita sudah pernah mengingatnya. Kami semua minta maaf. Terima kasih buat Anda semua, kami tidak ingin hal itu terjadi kembali."
Pada tahun 2002 ketika kata "deflasi" mulai dikenal dalam dunia bisnis, Bernanke memberikan pidatonya tentang deflasi. Didalam pidatonya dia menyebutkan bahwa pemerintah harus menciptakan sebuah sistem moneter yang kuat. Kontrol terhadap mata uang lokal akan menghindarkan suatu negara ke jurang deflasi. Sebenarnya teori tersebut diambil dari teori Milton Friedman yang memakai ilustrasi "pemberhentian helikopter" untuk memerangi deflasi. Dari ilustrasi tersebut dia membuat teori baru bernama "Helicopter Ben". Dalam catatan kaki pidatonya, dia menulis "orang mengetahui bahwa inflasi akan menambah beban hutang pemerintah dan juga suku bunga yang ditetapkan akan menimbulkan inflasi berikutnya."
Ia juga percaya bahwa kurangnya pemahaman terhadap ideologi kaku Greenspan akan menyebabkan isu politik menjadi semakin banyak. Sebagai contoh, saat Greenspan mempublikasikan "Pemotongan Pajak Bush", ketika publik bertanya tentang kebijakan moneter, dia menjawab bahwa hal tersebut bukanlah urusannya. Tentu saja buku ekonomi karangannya sedikit banyak berbicara tentang libertarianism dari Greenspan dan titik berat dari teori Adam Smith.
Dalam bulan-bulan pertama dalam menjabat ketua FED, Ben sepertinya masih sulit dalam menghadapi pers yang bertanya tentang kejatuhan harga saham Amerika secara drastis. Namun seiring berjalannya waktu nampaknya Bernanke mulai menunjukkan kecakapannya mengatasi berbagai situasi krisis yang terjadi selama masa jabatannya. Keputusannya memotong suku bunga diskonto Amerika sebesar 50 bps menuai banyak pujian karena berhasil menyelamatkan pasar saham Amerika dari krisis akibat efek subprime mortgage. Setidaknya sejak tulisan ini dibuat Wallstreet mulai merangkak naik. Kita lihat saja bagaimana aksi Ben berikutnya.
Source : belajarforex.com
Masa Kecil
Bernanke dilahirkan di Augusta, Georgia pada tanggal 13 Desember 1953 dan dibesarkan di Dillon, South Carolina sebagai anak tertua dari tiga bersaudara yaitu saudara laki-laki dan perempuan. Philip, ayah Ben adalah seorang ahli obat dan juga bekerja sambilan sebagai manajer teater, sedangkan Edna, ibunya adalah seorang guru sekolah. Keluarga Ben kecil tinggal di daerah Yahudi, dengan nama lokal sinagognya bernama Ohav Shalom; sebagai anak, Bernanke juga mempelajari bahasa Ibrani dari kakeknya, Jonas, seorang pembaca Kitab Taurat dan guru bahasa Ibrani profesional. Ayah dan paman Ben adalah eks-pemilik sekaligus manager toko obat yang mereka beli dari kakek Ben, Jonas yang berimigrasi dari Austria ke AS setelah Perang Dunia I dan akhirnya menetap ke Dillon dari New York pada tahun 1940.
Masa Sekolah
Ben masuk ke East Elementary(Sekolah Dasar), J.V. Martin Junior High (SMP), dan Dillon High School (SMA). Di Dillon High School dia menjadi seorang murid yang berprestasi. Dia mengambil bidang ilmu kalkulus, menjadi editor koran sekolah, mendapatkan nilai tertinggi dikelasnya dan juga mendapat score tertinggi dalam ujian SAT yaitu 1590 dari skala 1600 pada tahun yang sama. Ben juga dikenal sebagai pemain saxophone dan bergabung dalam tim marching band disekolahnya. Setelah lulus SMA pada tahun 1971, Ben diterima di Universitas Harvard, tempat dimana dia mendapatkan nilai cum laude (IPK tertinggi) dengan gelar BA Ekonomi pada tahun 1975. Setelah itu dia melanjutkan pendidikannya di Massachusetts Institute of Technology dan mendapatkan gelar PhD bidang ekonomi tahun 1979. Setelah itu dia melanjutkan lagi pendidikan ke Stanford Graduate School of Business dari tahun 1979-1985.
Karir
Ben menjadi profesor tamu di New York University dan menjabat sebagai profesor di Universitas Princeton pada jurusan Ekonomi. Dia menjadi profesor di universitas tersebut dari tahun 1996 hingga bulan September 2002, ketika dia mulai mempertimbangkan untuk menjadi pelayan masyarakat. Dia mengajukan pengunduran diri dari masa jabatannya pada tanggal 1 Juli 2005. Sepanjang karirnya, Ben juga sempat mengajar kuliah di London School of Economics untuk bidang ilmu & kebijakan moneter. Dia juga menulis tiga buah buku teks tentang Makroekonomi dan sebuah buku tentang Mikroekonomi. Setelah itu Ben juga menjabat sebagai Direktur dari Program Ekonomi Moneter dari National Bureau of Economic Research dan editor pada majalah American Economic Review.
Bernanke secara khusus tertarik pada bidang ekonomi dan politik sejak terjadinya Depresi Besar di AS. Pada peringatan ulang tahun Milton Friedman tanggal 8 November 2002, dia menulis "biar saya menutup pembicaraan saya tentang penyalahgunaan jabatan saya sebagai perwakilan pemerintah di FED. Saya katakan kepada Milton dan Anna : Ingat pada Depresi Besar yang lalu. Anda benar, kita sudah pernah mengingatnya. Kami semua minta maaf. Terima kasih buat Anda semua, kami tidak ingin hal itu terjadi kembali."
Pada tahun 2002 ketika kata "deflasi" mulai dikenal dalam dunia bisnis, Bernanke memberikan pidatonya tentang deflasi. Didalam pidatonya dia menyebutkan bahwa pemerintah harus menciptakan sebuah sistem moneter yang kuat. Kontrol terhadap mata uang lokal akan menghindarkan suatu negara ke jurang deflasi. Sebenarnya teori tersebut diambil dari teori Milton Friedman yang memakai ilustrasi "pemberhentian helikopter" untuk memerangi deflasi. Dari ilustrasi tersebut dia membuat teori baru bernama "Helicopter Ben". Dalam catatan kaki pidatonya, dia menulis "orang mengetahui bahwa inflasi akan menambah beban hutang pemerintah dan juga suku bunga yang ditetapkan akan menimbulkan inflasi berikutnya."
Ia juga percaya bahwa kurangnya pemahaman terhadap ideologi kaku Greenspan akan menyebabkan isu politik menjadi semakin banyak. Sebagai contoh, saat Greenspan mempublikasikan "Pemotongan Pajak Bush", ketika publik bertanya tentang kebijakan moneter, dia menjawab bahwa hal tersebut bukanlah urusannya. Tentu saja buku ekonomi karangannya sedikit banyak berbicara tentang libertarianism dari Greenspan dan titik berat dari teori Adam Smith.
Dalam bulan-bulan pertama dalam menjabat ketua FED, Ben sepertinya masih sulit dalam menghadapi pers yang bertanya tentang kejatuhan harga saham Amerika secara drastis. Namun seiring berjalannya waktu nampaknya Bernanke mulai menunjukkan kecakapannya mengatasi berbagai situasi krisis yang terjadi selama masa jabatannya. Keputusannya memotong suku bunga diskonto Amerika sebesar 50 bps menuai banyak pujian karena berhasil menyelamatkan pasar saham Amerika dari krisis akibat efek subprime mortgage. Setidaknya sejak tulisan ini dibuat Wallstreet mulai merangkak naik. Kita lihat saja bagaimana aksi Ben berikutnya.
Source : belajarforex.com
Labels: Biografi
Saturday, November 15, 2008
Kejatuhan pasar saham dalam beberapa pekan terakhir menimbulkan pertanyaan, kemana sebenarnya larinya uang? Yang benar adalah tak satu sen pun dana keluar dari pasar saham.
Kejatuhan pasar saham yang sudah dimulai sejak September telah merebak ke seluruh dunia. Mulai dari Asia, Eropa, Amerika, bahkan Timur Tengah semuanya mengalami kejatuhan dramatis. Secara rata-rata, pasar saham di seluruh dunia mengalami penurunan hingga 30-50 persen dibandingkan tahun 2007.
Kejatuhan itu bermula dari krisis subprime mortgage di AS, yang memicu seretnya likuiditas sehingga membuat sektor finansial berjatuhan.
Namun menurut John Sloman, profesor ekonomi dari University of Bristol, pasar sebenarnya hanya mengalami kerugian 'kertas' dan tidak berhubungan langsung dengan hilangnya dana tunai. Dan ini berhubungan dengan anjloknya nilai dari 'kertas' itu sendiri.
"Ketika kita mengatakan triliunan dolar telah hilang, maka sebenarnya ini adalah kata-kata yang salah," jelas Sloman dalam wawancaranya dengan AFP.
"Yang seharusnya kita katakan adalah: triliunan dolar nilai pasar modal sudah dimusnahkan. Dan ini benar-benar berbeda karena ini bukanlah uang, melainkan nilai, yang sebenarnya merupakan basis dari harga yang orang mau membayarnya pada suatu waktu," jelasnya.
Robert Shiller, profesor ekonomi dari Universitas Yale pun menerangkannya dengan membandingkan turunnya harga rumah.
"Misalnya suatu hari Anda meminta agen properti untuk memperkirakan nilai rumah Anda jika akan dijual. Namun pada hari berikutnya, Anda meminta agen properti kedua memperkirakan nilai rumah Anda, dan agen kedua membuat estimasi yang lebih rendah 10 persen," jelas Shiller.
"Apakah itu artinya Anda kehilangan uang? Tentu saja tidak, karena uang yang Anda miliki tidak berubah demikian juga uang di rekening Anda," imbuhnya lagi.
"Namun Anda akan merasa lebih miskin. Dan ini sama halnya dengan di pasar saham. Tidak ada orang yang kehilangan 'uang' dalam arti yang sesungguhnya secara istilah, namun mereka sudah kehilangan nilainya," tambah Profesor Shiller.
Namun demikian, investor spekulan bisa benar-benar kehilangan uangnya jika mereka mencoba-coba berspekulasi di tengah gejolak pasar saham yang sangat dahsyat.
Sorang pialang biasanya membeli saham dengan kinerja yang buruk karena mereka berspekulasi bahwa harga sahamnya sudah mencapai titik terendah, dengan harapan mereka akan menjualnya lagi setelah harga naik. Namun kadang-kadang ternyata harga saham justru meluncur turun lebih jauh.
"Jika Anda perlu untuk menjual aset-aset ini dan nilai aset Anda sudah turun, maka Anda dapat kehilangan uang dari harga yang Anda bayar untuk aset ini," jelas Sloman.
"Anda harus membedakan aset-aset, seperti saham atau rumah dari uang tunai. Uang tunai bisa lenyap, tapi nilai aset seperti 'kertas' (saham) dan fisik (rumah) bisa turun karena mereka tergantung dari permintaan dan penawaran. Namun itu tidak berarti ada uang yang hilang," urai profesor Sloman.
Source : detikfinance.com
Kejatuhan pasar saham yang sudah dimulai sejak September telah merebak ke seluruh dunia. Mulai dari Asia, Eropa, Amerika, bahkan Timur Tengah semuanya mengalami kejatuhan dramatis. Secara rata-rata, pasar saham di seluruh dunia mengalami penurunan hingga 30-50 persen dibandingkan tahun 2007.
Kejatuhan itu bermula dari krisis subprime mortgage di AS, yang memicu seretnya likuiditas sehingga membuat sektor finansial berjatuhan.
Namun menurut John Sloman, profesor ekonomi dari University of Bristol, pasar sebenarnya hanya mengalami kerugian 'kertas' dan tidak berhubungan langsung dengan hilangnya dana tunai. Dan ini berhubungan dengan anjloknya nilai dari 'kertas' itu sendiri.
"Ketika kita mengatakan triliunan dolar telah hilang, maka sebenarnya ini adalah kata-kata yang salah," jelas Sloman dalam wawancaranya dengan AFP.
"Yang seharusnya kita katakan adalah: triliunan dolar nilai pasar modal sudah dimusnahkan. Dan ini benar-benar berbeda karena ini bukanlah uang, melainkan nilai, yang sebenarnya merupakan basis dari harga yang orang mau membayarnya pada suatu waktu," jelasnya.
Robert Shiller, profesor ekonomi dari Universitas Yale pun menerangkannya dengan membandingkan turunnya harga rumah.
"Misalnya suatu hari Anda meminta agen properti untuk memperkirakan nilai rumah Anda jika akan dijual. Namun pada hari berikutnya, Anda meminta agen properti kedua memperkirakan nilai rumah Anda, dan agen kedua membuat estimasi yang lebih rendah 10 persen," jelas Shiller.
"Apakah itu artinya Anda kehilangan uang? Tentu saja tidak, karena uang yang Anda miliki tidak berubah demikian juga uang di rekening Anda," imbuhnya lagi.
"Namun Anda akan merasa lebih miskin. Dan ini sama halnya dengan di pasar saham. Tidak ada orang yang kehilangan 'uang' dalam arti yang sesungguhnya secara istilah, namun mereka sudah kehilangan nilainya," tambah Profesor Shiller.
Namun demikian, investor spekulan bisa benar-benar kehilangan uangnya jika mereka mencoba-coba berspekulasi di tengah gejolak pasar saham yang sangat dahsyat.
Sorang pialang biasanya membeli saham dengan kinerja yang buruk karena mereka berspekulasi bahwa harga sahamnya sudah mencapai titik terendah, dengan harapan mereka akan menjualnya lagi setelah harga naik. Namun kadang-kadang ternyata harga saham justru meluncur turun lebih jauh.
"Jika Anda perlu untuk menjual aset-aset ini dan nilai aset Anda sudah turun, maka Anda dapat kehilangan uang dari harga yang Anda bayar untuk aset ini," jelas Sloman.
"Anda harus membedakan aset-aset, seperti saham atau rumah dari uang tunai. Uang tunai bisa lenyap, tapi nilai aset seperti 'kertas' (saham) dan fisik (rumah) bisa turun karena mereka tergantung dari permintaan dan penawaran. Namun itu tidak berarti ada uang yang hilang," urai profesor Sloman.
Source : detikfinance.com
Labels: Global Crisis
Subscribe to:
Posts (Atom)